Pemerintah Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon Assessment Masalah Kekeringan, Ini Penanganan Jangka Panjang

WhatsApp Image 2023 09 17 at 10.18.531
Camat Pulomerak Kota Cilegon, Hoero Sanjaya. (Gillang / Bantenraya.co.id)

BANTENRAYA.CO.ID – Pemerintah Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon saat ini telah melakukan assessment masalahan kekeringan di wilayah kecamatan paling barat di Kota Cilegon ini.

Di Kecamatan Pulomerak, terdapat 3 kelurahan yang rawan kekeringan yakni Mekarsari, Lebak Gede dan Suralaya.

Camat Pulomerak Hoero Sanjaya mengatakan, di Kelurahan Mekarsari, ada Lingkungan Gunung Batur 1, Gunung Batur 2, Tembulun dan Ciporong.

Bacaan Lainnya

“Di Gunung Batur 1 ada bantuan air untuk MCK (mandi, cuci, kakus), Tapi kalau untuk minum warga mengambil dari sumur yang tersedia yaitu sumur Bendung dan sumur Gedong. Kalaun di Gunung Batur 2, ada sumur Bendung, sumur Wetan dan sumur Tengah,” kata Hoereo, Minggu, 17 September 2023.

Dikatakan Hoero, saat musim hujan di Lingkungan Gunung Batur tidak ada masalah, karena sumur melimpah air.

BACA JUGA:The Acacia Hotel Anyer Gelar Street Food Festival, Kolaborasikan Menu Hotel dan Tradisional

Namun, saat musim kemarau kuantitas air di sumur berkurang.

“Tapi, kalau musim kemarau, dari beberapa bantuan pemerintah maupun swasta, tangka yang naik ke atas, ada beberapa yang antre di sumur tapi lama, itu masalah di Gunung Batur,” kata Hoero.

Mantan Lurah Mekarsari ini mengatakan, penangananan jangka pendek melalui pengiriman air dengan truk tangki.

Penanganan jangka panjang, ada keyakinan warga di sekitar Gunung Batur masih ada sumber mata air yang bisa di bor.

“Tapi, itu perlu dicek dengan Dinas terkait, benar ada sumber mata air atau tidak,” kata Hoero.

BACA JUGA:Didapuk Jadi Danlanal Banten, Kolonel Laut Nopriandi Diharapkan Gagas Pemikiran Inovatif

Ia menjelaskan, masalah di Lingkungan Tembulun, warga biasa mengonsumsi air dari air hujan yang disalurkan ke bak penampungan dan beberapa sumber mata air.

Ada sumur Dadap, sumur Tonggok dan Sumur Sor.

“Selama kekeringan ini, hanya sumur Dadap yang ada airnya, walaupun tidak banyak, untuk konsumsi mereka antre di situ. Satu malam, bisa 20 orang yang antre, 1 orang 20 galon, dan mengharapkan bantuan pemerintah dan swasta,” tuturnya.

Hoero menjelaskan, rencana pengeboran sumber  mata air dilakukan di bawah bukan di Lingkungan Tembulun, namun butuh biaya miliaran rupiah.

“Biayanya tidak murah sekitar 4 atau 5 miliar, itu tahun 2015. Tidak ada  sumber mata air di atas (Tembulun),” ungkapnya.

BACA JUGA:TJSL Pelindo Regional 2 Banten, 44.000 Bibit Mangrove Ditanam di Kronjo Tangerang

Di Lingkungan Ciporong, kata Hoero, untuk konsumsi masyarakat memanfaatkan 2 sumber mata air yakni sumur Winong dan sumur Jintung.

“Pada 2022, ada bantuan ASDP untuk pengeboran sumur, tapi hasilnya kurang bagus dan kata PMI jangan dikonsumsi. Di Ciporong ini, untuk sementara mengantre di sumber mata air, dan masih mencukupi selama ini,” paparnya.

Sementara, di Kelurahan Suralaya, lanjut Hoero, hampir di seluruh lingkungan sudah ada sumur bor baik bantuan pemerintah maupun swasta.

Namun, saat kemarau sedikit berkurang produktivitasnya.

“Saat ini Suralaya dikirim air di beberapa lingkungan, tapi tingkat keparahannya tidak seperti di Mekarsari karena distribusinya cepat, jalurnya tidak begitu ekstrem,” katanya.

BACA JUGA:UMKM di Desa Kelapian Kabupaten Serang Difasilitasi Sertifikasi Halal

Sementara itu, Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kecamatan Pulomerak Suwandi mengatakan, permasalahan kekeringan di Kelurahan Lebak Gede, ada di lingkungan Gunung Cipala ada 6 RT.

RT 1, 2, 3 dan 4 menerima bantuan air dari PT Krakatau Tirta Industri dan Indonesia Power.

“Itu ada saluran dibuka seminggu 3 hari, dalam sehari 30 kubik. Itu yang diresmikan Pak Walikota (Helldy Agustian),” katanya.

Camat Pulomerak Horero kembali menambahkan, sementara, Lingkungan Gunung Cipala RT 5 dan RT 6 tidak mendapatkan bantuan dari PT KTI dan Indonesia Power.

“Di RT 5 ada mobil tangka 3.000 liter hibah dari Pemkot Cilegon di zaman Pak Aat Syafaat, mobil tangki digunakan warga naik turun ambil air dari bawah untuk kebutuhan masyarakat,” ungkap Hoero.

BACA JUGA:KNKT Butuh 3 Bulan Selidiki Kebakaran Kapal Mutiara Berkah I

Di RT 5 Cipala, ada 2 sumber mata air, namun saat kemarau mengering.

Sementara, RT 6 atau Gunung Penawen sumber mata air masih keluar dan kadang ada bantuan pemerintah dan swasta.

“Kalau untuk jangka panjang, RT 6 Gunung Penawen kami wacanakan kerjasama dengan swasta, pihak swasta ini siap menyuplai air untuk masyarakat, tapi pihak swasta ini tidak bisa membangun jaringan. Perlu ada kajian, nanti apakah kontribusi ini karena ada nilai bisnis dengan swasta Haji Nur,” imbuh Hoero.***

Pos terkait