BANTENRAYA.CO.ID – Setelah limbah nuklir Fukushima, tentunya yang menjadi pertanyaan sekarang adalah adakah dampak limbah pada ikan di lautnya.
Dan jika memang terdapat dampak limbah pada ikan di laut, maka hal tersebut akan mengubah ekonomi Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan dampak limbah pada ikan tentunya akan menjangkit ikan-ikan yang bermigrasi dari laut Jepang ke laut Indonesia.
Apalagi jika ikan yang bermigrasi dari Samudera Pasifik ke laut Indonesia adalah jenis yang paling berharga pada hasil laut Indonesia.
BACA JUGA: Kebiasaan Ini Ternyata Mampu Memicu Panjang Umur Jika Rutin Dilakukan
Dilansir bantenraya.co.id dari mongabay.co.id, pembuangan limbah nuklir Fukushima ke Samudera Pasifik tengah menuai pro dan kontra besar.
Dan dampak negatif yang bisa didapat oleh Indonesia dari hal tersebut adalah ikan yang bermigrasi ke perairan Indonesia dari perairan Samudera Pasifik.
Tuna Madidihang atau tuna sirip kuning merupakan komoditas potensial yang menjadi andalan ekspor Indonesia.
Ikan tersebut juga tidak hanya bermigrasi di laut Indonesia, tapi juga di perairan regional bersama banyak negara.
BACA JUGA: 4 Tempat Terbaik dan Estetik untuk Membaca Buku Selain Perpustakaan
Greenpeace Jepang juga mengkritik kebijakan yang diambil Pemerintah Jepang untuk melepaskan air radiasi ke laut lepas.
Sudah Adakah Makanan yang Terkontaminasi?
Sampai hari ini belum tercatat adanya makanan atau bahan makanan dari Jepang yang terkontaminasi limbah tersebut.
Badan Pangan Singapura (SFA) juga menyatakan bahwa tidak ada satu pun makanan di Singapura yang berasal dari Jepang yang terkontaminasi limbah radioaktif.
Selain itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida juga menunjukkan pada publik tentang dirinya memakan ikan yang ditangkap di perairan Fukushima pada Rabu (30/8/2023).
BACA JUGA: Tempat Wisata Hits di Singaraja yang Bisa terkagumi dengan Pemandangan yang Memuaskan
Hal tersebut untuk membuktikan kepada publik bahwa ikan dari perairan Fukushima aman dikonsumsi.
Bagaimana Ancaman ke Kekayaan Laut Indonesia?
Sebelumnya, pada Kamis (24/8/2023), pelepasan air limbah nuklir Fukushima dilakukan dengan total mencapai 1 juta metrik ton.
Koordinator Nasional Ekologi Maritim Indonesia (Ekomarin) Marthin Hadiwinata menyebutkan bahwa pelepasan air radiasi ke laut bebas adalah bentuk kejahatan dengan kategori pencemaran transnasional.
Hal itu menjadi ancaman bagi Indonesia karena wilayah perairan Indonesia terletak pada lintasan perbatasan perairan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
BACA JUGA: Fenomena Udang Menyerbu Daratan di Gorontalo Seperti Gerombolan Ulat, Mau Kemana Mereka?
Marthin menyebutkan kalau limbah tersebut mampu berdampak langsung pada rantai pangan perikanan dalam jangka pendek.
Sementara dampak panjangnya adalah terakumulasi dalam jaringan tubuh manusia.
Marthin juga mengingatkan akan pentingnya komoditas tuna sirip kuning yang sangat berharga bagi laut Indonesia.
Maka sangat penting untuk menjaga perairan laut dunia, terutama antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik untuk tetap sehat dan bersih.
“Masih terdapat berbagai keraguan dari pakar atas ancaman yang dapat terjadi karena adanya pelepasan air yang terkontaminasi oleh radioaktif PLTN Fukushima,” jelas Marthin.
Selain itu, dia juga menyebut kalau Pemerintah Indonesia harus bersikap tegas dengan memutus hubungan dagang, khususnya produk perikanan yang berasal dari Jepang.
Selain itu, Indonesia juga didesak untuk membawa persoalan ini ke forum internasional, termasuk nota protes dan diplomatik.***