Trending

Kisah 4 Pahlawan Nasional dari Banten, Pemantik Perlawanan terhadap Penjajah

Di sela jabatannya sebagai Bupati Serang sekira tahun 1948, KH Syam’un masih mengurus pesantren. Pada tahun yang sama, meletus Agresi Militer Belanda II yang mengharuskan KH Syam’un bergerilya dari Gunung Karang, Kabupaten Pandegaing hingga ke Kampung Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, daerah ini menjadi tempat tinggal salah satu gurunya, KH Jasim. Di kampung ini KH Syam’un meninggal pada tahun 1949 karena sakit saat memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan.

4. Raden Aria Wangsakara

Dikutip Banten Raya dari setkab.go.id, Raden Aria Wangsakara lahir di Sumedang tahun 1615. Wangsakara bukan hanya tokoh keagamaan dalam Kesultanan Banten pada masanya, tetapi juga tokoh politik dan pemimpin militer yang terus berjuang dalam semangat untuk mengusir penjajah. Melalui latar belakang perjuangannya semasa Kesultanan Banten semasa Sultan Abul Mufakhir dan Sultan Ageng Tirtayasa, Wangsakara menegaskan perannya sebagai sosok yang turut memainkan peranan penting dalam
melawan penjajah (VOC).

Pada 1636, Wangsakara diutus Sultan naik haji. Di Mekah, Wangsakara berhasil memperoleh surat pengakuan Banten oleh Syarif Mekah sebagai kepanjangan tangan dari otoritas politik Turki Utsmani (Ottoman). Sekembalinya ke Banten, Wangsakara didiberi gelar Kiai Mas Haji Wasangraja.

Tahun 1654 ketika terjadi peperangan di Batavia antara Kesultanan Banten dengan VOC, Raden Aria Wangsakara mewakili Kesultanan Banten sebagai juru runding yang membuahkan kesepakatan penghentian perang. Daerah yang dikuasai masing-masing tetap dipertahankan. Tahun 1658-1659 ketika terjadi peperangan, Raden Aria Wangsakara mendapat mandat dari Sultan Ageng Tirtayasa untuk memimpin perang melawan VOC yang berujung pada perjanjian damai pada tanggal 5 Juli 1659.

Baca artikel Bantenraya.co.id lainnya di Google News
 
Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button