MBG Serap Ratusan Ribu Tenaga Kerja

MBG Serap Ratusan Ribu Tenaga Kerja
PENJUALAN MENINGKAT: Pengusaha pisang di Kecamatan Gunungsari Faturohman Al Aziz saat memasarkan pisangnya di salah satu lapak, Minggu (16 November 2025).

BANTENRAYA.CO.ID – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto ternyata memiliki dampak pada penyerapan tenaga kerja.

Di Provinsi Banten, saat ini setidaknya ada 20.000 orang yang bekerja di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG.

Kepala Regional Badan Gizi Nasional (BGN) Provinsi Banten Ichsan Rizqiansyah membenarkan bila program MBG berdampak positif pada pengurangan pengangguran di Banten.

Bacaan Lainnya

Dia mengungkapkan, setiap SPPG setidaknya mempekerjakan kurang lebih 50 orang. Sementara saat ini ada kurang lebih 400 SPPG yang sudah aktif di Provinsi Banten.

BACA JUGA : Pembuatan EKTP di Kota Serang Capai 99 Persen

“Insya Allah SPPG yang aktif di Banten sekitar 400-an,” kata Ichsan, Minggu (16 November 2025).

Ichsan mengungkapkan, setiap SPPG setidaknya mempekerjakan 47 relawan dan 2 staff yang terdiri dari akuntansi dan ahli gizi.

Selain itu, ada juga satu orang Kepala SPPG yang bertanggung jawab terhadap dapur tersebut.

“Mereka ada yang di bagian pemorsian, ada yang di bagian masak, ada di bagian packing, driver, dan sebagainya,” katanya.

BACA JUGA : Nelayan Karangantu Tak Melaut Lantaran Gelombang Tinggi

Tidak hanya itu, MBG juga membuat peternak maupun petani di daerah hidup. Bahan makanan seperti sayur, daging, buah, hingga susu dibeli dari para peternak dan petani lokal.

“Sama yang memasok bahan-bahan makanan, sayur, susu dari sapi langsung kalau ada, daging, buah dan sebagainya dari para petani, peternak, dan lain-lain,” ujarnya.

Dengan adanya lowongan pekerjaan di program MBG ini, maka turut serta dalam mengurangi angka pengangguran di Provinsi Banten.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Septo Kalnadi membenarkan bahwa program MBG memberi dampak positif pada penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten.

BACA JUGA : Cobain Nikmatnya Seafood Khas di Jayakarta Anyer

Meski demikian, karena data valid soal jumlah SPPG yang aktif dan berapa orang yang dipekerjakan hingga saat ini belum dimiliki, dia tidak bisa mengungkapkan secara pasti berapa orang yang bekerja di SPPG.

“Katakanlah ada 10 ribu, satu dapur mempekerjakan 50 orang, bisa 50 ribu orang keserap,” kata Septo.

Septo mengatakan, berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten saat ini ada kurang lebih 2,8 juta siswa yang membutuhkan MBG.

Dengan asumsi satu dapur atau SPPG memberi makan 3.000 siswa, maka dibutuhkan 933 SPPG. Bila satu SPPG mempekerjakan 50 orang, maka akan ada 46.650 orang yang bekerja di dapur MBG.

BACA JUGA : Cegah Perundungan, Smancil Bentuk Tim Kedisiplinan

Septo mengatakan bahwa di saat industri yang menanamkan investasi di Provinsi Banten lebih banyak yang padat modal dan tidak memerlukan banyak pekerja, pihaknya berharap pada program MBG untuk bisa menyerap tenaga kerja.

“Terutama yang hari ini kita harap dapat menampung pekerja lokal, terutama dapur MBG, SPPG,” ujar Septo.

Diketahui, program MBG ternyata membuat pengusaha pisang di Kecamatan Gunungsari semakin lancar menjalankan bisnisnya.

Pasalnya, berkat program MBG tersebut membuat kebutuhan pisang di pasaran meningkat pesat, bahkan stok saat ini dinilai belum memunuhi permintaan pasar.

BACA JUGA : Guru Diminta Terapkan Pembelajaran Berkesadaran, Bermakna, dan Menyenangkan

Pengusaha pisang di Kecamatan Gunungsari Fathurahman Al Aziz mengatakan, adanya program MBG sangat bernilai postif terhadap usaha pisang yang ia miliki tersebut.

“Alhamdulilah, sejak ada MBG dampak besarnya bagi petani pengusaha sangat positif. Petani sekarang tidak bingung mau jual kemana hasil kebunnya, bahkan stok pisang sekarang hampir tidak memenuhi kebutuhan pasar,” ujarnya.

Ia menjelaskan, walaupun tidak setiap hari melakukan pengiriman ke dapur-dapur MBG, namun adanya dapur MBG di wilayahnya bisa membuat omsetnya bertambah.

“Sejak adanya MBG keuntungan yang didapat bisa Rp500 sampai Rp700 ribu. Tapi untuk modalnya bisa Rp6-7 juta per hari, tergantung jenis pisangnya,” katanya.

BACA JUGA : Cegah Perundungan, Smancil Bentuk Tim Kedisiplinan

Fatur menuturkan, harga pisang yang dijualnya bervariatif mulai dari Rp8.000 sampai Rp17.000 tergantung jenis dan nama brand pisangnya. “Alhamdulilah sehari bisa menjual sebanyak 200 kilogram pisang.

Biasanya saya kirim pisang ke pasar dan kadang ke lapak buah langsung. Tapi sekarang bisa mengirim ke beberapa dapur MBG ketika mereka membutuhkan pisang,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, lebih memilih usaha penjualan pisang karena sangat mudah menghabiskan stok karena bisa disukai oleh masyarakat dari semua kalangan.

“Karena hampir semua masyarakat itu suka makan buah pisang, jadi penjualan buah pisang sangat mudah karena sangat familiar. Apalagi sekarang stok kita belum memenuhi kebutuhan pasar,” paparnya.

BACA JUGA : Cegah Perundungan, Smancil Bentuk Tim Kedisiplinan

Adapun pisang yang ia jual merupakan hasil dari para petani langsung yang ada di wilayahnya dan dari berbagai pengepul.

“Lokasi usaha saya masih rumahan, saya dapatkan pisang ini dari berbagai petani dan para pengepul,” tuturnya. (tohir/andika)

Pos terkait