Masjid Agung Cilegon Krisis Keuangan Sejak 2019

Masjid Agung Cilegon Krisis Keuangan Sejak 2019
BUTUH PENANGANAN: Pengendara motor melintas di jalan protokol Kota Cilegon dengan latar belakang Masjid Nurul Ikhlas Cilegon, Rabu (29 Januari 2025).

BANTENRAYA.CO.ID – Persoalan dicabutnya aliran listrik Masjid Nurul Ikhlas Cilegon atau biasa disebut Masjid Agug Cielgon menuai pro kontra di kalangan masyarakat.

Masjid yang menjadi simbol atau ikon kota baja tersebut ternyata tidak sanggup membayar listrik yang nilainya hanya Rp3,5 juta saja.

Masalah pembayaran dan pengelolaan Masjid Agung Kota Cilegon ini ternyata sudah terjadi sejak lama.

Bacaan Lainnya

Menurut penuturan salah satu pengurus yakni masjid Agus Surahmat, keuangan Yayasan Masjid dan Islamic Center Nurul Ikhlas sudah terjadi sejak pertengahan 2019.

Dikriminalisasi Pengusaha Tambang Ilegal, Warga Mekarsari Ngadu ke Dewan

mengurus keperluan, sejumlah pengurus sudah memberi dana talangan yang nilainya sampai ratusan juta rupiah hingga 2024.

“Saya harus menguraikan bukan pada saat ini, saya harus mengurai itu dari tahun 2019 pertengahan ke atas, saat pandemi covid-19.

Kenapa harus mengawali itu karena semua terdampak, termasuk juga Masjid Agung atau Islamic Center.

Kenapa harus menyampaikan seperti ini, jujur kami katakan pada saat itu hampir tidak ada sama sekali untuk kegiatan tidak ada, dan dilarang pada saat itu,” katanya, Rabu (29 Januari 2024).

Sembilan ASN Pemprov Banten Dipecat

Menurut Agus, meski tidak ada kegiatan. Namun operasilan masjid yang mencapai Rp40 sampai Rp50 juta per bulan, tetap harus dikeluarkan, sehingga operasional terpaksa ditalangi pengurus.

“Waktu itu pun ketika berbicara tentang kotak amal masjid itu hanya Rp1,32 juta per minggu, sementara pengeluaran kita harus tetap antar Rp43 juta sampai Rp50 juta pada waktu itu.

Parkir juga sedikit, jamaah sedikit, kegiatan tidak ada sama sekali.

Namun pengurus harus mengcover kebutuhan semuanya, pertama kebutuhan listrik, kebutuhan air, kebutuhan perawatan dan kebutuhan (bayar) iman 3 orang, muazin 3 orang, teknisi 3 orang, bagian peribadatan 1 orang, satpam 2 orang, parkir 3 orang dan cleaning service 5 orang,” katanya.

Rp50 Miliar untuk Tangani Kawasan Kumuh

Hal itu, menurut Agus, menjadikan persoalan, pemenuhan kebutuhan terpaksa diambil dari data hutangan atau talangan dari pengurus. Bahkan, nilainya mencapai ratusan juta rupiah.

“Langkah yang kami lakukan maka terus terang aja kami berhutang mencari pinjaman, kami mencari pinjaman,

bukan hanya itu saja tapi ada juga talangan saya dengan bendahara kita patungan dari kantong pribadi untuk cover kebutuhan itu. Itu berlanjut hingga 2022.

Nah, kemudian setelah itu ketika sudah dibuka kembali memang kemudian agak bergairan ada peningkatan, dan hanya itu di 2023, nah bendahara itu sampai menalangi hamper Rp200 juta termasuk saya mungkin sekitar Rp100 juta, jadi memang talangan,” ujarnya.

Menjelang Imlek Harga Ikan Bandeng Rp40 Ribu Per Kilogramnya

Agus menyampaikan, berbicara pemutusan listrik itu bukan sekarang, tapi 2 tahun lalu seharusnya sudah dilakukan. Namun karena pengurus bertanggung jawab, maka masih dilakukan talangan.

“Jika kami tidak bertanggung jawab sudah 2 tahun lalu listrik mati. Tapi kami diam dan kami lakukan itu semuanya agar semua tertangani,

belum lagi berbicara soal perawatan, plafon roboh, bocor dan terus terang pendapatan itu kami keluarkan dari kantong pribadi saya dan bendahara. Namun, sekarang memang tidak bisa lagi ditalangi,” ujarnya.

Agus menyampaikan, per bulannya operasional masjid dan Islamic mencapai Rp50 juta. hal tersebut sekarang sudah besar pasak daripada tiang. Sebab, dana yang masuk tidak mencukupi dan hampir setiap bulannya defisit.

DLH Kota Tangerang Segel Perusahaan Pengelola Sampah B3 di Uwung Jaya

“Per 30 Desember 2024, keuangan yayasan pendapatan DKM Rp17.267.700 dari parkir, kotak amal dan lainnya, bantuan islamic center Rp9.713.000, Islamic center Rp20.400.000, penyewaan gedung subtotal masuk sekitar Rp47 juta.

Untuk pengeluaran DKM Rp30 juta, itu ada biaya perawatan, Islamic center Rp20 juta tentang perawatan listrik dan sebagainya, hutang Yayasan Rp2.893.980, jadi defisit per 30 Desember 2024 itu Rp6.654.044,” tegasnya.

Rincian pengeluaran dan pendapatan DKM, jelas Agus, yakni tromol jumat Rp10.633.000, penitipan barang Rp200 ribu, tanah wakaf Rp434.000, parkir Rp6 juta, subtotal Rp17.267.700.

Untuk pengeluaran DKM bidang peribadatan Rp13.500.000, rekening listrik dan air Rp6.938.000, honor pegawai Rp7.113.000, kesekretariatan Rp200 ribu, administrasi parkir Rp3 juta, subtotal Rp30 juta. “Artinya sudah minus untuk masjid saja,” ucapnya.

Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp2 Miliar di Kota Serang Hanya Cukup Tiga Hari

Sebelumnya, disegelnya aliran listrik sempat menjadi viral di media sosial, hingga akhirnya listrik dinyalakan kembali setelah Walikota Cilegon terpilih Robinsar membayarkan ke PLN.

Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Kesra Sekretariat Daerah (Setda) Kota Cilegon Rahmatullah menegaskan, seharusnya yang Namanya Masjid Agung seharusnya dikelola pemerintah daerah, seperti kabupaten dan kota lainnya.

Namun, Masjid Agung Nurul Ikhlas secara legalitas formal belum masuk pengelolaan Pemkot Cilegon, dan dikelola yayasan.

“Seharusnya demikian yang namanya masjid agung yang ada di kabupaten atau kota lain lain (dikelola pemda). Tapi Masjid Agung Nurul Ikhlas Kota Cilegon secara legalitas formal belum masuk pada pengelolaan Pemda Kota Cilegon,” jelasnya. (uri)

Pos terkait