BANTENRAYA.CO.ID – Pertamina menurunkan harga 3 jenis bahan bakar mesin atau BBM nonsubsidi per 1 April 2023.
3 jenis BBM nonsubsidi yang turun tersebut adalah jenis Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex.
Besaran penurunan harga 3 jenis BBM nonsubsidi tersebut mulai dari Rp 100 per liter hingga Rp 600 per liter.
Lalu, berapa penurunan harga 3 jenis BBM nonsubsidi tersebut saat ini?
BACA JUGA : Mobil Sengaja Dimodifikasi Gendut, 65 Ton BBM Ilegal Ditimbun di Taktakan
Dikutip dari akun instagram @ber.kendara, Pertamax Turbo turun dari harga Rp 5.100 per liter menjadi Rp 5.000.
Kemudian, Dexlite turun dari harga Rp 14.950 per liter menjadi Rp 14.250.
Sementara, harga Pertamina turun daei harga Dex dari Rp 15.850 per liter menjadi Rp 15.400.
Penurunan harga tiga jenis BBM nonsubsidi ini juga bukan untuk seluruh wilayah di Indonesia.
BACAJUGA : Harga Turun Sampai Rp700 per Liter, Simak Harga BBM Terbaru Pertamax hingga Pertalite
Tapi, hanya untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, Bekasi atau Jabodetabek
Sementara BBM jenis Pertalite, Bio Solar dan Pertamax harganya tidak berubah.
Pertalite harganya masih Rp 10.000 per liter, Bio Solar Rp 6.800, dan Pertamax Rp 3.300.
Unggahan @ber.kendara mengenai penyesuaian harga tiga jenis BBM nonsubsidi tersebut mendapat berbagai respons dari netizen.
BACA JUGA : Buruh Ancam Mogok Kerja Massal, Jika Tuntutan Batalkan Kenaikan Harga BBM Tidak Dipenuhi
Akun @1f.ard mengaku bersyukur ada penurunan harga BBM.
“Alhamdulillah,” komentarnya.
Akun @sabda_atn juga mengatakan penurunan harga ketiga jenis BBM nonsubsidi tersebut merupakan berkah bulan suci Ramadhan, khusunya untuk pengguna kendaraan mesin diesel.
“Berkah Ramadhan buat user diesel,” katanya.
BACA JUGA : Imbas Kenaikan Harga BBM, Sembako Melonjak, Pedagang Pusing
Sementara akun @made_0611 mengeluhkan, kecilnya penurunan harga BBM tersebut, semalentara saat nail cukup besar.
“Pas naik tinggi bgt, pas turun pelit bgt,” ungkapnya.
Akun @rizki.ar_mv juga mengeluhkan, perubahan harga BBM yang terlalu cepat, dan perbandingan kenaikan dan penurunan harganya yang tidak sebanding.
“Tiap bulan ada perubahan harga, tadinya naik tinggi, diturunun rendah, bulan berikutnya dinaikin lagi lebih tinggi, bulan berikutnya turun lagi tapi dikit, bulan berikutnya naik lagi tinggi, gitu terus,” katanya. (*)