LEBAK – Assalamualaikum! Paket atas nama Azis Gilang! teriak Oji Suhada (26), seorang kurir paket di depan sebuah kamar kos di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Minggu (23 Maret 2025).
Dua kali Oji berteriak, penghuni kos kemudian keluar dan bertanya, “Siap a, berapa?”
Oji kemudian memberikan bungkusan kotak hitam kepada penghuni kos, tak lupa Oji juga sempat memotret penerima paket.
Oji kemudian bergegas meninggalkan tempat itu dan langsung melajukan motornya untuk mengantarkan sisa puluhan paket lainnya yang ia angkut menggunakan motor Honda Vario miliknya. Oji, terlihat sudah hafal kemana alamat yang ia tuju.
Wamenpar RI Ni Luh Puspa Kunjungi Banten
Di atas jalan paving block yang tidak rata, motor Oji melaju. Saking banyaknya paket yang ia bawa, sesekali bagian bawah motornya terhentak ketika melewati sebuah polisi tidur atau ketika ia tak bisa menghindari lubang di jalan yang ia lewati.
“Alamat berikutnya sudah tahu. Sudah sering saya kirim paket ke rumahnya. Kalau gak ada orang, tinggal taruh saja di tempat yang diminta pemilik paket,” kata bapak dengan anak tinggal ini.
Keseharian Oji, memang demikian. Sebagai kurir paket pada salah satu perusahaan ekspedisi ini, ia dituntut cekatan.
Tak heran, baru beberapa jam ia keluar, Oji sudah hampir mengantar sekitar 40 paket. Namun, jika paket yang saat ini ia bawa sudah habis, masih ada ratusan paket lainnya yang menunggu diantar dan masih tersimpan di gudang.
Dua Juta Wisatawan Sambangi Banten Saat Libur Lebaran
Oji sendiri hanya berkutat di wilayah Kecamatan Rangkasbitung sebagai rute kerja. Jadi tidak heran jika ia hafal alamat rumah penerima paket.
Namun jelang lebaran, Rute kerjanya bertambah luas. Dengan berbagai rintangan selama diperjalanan, mulai dari gang-gang yang sempit, alamat rumah penerima baru yang sulit ditemukan, hingga beberapa ruas jalan yang rusak.
“Kalau barang penuh terus lewat jalan rusak, shockbreaker cepet aus. Belum lagi pembeli yang kita belum kenal terus dihubunginya susah.
Kadang kan alamatnya banyak yang tidak sesuai” kata Oji menceritakan.
Dua Juta Wisatawan Sambangi Banten Saat Libur Lebaran
Meski sudah lebih dari dua tahun Oji melakoni profesi itu, Oji mengaku selalu kesulitan ketika memasuki momen lebaran akibat beban yang bertambah.
Seperti tahun 2025 ini, lonjakan paket di gudang bisa mencapai dua kali lipat. Di hari normal, Oji mengaku biasa mengantar sekitar 60-80 paket.
Namun dua pekan ke belakang, ia harus bisa mengantar lebih dari 150 paket.
“Kadang baru selesai pas sudah mau masuk buka puasa padahal biasanya jam 2 atau jam 3 sore juga beres,” tuturnya.
Wakil Presiden RI ke 13 KH Ma’ruf Amin Hadiri Banten Halal Fair
Namun, hal tersebut tetap Oji lakukan demi bisa menyambut lebaran dengan tenang bersama anak dan istrinya.
“Kalau kita sistemnya hanya kemitraan. Kita dibayar sesuai jumlah paket yang kita kirim. Satu paket harganya sekitar Rp1.500.
Tapi karena tahun ini lebarannya bareng anak dan istri, ya harus lebih giat,” ujarnya. Artinya, pendapatan yang akan diterima Oji dalam sebulan tergantung jumlah paket yang ia kirim.
Bertambahnya beban kerja jelang lebaran juga dialami oleh kurir lain, Agung (29).
Sudah Sesuai Perwal, Baznas Klaim Tidak Paksakan Zakat Profesi ke ASN
Selain merasakan apa yang sebelumnya dikeluhkan Oji, Agung mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi paling berat saat mengantar paket di bulan Ramadhan adalah ketika mengantarkan paket cash on delivery (COD) atau sistem pembayaran di lokasi.
Dirinya pernah dibentak dan mendapat perlakuan kasar dari pemilik paket COD hingga berakhir adu mulut.
Agung menceritakan, saat itu ia menghabiskan waktu yang cukupama untuk menunggu pemilik paket keluar rumah karena harus menerima uang.
Menghadapi paket COD yang identik dengan emak-emak galak seolah menguji kesabaran Agung di tengah Ramadan.
Selama Ramadhan, BRI Regional Office Jakarta 3 Beri Bantuan Anak Yatim dan Panti Asuhan
Perjuangan itu juga seolah tak sebanding dengan harga antar per paket yang hanya kurang dari 3 ribu.
Pelajaran paling berharga yang didapat selama Agung bekerja menjadi kurir ekspedisi adalah sabar.
“Ya jadi kurir itu yang paling penting ya sabar, sudah itu saja satu kata tapi kalo dilakukan susah sekali,” ujar Agung dengan tersenyum kecil. (Aldi Setiawan)