Perjalanan Hidup Mahfud MD dari Lahir Hingga Menjadi Cawapres di Tahun 2024

Perjalan Hidup Mahfud MD
Inilah Perjalan Hidup Mahfud MD yang konon katanya sangat sukses di raah pendidikan (ika.uii.ac.id)

BANTENRAYA.CO.ID – Inilah perjalanan hidup Mahfud MD dari lahir hingga menjadi cawapres di tahun 2024 bersama Ganjar Pranowo.

Mahfud MD yang cukup dikenal oleh ,masyarakat tanah air memiliki perjalanan hidup yang sangat panjang dan tentunya sudah melewati segala berbagai rintangan.

Tentunya perjalanan hidup yang dialami Mahfud MD tidak mudah membalikan telaoak tangan. Karena tentunya terdapat berbagai hal yang ia jalani.

Bacaan Lainnya

Dalam artikel ini akan menjelaskan perjalanan hidup daroi seorang Mahfud MD dari mulai dikahirkan hingga ia menjadi Cawapres di pemilu 2024.

BACA JUGA : Profil Vina Amalia Anak Cawapres Mahfud MD yang Sempat Dikira Mahasiswi Kurang Mampu

Diketahui nama lengkap dari Mahfud adalah Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD yang merupakan seorang akademisi, politisi, dan juga kerap disebut sebagai penegak hukum di Indonesia.

Mahfud memiliki segudang prestasinya di pemerintahan yang bisa dikatakan cukup berpengaruh juga bisa dibilang cukup cemerlang.

Pada tahun 2000 beliau pernah menjadi Menteri Pertahanan dalam Kabinet Persatuan Nasional, dan pada tahun 2001 Mahfud juga pernah menjadi Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Tiga tahun berselang Mahfud terpilih sebagai anggota DPR RI di tahun 2004. Kemudian menjadi Hakim Konstitusi Republik Indonesia pada tahun 2008.

BACA JUGA :Hari Santri Nasional 2023, Walikota Cilegon Helldy Minta Santri Semangat Belajar

Ia menjabat sebagai ketua MK dari tahun 2008 hingga 2013. Tahun 2019 hingga kini, ia kembali menduduki jabatan sebagai Menko Polhukam.

Mahfud dan Ganjar Pranowo telah resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai pasangan calon capres-cawapres yang akan bertarung pada Pilpres 2024.

Lantas seperti apsih peerjalanan hidup dari seorang Mahfud MD yang konon katanya memiliki pengalaman pendidikan yang sangat luar biasa.

Dikutip Bantenraya.co.id dari halaman website Mahkamah Konstitusi RI inilah perjalanan hidup Mahfud MD mulai dari Lahir hingga menjadi Cawapres di tahun 2024.

BACA JUGA :Profil Mahfud MD Menjadi Cawapres di Pemilu 2024 dengan Pendidikan yang Sangat Cemerlang

Moh Mahfud MD

________________________________

Mahfud lahir dari rahim Siti Khadidjah di sebuah desa di Kecamatan Omben, Sampang, Madura, 13 Mei 1957, dengan nama Mohammad Mahfud.

Dengan nama itu, sang ayah, Mahmodin, berharap anak keempat dari tujuh bersaudara itu menjadi orang yang terjaga.

Ia dilahirkan ketika ayahnya bertugas sebagai pegawai rendahan di kantor Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

BACA JUGA :Intip Harta Kekayaan Mahfud MD, Apakah Bisa Mencukupi Pesangon Pemilu 2024?

Ketika Mahfud berusia dua bulan, keluarga Mahmodin pindah ke Pamekasan, daerah asalnya. Di sana, di Kecamatan Waru, Mahfud menghabiskan masa kecilnya. Kala itu, surau dan madrasah diniyyah adalah tempat Mahfud belajar agama Islam.

Ketika berumur tujuh tahun, ia dimasukkan ke Sekolah Dasar Negeri. Sore harinya, ia belajar di Madrasah Ibtida’iyyah.

Malam sampai pagi hari, ia belajar agama di surau. Mahfud lalu dikirim ke pondok pesantren Somber Lagah di Desa Tegangser Laok, untuk mendalami agama. Ketika itu ia masih kelas 5 SD. Sekolahnya pun ia lanjutkan di sana.

Pondok Pesantren Somber Lagah adalah pondok pesantren salaf yang diasuh Kiai Mardhiyyan, seorang kiyai keluaran Pondok Pesantren Temporejo atau Temporan.

BACA JUGA :15 Ucapan Selamat Hari Dokter Nasional 2023, Inspiratif dan Menyentuh Hati Cocok jadi Caption Medsos

Pondok pesantren itu sekarang diberi nama Pondok Pesantren al-Mardhiyyah, memakai nama pendirinya, Kiai Mardhiyyan, yang wafat pertengahan 1980-an.

Meski nilai ujiannya bagus, Mahfud tidak melanjutkan sekolah ke SMPN favorit. Orang tuanya memasukkan dia Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan.

Pada waktu itu, ternyata ada tiga murid yang namanya sama dengannya. Untuk membedakan, akhirnya Mahfud menambahkan inisial MD di belakang namanya.

Tanpa sengaja, nama itu tertulis dalam ijazahnya. Kini, inisial menetap di belakang nama Mahfud seperti gelar akademik medical doctor, sebagaimana anggapan sebagian orang.

BACA JUGA :Pejabat Pemkab Serang hingga Pemerintah Pusat Berebut 3 Kursi Eselon II di Pemkot Serang

Sehabis menamatkan PGA selama empat tahun pada 1974, Mahfud terpilih untuk melanjutkan ke Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama di Yogyakarta yang merekrut lulusan terbaik dari PGA dan Madrasah Tsanawiyah seluruh Indonesia.

Mantan Menteri Koperasi Zarkasih Noer, mantan Menteri Sekretaris Negara Djohan Effendi, tokoh Majelis Ulama Indonesia Amidhan, dan Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar merupakan sebagian alumninya. Kini, PHIN diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN).

Pada 1978, Mahfud tamat dari PHIN. Ia lalu meneruskan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII).

Pada saat yang sama ia juga kuliah Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Di Fakultas Hukum, Mahfud mengambil jurusan Hukum Tata Negara.

BACA JUGA :Tinggal Klik! 15 Link Twibbon Hari Dokter Nasional 2023, Desain Paling Keren dan Kekinian Cocok Dunggah di Medsos

Padahal, ketika itu ayahnya sudah pensiun. Untuk membiayai dua kuliahnya, Mahfud aktif menulis di surat kabar umum seperti Kedaulatan Rakyat agar mendapat honorarium.

Ia juga sibuk berburu beasiswa. Sebagai mahasiswa terbaik, Mahfud berhasil mengantongi beasiswa Rektor UII, beasiswa Yayasan Dharma Siswa Madura, juga beasiswa Yayasan Supersemar.

Mahfud mendapat beasiswa penuh dari UII untuk melanjutkan program pasca sarjana di UGM. Ketika itu, ia mengambil studi ilmu politik.

Ia kembali mendapat beasiswa dari Yayasan Supersemar dan dari Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan S3.

BACA JUGA :Poling Presiden dan Wakil Presiden Pilihan Warga Banten Harian Banten Raya

Ia kembali mendalami ilmu hukum tata negara ketika mengambil program doktor di UGM. Sejak SMP, Mahfud remaja tertarik menyaksikan ingar bingar kampanye pemilihan umum. Di situlah bibit-bibit kecintaannya pada politik terlihat.

Semasa kuliah, kecintaannya pada politik semakin membuncah. Ia lalu malang melintang di berbagai organisasi kemahasiswaan intrauniversitas seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, dan pers mahasiswa.

Mahfud juga aktif di organisasi ekstra universitas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pilihannya pada HMI didorong oleh pemahamannya terhadap medan politik di UII.

Sebab, saat itu untuk bisa menjadi pimpinan organisasi intra kampus harus berstempel aktivis HMI. Sekalipun begitu, dari sejumlah organisasi intra kampus yang pernah ia ikuti, hanya Lembaga Pers Mahasiswa yang paling ia tekuni.

BACA JUGA :Tinggal Klik! 15 Link Twibbon Hari Dokter Nasional 2023, Desain Paling Keren dan Kekinian Cocok Dunggah di Medsos

Ia pernah menjadi pimpinan di majalah mahasiswa Fakultas Hukum UII, Keadilan. Demikian pula majalah mahasiswa UII, Muhibbah.

Karena begitu kritis terhadap pemerintah Orde Baru, majalah Muhibbah yang dipimpinnya dibreidel sampai dua kali. Pertama, dibreidel oleh Pangkopkamtib Soedomo pada 1978. Terakhir, dibreidel oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada 1983.

Lulus dari Fakultas Hukum pada 1983 Mahfud bekerja sebagai dosen di almamaternya dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Ketika itu ia melihat, hukum tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena selalu diintervensi oleh politik. Energi politik selalu lebih kuat daripada energi hukum.

BACA JUGA :Kades di Kabupaten Serang Kurang Bersemangat Bentuk UPZ, Padahal Ada Jatah untuk Para Amilin

Kekecewaannya pada hukum yang selalu dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik menyebabkan Mahfud ingin belajar ilmu politik.

Kesempatan itu ia ambil ketika kuliah S2. Ia banyak berdiskusi dengan dosen-dosen ilmu politik ternama seperti Moeljarto Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Amien Rais, dan lain-lain.

Keputusannya mengambil ilmu politik yang berbeda dengan konsentrasinya di bidang hukum tata negara bukan tanpa konsekuensi.

Sebab, studi lanjut di luar bidangnya seperti itu tidak akan dihitung dalam jenjang kepangkatannya sebagai dosen.

BACA JUGA :Profil Mahfud MD Menjadi Cawapres di Pemilu 2024 dengan Pendidikan yang Sangat Cemerlang

Karena itu, selepas lulus S-2, ia melanjutkan pendidikan doktor (S-3) bidang Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM hingga lulus pada 1993.

Disertasi doktornya tentang politik hukum cukup fenomenal. Hasil penelitiannya menjadi bahan bacaan pokok program pascasarjana bidang ketatanegaraan di berbagai perguruan tinggi, karena pendekatannya mengkombinasikan dua bidang ilmu, yaitu ilmu hukum dan ilmu politik.

Dalam sejarah pendidikan doktor di UGM, Mahfud tercatat sebagai mahasiswa doktoral yang lulus cepat. Ia menyelesaikan pendidikannya hanya dalam waktu 2 tahun 8 bulan. Padahal, ketika itu (1993) rata-rata pendidikan doktor diselesaikan selama 5 tahun.

Kata Mahfud, semua itu berkat ketekunan dan dukungan dari para promotornya, Prof. Moeljarto Tjokrowinoto, Prof. Maria SW Sumardjono, dan Prof. Affan Gaffar.

BACA JUGA :Pemkot Serang Tak Menolak Giveaway Saham Bank Banten, tapi Kalau Pindah RKUD Nanti Dulu

Ketiga promotor tersebut juga mengirim Mahfud ke Columbia University New York dan Northern Illinois University DeKalb, Amerika Serikat, untuk melakukan studi pustaka tentang politik dan hukum selama satu tahun.

Di New York, ia berkumpul dengan Artidjo Alkostar, senior dan mantan dosennya di Fakultas Hukum UII, yang kini menjadi hakim agung.

Sedangkan di Illinois, ia bertemu dengan Andi A. Mallarangeng, kini Menteri Pemuda dan Olah Raga Kabinet Indonesia Bersatu II.

Ketika itu, Andi menjadi Ketua Perhimpunan Muslim, sehingga Mahfud diberi satu kamar di sebuah rumah yang dijadikan masjid dan tempat berkumpulnya keluarga mahasiswa muslim di berbagai negara.

BACA JUGA :GMNI Desak KPU Banten Transparan Publikasi Caleg Mantan Napi Korupsi

Mahfud tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih doktor pada 1993. Dari jabatan asisten ahli, ia melompat menjadi lektor madya, mendahului dosen dan senior-seniornya di sana.

Bahkan, tidak sedikit dari dosen dan seniornya itu yang kemudian menjadi mahasiswa atau dibimbing ketika menempuh pendidikan pasca sarjana.

Dengan karya tulis yang tersebar berupa buku, jurnal, maupun makalah ilmiah, tak sulit bagi Mahfud untuk meraih gelar akademik tertinggi.

Ia pun dikukuhkan sebagai guru besar, 12 tahun sejak ia mengabdi sebagai dosen UII. Dengan usia 41 tahun, ia tergolong sebagai guru besar termuda pada masanya bersama Yusril Ihza Mahendra.

BACA JUGA :PLN UID Banten Goes to School: 900 Siswa SMAK Penabur Kota Tangerang Belajar Kelistrikan

Wajar saja, jika dengan kapasitasnya itu ia dipercaya mengajar di 20 perguruan tinggi, termasuk penguji eksternal disertasi doktor untuk hukum tata negara di University of Malaya, Kuala Lumpur.

Menjadi hakim konstitusi, bagi Mahfud, merupakan panggilan hati sebagai ahli hukum tata negara. Selain itu, ia tertarik dengan perkembangan MK.

Di luar itu, ia diajak oleh mantan Ketua MK, Jimly Asshiddiqie, yang sama-sama Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara, untuk berjuang di MK. Bagi Mahfud, kredibilitas MK sebagai lembaga tidak diragukan lagi.

Meski ada dua lembaga lain yang juga bagus dan bersih, yaitu Komisi Yudisial dan Komisi Pemberantasan Korupsi, MK masih steril dari sandungan kasus hukum.

BACA JUGA :Gunakan Ekskavator, Satpol PP Kabupaten Serang Ratakan Warung Remang-remang yang Membandel

Mahfud tidak memasang target sebagai hakim konstitusi. Ia akan bekerja mengalir sesuai kewenangan yang diberikan.

Sebab, jabatan hakim konstitusi berbeda dengan birokrasi lain seperti menteri. Sebagai menteri, ia harus kreatif dan mendinamiskan banyak program.

Sedangkan menjadi hakim konstitusi justru tidak boleh banyak program. Alasannya, banyak program malah akan berpotensi melanggar kewenangannya.

Kemudian berlajut di tahun 2023 iya diajak oleh Ganjar Pranowo untuk menemaninya menjadi paslon Capres dan Cawapres yang akan maju di tahun 2024.

BACA JUGA :Pejabat Pemkab Serang hingga Pemerintah Pusat Berebut 3 Kursi Eselon II di Pemkot Serang

Nah itulah perjalanan panjang dari Mahfud MD dari mulai ia dilahirkan hingga mejnadi Cawapres dan akan bertaung di tahun 2024 nanti.***

Pos terkait