BANTENRAYA.CO.ID – Inilah informasi seputar materi khutbah Idul Fitri 1444 H tema musibah dan cobaan bagian dari kehidupan lengkap dengan pembukaan dan doa.
materi khutbah Idul Fitri 1444 H cocok menjadikan referensi saat anda khatib saat sholat ied.
Materi khutbah Idul Fitri 1444 H ini menjelaskan bahwa musibah merupakan bagian kehidupan dimana tidak ada manusia yang tidak mempunyai masalah dalam kehidupan
Sehingga masalah dan cobaan yang ada dalam hidup sesuatu hal yang harus dihadapi baik itu sesuatu yang kecil maupun yang besar.
Penasaran dengan materi khutbah Idul Fitri 1444 H tema musibah dan cobaan bagian dari kehidupan lengkap dengan pembukaan dan doa? Simak artikel ini sampai selesai.
Dikutip Bantenraya.co.id dari suaramuhammadiyah.id, Berikut ini adalah materi khutbah Idul Fitri 1444 H tema musibah dan cobaan bagian dari kehidupan lengkap dengan pembukaan dan doa:
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لآأِلهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .اللهُ اَكْبَرُكَبِيْرًا وَالْحَمْدُاِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةَوَّاَصِيْلًا
Hadirin kaum Muslimin yang berbahagia
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SwT, atas limpahan karunia-Nya yang tiada terhingga, sehingga kita bisa berkumpul bersama, bersimpuh di hadapan-Nya merayakan Idul Fitri, 1 Syawal 1443 H. Kita merayakan Idul Fitri dalam suasana lebih baik dari tahun lalu karena wabah covid-19 sudah mulai mereda. Tapi walaupun demikian kita hendaknya tetap waspada, berhati-hati menjaga kesehatan karena wabah akan selalu berulang, dan musibah akan datang tiada terduga.
Hadirin yang berbahagia
Di hari yang berbahagia ini khatib ingin mengajak hadirin untuk merenungkan makna kehidupan secara mendalam. Supaya kita dapat belajar dan memahami atas segala ketentuan Allah yang menimpa kepada kita.
Kalau kita camkan dan perhatikan perjalanan kehidupan manusia, banyak pelajaran yang bisa kita peroleh dari rangkaian kehidupan tersebut, kehidupan manusia tidak lepas dari keadaan baik dan buruk, susah dan senang, sehat dan sakit, senggang dan sibuk. Itu semua variasi yang menyadarkan kita bahwa hidup itu tidaklah tetap dalam suatu keadaan tetapi berubah. Kalau sehat akan mengalami sakit, kalau kaya akan mengalami pailit, kalau senggang akan mengalami repot. Sungguh tepat apa yang disampaikan Al-Qur’an
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. ” (Qs Al-Baqarah: 155).
Menurut para pengamat kehidupan, dunia itu sejak dihuni manusia beberapa ribu tahun yang lalu selalu dihinggapi oleh berbagai cobaan dan musibah. Apakah itu musibah peperangan dan permusuhan, baik perang antar kelompok, antar suku maupun perang dunia. Ada juga musibah wabah penyakit berganti-ganti dan menelan korban jiwa serta harta. Seperti pernah mengalami wabah polio, TBC, malaria dan virus flu yang mematikan. Dunia ini dari dulu sampai sekarang juga sering ditimpa oleh kelaparan yang sangat menyedihkan diderita oleh kelompok kecil masyarakat maupun kelaparan massal menimpa suatu negara, seperti halnya di sebagian negara Afrika, Yaman, Ukraina dan di negara-negara lainnya. Dan bumi ini pula sering dilanda bencana alam baik dalam skala kecil maupun skala besar.
Oleh karena itu, musibah yang saling berganti akan tetap melanda manusia sepanjang masa sampai dunia ini tiada. Semua musibah tersebut bisa berfungsi sebagai alat untuk mengingatkan manusia supaya sadar bahwa dirinya adalah rentan terhadap kemusnahan. Berfungsi menyadarkan manusia bahwa dirinya rentan terhadap kesengsaraan, kapan pun bisa terjadi. Bisa terjadi kesengsaraan akibat peperangan, akibat dari bencana alam, akibat dari wabah penyakit dan bisa terjadi karena kelaparan yang melanda suatu daerah.
Menurut para ahli yang mengamati perikliman, sebentar lagi akan banyak bencana alam dan kelaparan diakibatkan oleh perubahan iklim karena terjadi kerusakan lingkungan yang sangat parah. Baik di darat maupun di lautan, baik air maupun udara sehingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Perubahan iklim menyebabkan ketidakteraturan cuaca dan curah hujan sehingga terjadi gagal panen dan kesulitan bahan pangan. Itu semua karena akibat ulah tangan manusia dalam mengelola sumber daya alam. Mereka serakah dalam mengeksploitasi bumi dengan semena-mena tanpa batas dalam mendapatkan kekayaan dan melupakan masa depan.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ( Ar-Rum 41).
Ayat itu memberikan pembenaran bahwa segala bencana yang menimpa manusia adalah merupakan akibat dari kesalahan manusia. Dan musibah tersebut sebagai bentuk hukuman atas akibat kesalahan mereka itu. Allah telah menjadikan hukum-hukum alam yang terdapat di bumi itu dan jika dilanggar maka akibatnya akan mengalami kehancuran yang dampaknya sangat merugikan terhadap manusia itu sendiri.
مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. ( An-Nisa 79).
Dalam Fiqh Kebencanaan yang dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah berdasarkan Hasil Munas Tarjih yang disahkan melalui SK No. 102/KEP/I.0/B/2015 tanggal 29 Syakban1436 H/16 Juni 2015 M memahami bahwa bencana merupakan wujud kasih sayang Allah kepada manusia. Bencana merupakan ujian dan cobaan keimanan. Orang beriman akan memahami bahwa apapun yang menimpa mereka adalah “kebaikan” dari Allah yang Rahman dan Rahim. Bencana merupakan ketetapan dan ketentuan (takdir) dari Allah.
Ada bencana yang terjadi karena perubahan siklus alam yang tidak ada kaitannya dengan manusia seperti gempa; dan ada bencana yang terkait dengan perilaku manusia dalam menjalankan fungsi kekhalifahan, semisal eksploitasi alam. Bencana bisa terjadi karena “dosa sosiologis” manusia yang salah perhitungan terhadap alam, seperti membangun pemukiman di lereng gunung sehingga terjadi longsor dan banjir.
اَلله ُ اَكْبَرُ
اَلله ُ اَكْبَرُ
Hadirin jamaah Ied yang berbahagia
Manusia hidup di dunia mempunyai tugas sebagai khalifah fi al-ardi, memakmurkan dan memeliharanya supaya bumi tidak cepat rusak maupun musnah. Jika manusia lebih banyak yang merusaknya maka bumi akan lebih cepat pada pemusnahannya. Dan hal tersebut harus disadari oleh segenap umat manusia jika melakukan kesalahan pengelolaan menyebabkan keruksakan maka akibatnya akan dirasakan oleh dirinya dan oleh orang lain bahkan oleh makhluk Allah yang lainnya. Oleh karena itu seyogianya kaum muslimin ketika mengalami musibah apapun yang menimpa dirinya melakukan introspeksi atau muhasabah dan mengevaluasi kesalahan apa kiranya yang telah dilakukan dan secepatnya bertobat ingat Allah dan kembali kepada aturan agama Allah.
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. ( Ali Imron 135).
Oleh karena itu kewaspadaan terhadap adanya bencana sangatlah diperlukan sebab bencana biasanya tiba-tiba datangnya dengan waktu yang tidak ditentukan bisa pagi atau sore bisa malam atau siang. Terutama bencana alam adalah betul-betul sangatlah susah diprediksi. Seperti gempa bumi dan tsunami, angin topan dan gunung meletus. Firman Allah dalam surat Al-A’raf menegaskan akan hal tersebut.
Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? (QS. 7:97) Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (QS. 7:98) Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. 7:99).
Siapa yang menyangka sebelumnya akan terjadi peperangan antar Rusia dan Ukraina yang menelan banyak korban, sehingga melahirkan ketakutan dan kelaparan. Siapa sangka dengan tiba-tiba adanya wabah pandemi Covid-19 yang melahirkan krisis ekonomi dan kemanusiaan, tidak ada yang mengira datangnya longsor dan banjir bandang di beberapa tempat di Indonesia. Semuanya hanya Allah saja yang tahu akan kepastian terjadinya bencana dan kesusahan.
Maka bagi orang yang beriman akan selalu waspada terhadap datangnya segala cobaan dari Allah sehingga kita selalu mendekatkan kepada Allah. Tidak lengah dengan selalu berbuat kebaikan sehingga apapun yang terjadi kita bertawakal kepada-Nya. Dan puasa yang baru saja kita jalani diharapkan menjadikan kita mempunyai kemampuan untuk imsak, menahan diri atau mengendalikan diri dari keserakahan dari kedzaliman. Selama sebulan kita dilatih Allah untuk mengendalikan makan minum dan mengumbar hawa nafsu. Selayaknya berbekas terhadap diri kita untuk mampu mengendalikan dorongan hawa nafsu supaya tidak menimbulkan bencana yang melahirkan kerugian baik bagi diri kita maupun lingkunga kita.
Shaum Ramadhan sebaiknya berdampak terhadap usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SwT Tuhan yang maha kuasa, yang selama ini mungkin agak terabaikan oleh kesibukan duniawi kita. Sibuk dengan keluarga atau sibuk dengan karir dan pekerjaan. Sehingga abai terhadap kewajiban untuk taqarub dan berdzikir kepada-Nya. Berdoa dengan khusuk agar terhindar dari musibah maupun bencana.
Selesainya ibadah Shaum Ramadhan menjadikan kita semakin menyadari hakikat kehidupan di dunia ini, harus meyakini bahwa hidup ini sementara, dan akan pulang ke negeri akhirat. Dengan banyaknya korban meninggal hendaknya menjadi pelajaran bahwa hidup ini Allah yang menentukan. Sebagaimana manusia hidup ke dunia atas kehendak dan ketentuan Allah begitu pula kematian atas kehendak dan ketentuan Allah. Atas kehendak Tuhan manusia lahir ke dunia dan atas kehendak Tuhan pula kita akan kembali kepada-Nya. Kapan dan di mana semua ada dalam takdir Allah SwT
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ – ٣٤
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs Lukman :34).
Shaum sebulan juga hendaknya semakin punya kepedulian sosial yang tinggi, memperhatikan sanak saudara, handai taulan dan tetangga. Jika ada yang kekurangan kita bantu semampu kita. Dengan banyaknya musibah banyak orang yang susah dan banyak orang kehilangan mata pencaharian otomatis makin banyak orang yang kesusahan untuk makan. Dengan memberi pertolongan pada tetangga yang kesulitan maka makin sempurnalah keimanan kita kepada Allah SwT.
Sekian sikapilah segala musibah dan cobaan dengan tetap tenang, waspada, pelajari cara perlindungan, ikhtiar bertanya kepada ahli dan tidak berhenti berdoa kepada Allah SwT dengan doa yang tulus dan bertawakal dalam kesabaran.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Demikian materi khutbah Idul Fitri 1444 H tema musibah dan cobaan bagian dari kehidupan lengkap dengan pembukaan dan doa.***