Fadli Zon Berikan Balasan Pantun Satire untuk Butet Kertaredjasa: Lagi Kepepet untuk Isi Dompet

Butet Kertaredjasa
Butet Kertaredjasa dikirimkan pantun satire oleh Fadli Zon. (Twitter/@fadlizon/@ArieMutyara)

BANTENRAYA.CO.ID – Pantun Butet Kertaredjasa di perayaan puncak Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Sabtu 24 Juni 2023 menjadi sorotan publik.

Tidak sedikit publik yang menilai pantun Butet Kertaredjasa di panggung PDIP sarat dengan sindirian terhadap Anies Baswedan Prabowo Subianto.

Dalam pantunnya tersebut, Butet Kertaredjasa menyebut membanding sosok jagoan Jokowi yang identik dengan berambut putih dengan sosok yang pandir dan si hobi culik.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Link Nonton King The Land Episode 4 Sub Indo: Sa Rang Naik Jabatan, Gu Won Mulai Tertarik

Lantaran pantunnya itu, Fadli Zon ikut mengomentari apa yang dibacakan Butet di panggung PDIP.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon menyatakan bahwa Butet saat ini sedang kepepet sehingga membuatnya cerewet.

“Butet lagi kepepet. Biarlah dia sedikit cerewet,” cuitan Fadli Zon melalui akun Twitter pribadibya @fadlizon, pada Minggu 27 Juni 2023.

BACA JUGA: Rekomendasi 3 Tempat Makan Mie Ongklok Terfavorite di Wonosobo: Kuliner Khas dan Rasanya Enak

Fadli Zon menambahkan yang membuat Butet cerewet seperti itu karena untuk mengisi dompetnya.

“Untuk mengisi dompet,” tulis Fadli Zon.

Sementara itu, Dahnil Anhar Simanjuntak turut mengomentari pantum budayawan asal Yogyakarta tersebut.

BACA JUGA: Mundur Jadi Gubernur NTT Untuk Maju Caleg, Harta Kekayaan Viktor Laiskodat Dengan Jumlah Fantastis Disorot

“Mas Butet ngomong opo? Ah sudahlah,” ujar Dahnil Anhar Simanjuntak melalui akun Twitter pribadinya @Dahnilanzar.

Dahnil mengatakan bahwa tidak ada waktu untuk baper dengan tudingan dan kebencian yang disampaikan dari pantun Butet.

“Tidak ada waktu kami baper dan marah-marah sama tudingan dan kebencian,” ungkap Dahnil.

BACA JUGA: Daftar Lokasi Sholat Idul Adha Muhammadiyah 28 Juni 2023 di Jakarta, Lengkap dengan Nama Khatib dan Imam

Pantun Butet Kertaredjasa di Panggung PDIP

Dalam pantun yang dibacakan Butet Kertaredjasa, ia memuji PDIP yang mempunyai semangat meneruskan, bukan seperti kelompok lain yang datang membawa semangat perubahan.

“Di sini semangat meneruskan, di sana maunya perubahan. Itulah sebuah persaingan,” kata Butet Kertaredjasa, sebagaimana dikutip Bantenraya.co.id dari video yang diunggah akun Twitter @panca66, Minggu 25 Juni 2023.

BACA JUGA: Potret Resepsi Pernikahan Kevin Sanjaya Gunakan Pakaian Berlambang Garuda, Dihadiri Sejumlah Pejabat Negara, dan Artis

Kemudian, Butet menyinggung soal banjir yang masih jadi permasalahan Ibu Kota Jakarta.

“Di sini menyebutnya banjir, di sana menyebutnya air yang parkir,” ucap Butet.

“Ya, begitulah kalau otaknya pandir,” sambungnya.

BACA JUGA: Link Pesan PO Majalah BOBO Edisi Koleksi Terbatas Spesial Ulang Tahun Ke-50, Ada 100 Halaman!

Selanjutnya, Butet mengungkapkan ada sosok yang suka berkoar-koar ingin dijegal karena tengah diincar KPK.

Ia mengatakan sosok yang tengah diincar KPK sebagai tukang ‘nyolog’.

“Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lha, kok koar-koar mau dijegal,” ujarnya.

BACA JUGA: Jadwal Acara TV ANTV Hari Ini Jumat, 9 Juni 2023: Mega Bollywood Ram Jaane, Jodha Akbar, Imlie Hingga Vidya

Lalu, dalam pantun tersebut, budayawan kelahiran Yogyakarta, 21 November 1961 ini mengungkapkan jagoan calon presiden pilihan Jokowi yang identik dengan sosok berambut putih dan suka bekerja keras.

“Jagoan Pak Jokowi rambutnya putih, gigih bekerja sampai jungkir balik,” ungkap Butet.

Butet menyatakan bahwa hati seluruh rakyat Indonesia akan sedih kalau dipimpin presiden yang hobinya menculik.

BACA JUGA: Hari Terakhir! Borong dan Cek Katalog Promo JSM Indomaret Minggu Ini 23-25 Juni 2023, Minyak Cuma Rp30 Ribu an!

“Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih, jika kelak ada presiden hobinya kok menculik,” terangnya.

Terakhir, menutup pantunnya itu, Butet menyinggung pemimpin yang modalnya transaksional bukanlah tauladan dan negarawan.

“Ini terakhir. Cucu komodo mengkeret jadi kadal, tak lezat digulai biarpun pakai santan. Kalau pemimpin modalnya cuman transaksional, dijamin bukan tauladan kelas negarawan,” tutupnya.***

Pos terkait