Laut Banten Tercemar Limbah Industri

1 LIMBAH
Suasana rapat antara Komisi II DPRD Provinsi Banten dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten, Selasa (7/3/2023).

SERANG, BANTEN RAYA- Laut Banten diduga kuat tercemar limbah industri yang dibuang ke laut. Sejumlah daerah pesisir dengan tingkat pencemaran paling parah adalah pesisir utara Banten meliputi wilayah Tangerang sampai dengan Serang.

Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Banten Oong Syahroni mengatakan, secara umum kualitas laut di Banten saat ini sedang tidak baik-baik saja dengan adanya pencemaran lingkungan yang berasal dari pembangunan perumahan yang begitu massif. Di saat yang sama, juga ada pencemaran yang disebabkan oleh limbah pabrik yang diduga dilakukan oleh sejumlah perusahaan di Banten.

“Di daerah utara Banten, khususnya Tangerang itu, terjadi pencemaran dengan adanya pembangunan perumahan dari beberapa pengembang sehingga terjadi pencemaran lingkungan di sekitar wilayah laut utara,” ujar Oong usai rapat dengan Komisi II DPRD Provinsi Banten, Selasa (7/3/2023).

Akibat adanya pencemaran itu, jumlah tangkapan ikan di Provinsi Banten pun menurun. Data DKP Provinsi Banten memperlihatkan, selama tahun 2022 tangkap ikan nelayan mencapai 67.759 ton dan ikan budidaya 111.599 ton. Jumlah itu merupakan akumulasi dari delapan kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Banten.

Untuk wilayah Kabupaten Pandeglang mengalami penurunan pada tahun 2022 dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 hasil tangkap ikan di Kabupaten Pandeglang mencapai 27.660 ton. Namun pada tahun 2022 menurun menjadi 26.210 ton.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Eli Susiyanti mengatakan, untuk mengatasi masalah ini, maka DKP Provinsi Banten akan melakukan kajian guna mengetahui secara pasti apakah ada pencemaran limbah dari perusahaan-perusahaan di sekitar pesisir yang mengalir ke perairan Banten. Untuk itu, DKP Provinsi Banten akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Banten untuk melakukan kajian tersebut.

“Termasuk mengantidipasi beberapa kemungkinan ke depan tidak sampai terjadi kembali, karena itu menyangkut hajat hidup nelayan Banten,” tuturnya.

Eli mengungkapkan, selain karena faktor limbah, penurunan tangkapan nelayan juga diduga karena sejumlah nelayan menggunakan alat tangkap yang merusak habitat ikan, misalkan pukat harimau. Karena itu, ikan-ikan yang sebelumnya ada di dekat pesisi menjauh ke tangah lautan karna habitat mereka rusak.

Selain itu, hasil tangkap petani juga menurun karena saat ini sedangberlangsung cuaca ekstrem sebagaimana diramalkan BMKG. (tohir)

Pos terkait