Contoh Khutbah Jumat Singkat Serta Download PDF Tentang Hubungan Baik Dalam Bermasyarakat

Khutbah Jumat singkat Bahasa Indonesia. (Freepik/gstudioimagent1)
Khutbah Jumat singkat Bahasa Indonesia. (Freepik/gstudioimagent1)

BANTENRAYA.CO.ID – Di artikel ini terdapat referensi naskah khutbah Jumat singkat Bahasa Indonesia yang dapat digunakan para khotib pada shalat Jumat besok dan link PDF di akhir artikel.

Naskah khutbah Jumat singkat Bahasa Indonesia kali ini berjudul Fondasi Masyarakat yang Diridhoi Allah SWT. 

Dengan naskah khutbah Jumat singkat Bahasa Indonesia tentang fondasi masyarakat diharapkan dapat memberi pencerahan tentang habluminannas atau hubungan baik sesama manusia yang baik.

Bacaan Lainnya

Khutbah Jumat merupakan salah satu syarat sah dalam mendirikan shalat Jumat. Shalat Jumat dianggap sah jika sudah didahului dua khutbah sebelumnya.

BACA JUGA: Contoh Khutbah Jumat Bahasa Indonesia dan Download PDF Menggetarkan Hati: Buah Iman di Dunia

Dikutip Bantenraya.co.id dari an-nur.ac.id, berikut rukun, syarat dan sunnah khutbah Jumat:

Rukun khotbah Jumat

  • Mengucapkan puji-pujian kepada Allah Swt.
  • Membaca salawat atas Rasulullah saw.
  • Mengucapkan dua kalimat syahadat.
  • Berwasiat (bernasihat).
  • Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu dua khotbah.
  • Berdoa untuk semua umat Islam pada khotbah yang kedua.

Syarat Khotbah Jumat

  • Khotbah Jumat dilaksanakan tepat siang hari saat matahari tinggi dan mulai bergerak condong ke arah Barat.
  • Khotbah Jumat dilaksanakan dengan berdiri jika mampu.
  • Khatib hendaklah duduk di antara dua khotbah.
  • Khotbah disampaikan dengan suara yang keras dan jelas.
  • Khotbah dilaksanakan secara berturut-turut jarak antara keduanya.
  • Khatib suci dari hadas dan najis.
  • Khatib menutup aurat.

Sunah Khotbah Jumat

  • Khotbah dilaksanakan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.
  • Khotbah disampaikan dengan kalimah yang fasih, terang, dan mudah dipahami.
  • Khatib menghadap ke jamaah salat Jumat.
  • Khatib membaca salawat atau yang lainnya di antara dua khotbah.
  • Khatib menertibkan tiga rukun, yaitu dimulai dengan puji-pujian, salawat Nabi, dan berwasiat.
  • Jamaah salat Jumat hendaklah diam, tenang dan memperhatikan khotbah Jumat.
  • Khatib hendaklah memberi salam.
  • Khatib hendaklah duduk di kursi mimbar sesudah memberi salam dan mendengarkan azan.

Dengan mengetahui rukun, syarat dan sunah khutbah Jumat, jamaah sholat Jumat dapat mendengarkan khutbah Jumat dengan seksama dan khusyu’.

Berikut contoh naskah khutbah Jumat Bahasa Jawa dilansir dari dakwah.id:

FONDASI MASYARAKAT YANG DIRIDHOI ALLAH SWT

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat, rahimakumullah

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wata’ala. Dengan nikmat-Nya dan hidayah-Nya, kita dapat berkumpul di masjid ini menunaikan shalat Jumat secara berjamah.

Kedua kalinya, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan ajaran beliau hingga ajal menjemput kita.

Ketiga kalinya, di sini Khatib mewasiatkan kepada diri pribadi dan kepada jamaah sekalian, untuk senantiasa bertakwa dengan sebenar-benar takwa. Yaitu senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah kapan pun dan di mana pun kita berada. Demikian karena sebaik-baik bekal kita kelak untuk menuju Allah Ta’ala adalah dengan takwa.

Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah

Dikisahkan dari Abdullah bin Salam, seorang rahib Yahudi terpandang dan taat dalam menjalankan ajaran kitabnya.

Abdullah bin Salam adalah seorang rahib yang tidak teperdaya dengan kemewahan yang ia miliki dan kedudukannya di hadapan manusia. Beliau sangat yakin bahwa kelak akan datang seorang Nabi dan sekaligus sebagai Rasul terakhir sesuai yang telah dikabarkan dalam kitabnya.

Lantas Abdullah bin Salam selalu berdoa kepada Allah agar Dia berkenan memanjangkan umurnya sehingga dapat bertemu utusan terakhir itu. Ia juga senantiasa menanti sang Utusan di Madinah, lantaran dalam kitabnya disebutkan bahwa kelak utusan tersebut akan berhijrah ke Madinah.

Keadaan Abdullah bin Salam ini persis sebagaimana dalam firman Allah yang menerangkan bahwa orang-orang yang telah diberi al-Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, sejatinya mengetahui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana mengetahui anak cucu mereka sendiri.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ.

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah: 146).

Kaum muslimin rahimakumullah

Setelah penantian lama Abdullah bin Salam, terdengar bahwa Rasulullah akan berhijrah menuju Madinah. Sehingga Abdullah bin Salam pun sangat gembira dan selalu menanti sang Utusan tersebut.

Kemudian tatkala Rasulullah sampai di Madinah, Abdulullah bin Salam melihat sosok yang selama ini dinantinya, sosok Nabi dan Rasul terakhir; sosok yang jujur, bersahaja, dan penuh ketenangan.

Sehingga beliau pun masuk Islam dengan mengucapkan syahadat, “Asyhadu an lailaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”, setelah memastikan ulang kebenarannya dengan beberapa pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh seorang nabi.

Abdullah bin Salam pun berkata bahwa sabda Rasulullah yang pertama kali ia dengar di Madinah adalah,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ.

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ahmad no. 23272).

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat, rahimakumullah

Dalam hadits tersebut terlihat bahwa Allah subhanahu wata’ala meringkas amalan penunjang menuju surga dengan 4 perkara saja, yaitu (1) menyebarkan salam, (2) memberi makan, (3) menyambung tali persaudaraan, dan (4) melaksanakan shalat malam.

Tentu hal ini merupakan kabar gembira bagi umat Islam, karena Allah telah memudahkan jalan menuju surga dengan hanya melakukan empat amalan tersebut.

Selain itu, ternyata empat amalan ini juga merupakan fondasi dasar untuk membentuk masyarakat yang solid dan diridhai oleh Allah Ta’ala.

Keempat hal tersebut adalah fondasi dasar dan penting dalam membentuk masyarakat yang diridhai Allah sebagaimana pada masa Rasulullah. Di mana para Muhajirin yaitu orang-orang yang berhijrah ke Madinah dan Anshar yaitu penduduk asli Madinah hidup dengan rukun, solid, saling tolong-menolong, serta hidup dalam keberkahan dan keridhaan Allah Ta’ala.

Adapun penjelasan tentang fondasi-fondasi tersebut adalah sebagai berikut.

Empat Fondasi Masyarakat yang Diridhai Allah
Pertama: Mengucapkan Salam
Sebagaimana kita ketahui bahwa fondasi masyarakat yang solid dan kuat terbentuk atas dasar kecintaan. Bahkan dengan cinta, seseorang berani mengorbankan harta serta jiwanya untuk yang ia cintai.

Demikian juga dengan fondasi masyarakat, ia akan sangat kuat jika dilandasi dengan adanya kecintaan. Di mana salah satu wasilah yang besar agar masyarakat saling mencintai adalah dengan saling menyapa dan mengucapkan salam antar mereka.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ إِذَا أَنْتُمْ فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ.

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga beriman, dan tidak akan beriman hingga saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang sesuatu yang bila kalian lakukan, kalian akan saling mencintai?, tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. At-Tirmidzi no. 2688).

Kedua: Saling Memberi Makan
Jika masyarakat dalam masalah makan saja saling memberi dan perhatian, maka dalam urusan lainnya pun tentu lebih perhatian, siap, dan lebih solid. Sehingga kerja bakti, amal sosial, dan gotong-royong akan sangat mudah dilakukan dan terealisasi dengan baik.

Bahkan, ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat akan merebak di setiap lapisan sosial mereka.

Dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memotivasi dengan sabdanya,

أَيُّمَا مُؤْمِنٍ أَطْعَمَ مُؤْمِنًا عَلَى جُوعٍ، أَطْعَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ. وَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ سَقَى مُؤْمِنًا عَلَى ظَمَإٍ، سَقَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ. وَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ كَسَا مُؤْمِنًا عَلَى عُرْيٍ، كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ.

“Siapa pun orang mukmin yang memberi makan mukmin lain saat lapar, Allah akan memberinya makan dari buah surga. Siapa pun mukmin yang memberi minum mukmin lain saat dahaga, Allah akan memberinya minum pada hari kiamat dengan minuman surga (rahiqil makhtum). Siapa pun mukmin yang memberi pakaian mukmin lain saat telanjang, Allah akan memberi pakaian dari sutera surga.” (HR. At-Tirmidzi no. 2449).

Ketiga: Menyambung Tali Persaudaraan
Menyambung tali persaudaraan sangatlah penting. Seseorang ketika berkunjung kepada saudaranya untuk menyambung tali persaudaraan, baik dengan memberi hadiah maupun hanya sekadar berkunjung dengan senyuman hangat, tentu akan menumbuhkan keberkahan, solidaritas, dan ikatan sosial yang sangat erat. Sehingga suasana di masyarakat semakin tenteram dan menyejukkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memotivasi umat Islam untuk saling menyambung silaturahmi. Beliau bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung kekerabatan.” (HR. Abu Dawud no. 1693).

Keempat: Melaksanakan Shalat Malam
Shalat malam merupakan ibadah shalat yang paling utama setelah shalat wajib lima waktu (HR. Muslim). Pada waktu malam pula, Allah subhanahu wata’ala turun ke langit pertama dan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya yang memohon pada waktu tersebut.

Selain itu, waktu malam juga merupakan waktu yang tepat dan indah untuk bermunajat, mencurahkan segala keluh-kesah, dan memohon berbagai solusi dalam kehidupan.

Oleh karenanya, shalat malam hendaknya ditegakkan di masyarakat sebagai fondasi kejiwaan dan ruh kesalehan terhadap Rabb yang telah menciptakan, memberi, dan melapangkan segala urusan manusia.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

أَمَّا بَعْدُ.

Kaum muslimin rahimakumullah

Menyebarkan salam, memberi makan, menyambung tali persaudaraan, dan melaksanakan shalat malam merupakan empat fondasi penting yang hendaknya ditegakkan oleh masyarakat. Sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang solid, saleh, dan mendapatkan rahmat serta keridhaan dari Allah Ta’ala.

Kesejahteraan masyarakat tidak hanya terealisasi dengan munculnya berbagai bangunan dan kemudahan infrastruktur semata. Melainkan, harus diimbangi dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, seperti saling menyapa, memberi makan, dan silaturahmi; juga hubungan manusia dengan Allah Ta’ala seperti shalat malam. Semuanya tidak boleh dipisahkan!

Kaum muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian materi khutbah Jumat tentang empat fondasi masyarakat yang diridhai Allah. Semoga khutbah yang kami sampaikan ini bermanfaat, terutama bagi diri pribadi dan jamaah sekalian. Mari kita tutup khutbah ini dengan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

 

Download PDF khutbah singkat di atas: Fondasi-Masyarakat-yang-Diridhai-Allah.***

Pos terkait