BANTENRAYA.CO.ID – Komisi V DPRD Provinsi Banten menilai Pemprov Banten gagal dalam menangani masalah pengangguran di Provinsi Banten.
Hal ini ditunjukkan dengan capaian bahwa pengangguran di Provinsi Banten yang merupakan pengangguran dengan jumlah terbanyak se-Indonesia.
Sekretaris Komisi V DPRD Provinsi Banten Dede Rohana Putra mengatakan, Pemprov Banten telah gagal dalam mengatasi masalah pengangguran sehingga jumlah pengangguran di Provinsi Banten menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Karena itu ke depan dia akan memanggil jumlah pihak terkait salah satunya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten untuk mengupas permasalahan pengangguran di Provinsi Banten ini.
“Kita akan cari tahu ini masalahnya ada di mana,” kata Dede, Selasa, 9 Mei 2023.
Dede mengatakan, tingginya angka pengangguran tidak sebanding dengan data investasi di Provinsi Banten yang saat ini mengalami kenaikan. Juga capaian positif lain dari Pemprov Banten.
“Saya kaget, terkejut, dan marah juga,” kata politisi PAN ini.
Dede mengatakan, tingginya angka pengangguran tidak sebanding dengan data investasi di Provinsi Banten yang saat ini mengalami kenaikan. Juga capaian positif lain dari Pemprov Banten.
Baca juga: JUARA BERTAHAN! 2 Tahun Berturut-turut Banten Juara 1 Pengangguran Seindonesia
“Saya kaget, terkejut, dan marah juga,” kata politisi PAN ini.
Menurutnya penyebab banyaknya pengangguran ini harus digali secara cermat apakah ini disebabkan oleh banyaknya persaingan dari daerah luar yang ke Banten sehingga warga Banten sendiri kalah bersaing dalam mendapatkan pekerjaan.
Pasalnya, dalam mendapatkan pekerjaan sebuah daerah tidak bisa melarang warga dari daerah lain untuk mencari pekerjaan. Sementara Provinsi Banten merupakan salah satu daerah tujuan masyarakat di luar Banten yang ingin mendapatkan pekerjaan.
Atau penyebab pengangguran juga disebabkan oleh perusahaan-perusahaan yang menanamkan investasi padat modal namun tidak padat karya.
Baca juga: Pengangguran Banten Tinggi
Perusahaan semacam ini meski memiliki modal yang besar namun tidak membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga serapan tenaga kerja sangat rendah.
Jika masalah pengangguran ini disebabkan karena tidak nyambungnya antara jurusan pendidikan di lembaga pendidikan yang ada di Provinsi Banten dengan dunia kerja maka ke depan perlu ada link and match antara lembaga pendidikan di Banten dengan lapangan pekerjaan yang ada.
Pj Gubernur Banten Al Muktabar mengklaim meski Banten juara 1 pengangguran di Indonesia namun angka TPT terus mengalami perbaikan, dengan artian tran penurunannya terus terjadi.
Hal itu tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemprov Banten bersama seluruh stakeholder.
Baca juga: 22 TAHUN PROVINSI BANTEN, Indeks Kebahagiaan Rendah, Pengangguran Masih Tinggi
“Secara angka grafik nasional kita memang masih tinggi. Tapi setelah kita dalami dari data yang disampaikan oleh BPS itu, ada penurunan yang cukup besar. Artinya, segala upaya yang dilakukan Pemprov Banten sudah berdampak positif,” katanya.
Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kembali angka pengangguran terbuka itu, Al mewarning para pendatang baru yang biasa terjadi pascalibur Lebaran untuk menyiapkan diri dengan kompetensi yang mumpuni sesuai dengan peluang bidang kerja yang tersedia.
Dirinya meminta kesadaran itu dilakukan, agar nantinya tidak tercatat sebagai pengangguran baru.
Termasuk juga bagi para pekerja yang sudah diterima, agar segera melaporkan ke dinas terkait agar pendataan itu bisa dilakukan.
“Kita butuh kebersamaan itu,” ujarnya.
Baca juga: Pengangguran Berhasil Ditekan Diangka 10,58 Persen
Diungkapkan Al Muktabar, Pemprov terus berikhtiar bagaimana investasi di Banten ini ditingkatkan. Karena dengan peningkatan jumlah investasi, maka akan membuka peluang banyak lapangan kerja.
Kemarin juga dirinya mengunjungi pabrik Lotte di Cilegon untuk memastikan serapan tenaga kerja lokal sudah optimal.
Nilai investasi PT lotte Chemical Indonesia (LCI) di Kota Cilegon mencapai Rp60 triliun. Jumlah investasi itu sangat besar dan diproyeksikan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 15.000 dimana 95 persennya adalah tenaga kerja lokal.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Septo Kalnadi mengungkapkan, sektor industri padat modal seperti LCI tidak mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dibandingkan sektor indutri padat karya.
Baca juga: Rekomendasi! 3 Tempat Wisata di Pekanbaru Terbaru, Hits dan Menarik, Cocok Bersama Keluarga
Hal itu dikarenakan ada spesifikasi khusus yang dibutuhkan oleh industri padat modal.
“Selain itu juga banyak teknologi yang membantu operasional perusahaan,” ujarnya.
Oleh karenanya, yang banyak membantu dalam penyerapan tenaga kerja itu adalah sektor industri padat karya.
“Ini yang sedang kita galakkan. Mudah-mudahan di Kawasan industri yang baru itu, akan banyak industri padat karya yang berinvestasi,” ucapnya.
Baca juga: Masjid Raya Al Bantani KP3B Tidak Aman! Sehari 2 Helm Hilang Digasak Maling
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 34 provinsi di Indonesia, Banten juara 1 pengangguran seindonesia dengan nilai 7,97 persen atau 486,35 ribu pengangguran.
Posisi Banten juara 1 pengangguran seindonesia ternyata bukan hanya tahun 2023 ini. Pada tahun sebelumnya, tahun 2022, Banten juara 1 pengangguran seindonesia dengan nilai 8,53 persen.
Rilis BPS menyebutkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut provinsi pada periode Februari 2023.
Adapun 5 provinsi dengan tingkat pengangguran paling banyak adalah Provinsi Banten 7,97 persen, Jawa Barat 7,89 persen, Kepulauan Riau 7,61 persen, DKI Jakarta 7,57 persen, dan Kalimantan Timur 6,37 persen.
Baca juga: Ini Kekeliruan Turun-temurun tentang Seba Baduy Kata Akademisi UIN Banten Ade Jaya Suryani
Sementara bila dibandingkan dengan data TPT menurut provinsi pada periode Februari 2022 maka 5 provinsi dengan pengangguran paling banyak yaitu Provinsi Banten 8,53 persen, Jawa Barat 8,35 persen, Kepulauan Riau 8,02 persen, DKI Jakarta 8,00 persen, dan
Kalimantan Timur 6,77 persen. ***