Masa Tinggal Jemaah Haji Selama Menunaikan Ibadah Haji di Makkah Bakal Diperpendek

Data jemaah haji sakit dan wafat
Jemaah haji Indonesia mendapaatkan perawatan medis di Rumah Sakit Arab Saudi. (Foto/kemenag.go.id)

BANTENRAYA.CO.ID – Penyelenggaraan ibadah haji tengah digodok. Rencananya masa tinggal jemaah yang melaksanakan ibadah haji di Makkah akan diperpendek.

Kementerian Agama atau Kemenag saat ini sedang melakukan kajian terkait kemungkinan memperpendek masa tinggal jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.

Saat ini operasional kedatangan jemaah haji di Arab Saudi berlangsung dari 1 Zulkaidah sampai 4 Zulhijjah. Sedangkan operasional kepulangan dimulai dari 15 Zulhijjah.

BACA JUGA : 26 Jemaah Haji Indonesia Masih Dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi, Begini Kondisinya Sekarang

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid menjelaskan, kajian memperpendek masa tinggal jemaah haji Indonesia di Arab Saudi sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Permasalahan pokoknya lebih pada aturan penerbangan di Arab Saudi dan itu tertuang dalam Ta’limatul Hajj.

“Ketentuan Arab Saudi, negara yang mengirimkan jamaahnya lebih dari 30.000, masa operasional penerbangannya, baik saat kedatangan maupun kepulangan, masing-masing minimal 30 hari. Ini tertuang dalam Pasal 16,” tegas Subhan dikutip Bantenraya.co.id dari kemenag.go.id, Selasa 12 September 2023.

Dalam Ta’limatul Hajj, kata Subhan, diatur juga masa operasional kedatangan dan kepulangan. Jika dihitung dari 1 Zulkaidah, maka operasional kedatangan berlangsung selama 34 hari. Namun, untuk memperpendek masa tinggal, jemaah Indonesia diberangkatkan mulai 4 Zulkaidah sampai 4 Zulhijjah.

“Operasional pemulangan, dimulai 15 Zulhijjah. Jemaah kloter pertama yang berangkat pada 4 Zulkaidah, baru bisa pulang pada 15 Zulhijjah. Sehingga masa tinggal minimal adalah 41 hari,” ujarnya.

BACA JUGA : Sembuh, 8 Jemaah Haji Pulang ke Tanah Air, 26 Wafat Jemaah Dilaporkan Meninggal Dunia

Subhan mengatakan, Kemenag pernah menanyakan aturan dalam Ta’limatul Hajj ini ke pihak Arab Saudi. Jawabannya, karena keterbatasan slot penerbangan.

Saat ini, Indonesia mendapatkan rata-rata 17 sampai 18 slot penerbangan per hari. Dengan infrastruktur bandara yang ada saat ini, Saudi belum bisa memberikan tambahan slot penerbangan.

“Upaya ke depan yang perlu kita lakukan adalah membahas dengan pemerintah Arab Saudi kemungkinan memperluas bandara. Sehingga slot yang disediakan untuk Indonesia bisa ditambah,” terang Subhan.

Selain perluasan, Subhan berharap Saudi membuka bandara baru. Subhan mengaku sudah mendengar opsi membuka bandara di Thaif. Jarak bandara ini relatif dekat dengan Makkah. Jika bandara baru dibuka, slot penerbangan yang tersedia semakin banyak.

“Kalau kita bisa mendapatkan lebih dari 25 slot per hari, itu akan cukup signifikan, bisa mengurangi masa tinggal. Ini perlu lobi intensif dan terus menerus. Mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi saya yakin ke depan bisa diwujudkan,” katanya. ***

Pos terkait