BANTENRAYA.CO.ID – Nabi Muhammad SAW diriwayatkan dalam sebuah hadist mengatakan bahwa doa pada hari Arafah adalah doa yang paling utama termasuk saat wukuf di padang Arafah yang dilaksanaka oleh jama’ah haji.
Doa yang dipanjatkan pada 9 Dzulhijjah di hari Arafah adalah doa yang paling cepat diijabah oleh Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Perbedaan ibadah haji dan umroh terletak pada salah satu rukun yaitu wukuf yang hanya ada pada haji. Rukun umroh ada 5 yaitu niat ihram, tawaf, sa’i, memotong rambut, dan tertib. Sedangkan haji ada 6 ditambah wukuf.
Wukuf adalah kegiatan berdiam diri di Padang Arafah yang dilakukan oleh jama’ah haji pada tnggal 9 Dzulhijjah. Waktu berhenti tersebut dipakai untuk memperbanyak dzikir, doa dan intropeksi diri kepada Allah SWT.
Padang Arafah juga menjadi pengingat bahwa seluruh manusia sama derajatnya di mata Allah dan nantinya akan dikumpulkan di Padang Mahsyar.
Sebelum melakukan wukuf di Padang Arafah, para jama’ah haji melakukan serangkaian ibadah di hari Arafah dengan urutan di bawah ini:
- Menuju padang Arafah setelah terbit matahari pada 9 Dzulhijjah, sambil membaca talbiyah, tahlil, dan takbir;
- Singgah di Namirah atau sebuah bukit di luar tempat wukuf;
- Masuk ke area Padang Arafah setelah tergelincirnya matahari;
- Memantapkan hati sebaik mungkin dan membaca talbiyah selama menunggu prosesi wukuf;
- Melaksanakan sholat Dzuhur dan sholat Ashar secara jamak taqdim;
- Mendengarkan khutbah Arafah;
- Berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur’an.
Setelah rangkaian tersebut dilakukan, para jama’ah memperbanyak dzikir dan doa dengan memohon pertolongan Allah SWT di dunia maupun di akhirat.
Adapun doa yang paling sering dipanjatkan oleh Rasulullah SAW saat wukuf di Padang Arafah dilansir dari laman nu.or.id adalah sebagai berikut:
Dikutip dari Al-Mawardi dalam Al-Hawil Kabir, ini doa yang sering dibaca Rasul saat wukuf di Arafah:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَفِي قَلْبِي نُورًا اللَّهُمَّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَسَاوِسِ الصَّدْرِ وَمِنْ سَيِّئَاتِ الْأُمُورِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا يَلِجُ فِي اللَّيْلِ وَشَرِّ مَا يَلِجُ فِي النَّهَارِ وَمِنْ شَرِّ مَا تَهُبُّ بِهِ الرِّيَاحُ، وَشَرِّ بَوَائِقِ الدَّهْرِ
Lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîkalah. Lahul mulku walahul hamdu wa hua alâ kulli syai’in qadîr. Allâhummaj‘al fî sam‘î nûrâ, wa fî basharî nûrâ, wa fî qalbî nûrâ. Allâhummasyrah lî shadrî, wa yassir lî amrî. Allâhumma innî a‘ûdzu bika min wasâwisis shadri, wa min saayi’âtil umûr, wa min adzâbil qabri. Allâhumma innî a‘ûdzu bika min syarri mâ yaliju fil lail, wa syarri mâ yaliju fin nahâr, wa syarri mâ tahubbu bihir rîhu, wa syarri bawâ’iqid dahri.
Artinya, “Tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki kekuasaan dan berhak atas setiap pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhanku, jadikanlah pendengaranku, penglihatanku, dan hatiku bercahaya. lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku. Aku berlindung kepada-Mu dari bisikan hati, perkara yang buruk, dan dari azab kubur. Aku juga berlindung dari kejahatan yang datang di malam hari dan siang hari. Aku berlindung dari kejahatan yang dibawa angin dan kejelekan zaman.”***