SERANG, BANTEN RAYA- Muhammad Wisam (22), pemuda warga Lingkungan Sudi Mampir, RT 19, RW 03, Kelurahan Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, sudah enam tahun lumpuh. Alhasil aktivitas sehari-hari Muhammad Wisam banyak dihabiskan di tempat tidurnya.
Ibunda Muhammad Wisam, Fitriani (57) mengatakan, dirinya mengaku tidak tahu penyebab anak semata wayangnya lumpuh sejak enam tahun lalu. Terlebih, Wisam mengalami kesulitan berbicara lantaran difabel tuna wicara.
“Anak saya lumpuh dari tahun 2018. Sehari-harinya terbaring di tempat tidur. Saya sudah terima kondisi anak saya karena sudah qadarullah,” ujar Fitriani dengan suara lirih, kepada Banten Raya, Rabu (5/6/2024).
BACA JUGA : 7 Jemaah Haji Asal Banten Wafat
Fitriani menuturkan, sudah berusaha membawa Wisam dirujuk ke beberapa rumah sakit, namun kondisi kesehatan anaknya tak kunjung membaik. Bahkan, kondisi fisik Wisam saat ini semakin memprihatinkan, karena badannya semakin kurus kering. Kesepuluh jarinya pun jadi kaku tidak bisa digerakkan. Alhasil, Fitriani kesulitan saat hendak mengenakan baju kepada anaknya tersebut.
“Sudah berobat ke mana-mana, tapi belum ada kemajuan. Sampai ke RS Siloam Tangerang dan Jakarta. Tapi gak ada kemajuan karena obatnya itu-itu aja, di situ saya putus asa,” ucap dia, seraya mengusap air matanya yang basah di pipinya.
Selain lumpuh, Wisam juga kerap mengalami kejang-kejang dan mengalami autis hiperaktif. “Anak saya juga sering kejang-kejang gitu, dan mengalami autis hiperaktif sejak usia tiga tahun,” kata dia.
BACA JUGA : Dapat Rekomendasi PAN, Airin Diminta Perkuat Pencalonan
Fitriani mengaku sudah pasrah dengan kondisi kesehatan anaknya. Terlebih lagi saat ini, ia menjadi tulang punggung bagi keluarganya, karena beberapa bulan lalu telah ditinggal suaminya untuk selama-lamanya. “Suami saya sudah meninggal dunia Februari lalu. Sekarang saya mau apa-apa sendiri aja,” ungkapnya.
Fitriani mengungkapkan, untuk keperluan memandikan dan buang air besar (BAB) Wisam, ia harus meminta bantuan jasa tenaga tetangganya. Fitriani pun harus memberikan upah kepada tetangganya yang bersedia membantu anaknya.
“Kalau mau mandi dan BAB harus digotong ke kamar mandi. Kalau saya sendiri agak kewalahan. Jadi, saya bayar orang untuk bantu gotong Wisam mandi dan BAB,” ungkap Fitriani.
BACA JUGA : Bunuh 6 Badak Jawa, Sunendi Divonis 12 Tahun Penjara
Fitriani mengaku tak menampik belum lama ini rumahnya disambangi oleh aparat TNI. Tujuan kedatangan TNI ke kediamannya untuk menjenguk Wisam, sekaligus memberikan bantuan untuk putranya. “Kemarin ada dari Koramil dan Dandim ngasih bantuan aneka makanan seperti biskuit, dan uang santunan,” akunya.
Meski demikian, Fitriani membutuhkan bantuan untuk biaya perawatan Wisam sehari-hari. Ia menyebutkan, kebutuhan biaya untuk perawatan putranya itu mencapai Rp 1 juta per bulan. Sementara penghasilan Fitriani terbatas hanya seorang petani kampung.
“Kalau ada bansos khusus untuk biaya perawatan anak saya. Karena biaya perawatannya sungguh besar mencapai Rp1 juta per bulan. Itu buat keperluan beli obat kejang, tisu, pampers, dan obat BAB, karena Wisam kesulitan BAB, jadi harus dikasih obat anusnya,” beber Fitriani.
Selama ini, Fitriani juga mengaku belum pernah tersentuh bantuan sosial (bansos) dari pemerintah daerah. “Belum, belum pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah,” akunya. **