SERANG, BANTEN RAYA- Sejumlah perajin tahu tempe yang tergabung dalam Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Kabupaten Serang melakukan aksi mogok produksi sebagai upaya untuk menekan pemerintah agar menurunkan harga kacang kedelai. Akibat aksi mogok itu aktivitas produksi tahu tempe menjadi lumpuh.
Salah seorang perajin tempe di Kopti, Kecamatan Kramatwatu Samlawi mengatakan, aksi mogok produksi tahu tempe setelah mendapat intruksi dari pengurus Primkopti yang dilakukan selama tiga hari mulai 21 Februari hingga 23 Februari. “Hari ini kita tidak produksi lagi. Tadi pagi (kemarin) terakhir jualan,” ujar Samlawi, Senin (21/2).
Sedangkan untuk perajin tahu sudah tidak berproduksi sejak Sabtu (19/2) karena tingginya harga kedelai yang mencapai Rp11.600 per kilogram dari harga normal Rp8.500 per kilogram. “Kita jualan enggak ada untung, mau dinaikan harganya kasihan pembeli juga. Sementara ini kita menjual harga tempe normal saja seperti biasa,” katanya.
Pria yang sudah memproduksi tempe 34 tahun itu menuturkan, perajin tahu tempe selain mengeluarkan biaya untuk membeli kacang kedelai, mereka juga mengeluarkan biaya untuk pembelian plastik, dan mencuci serta merebus kacang kedelai. “Setiap tahun pasti ada saja kasus kenaikan harga ini,” ungkapnya.
Ia menuturkan, untuk sekali produksi tempe ia harus membeli kacang kedelai sebanyak 80 kilogram dengan keuntungan yang didapat tidak seberapa. “Semua mogok produksi, jadi besok (hari ini) mah enggak ada tempe tahu di pasar dan warung,” tuturnya.
Akibat kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap perajin tahu tempe jumlah perajin di Kecamatan Kramatwatu dari tahun ke tahun terus berkurang. “Dulu pembuat tahu tempe ada 48 orang karena usaha ini menjanjikan sekarang paling tinggal 20 orang. Terus kalau dulu sekali produksi bisa 8 ton sekarang paling tinggal 2 ton,” katanya.
Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoumperindag) Kabupaten Serang Adang Rahmat memastikan, stok kacang kedelai di Kopti Serang aman untuk tiga bulan ke depan. “Kita terus melakukan pemantauan untuk harga kacang kedelai ini. Soal harga naik itu isu nasional,” ujarnya.
Terpisah, setidaknya ada sebanyak 32 pabrik tahu di Kabupaten Lebak yang mogok produksi karena harga kacang kedelai mencapai Rp12.500 per kilogram. Perajin tahu ini tersebar di Kampung Salahaur, Kelurahan Cijoro Lebak; Kampung Kebon Kopi, Kelurahan Muara Ciujung Timur; Kampung Muhara, Kelurahan Muara Ciujung Barat; serta di Kampung Kaduagung, Desa Kaduagung, Kecamatan Cibadak.
Aning, pemilik pabrik tahu di Kampung Muhara, kepada Banten Raya mengatakan, dengan kenaikan harga kacang kedelai yang merupakan bahan baku tahu, maka sulit bagi dirinya untuk mendapatkan keuntungan. Maka dari itu, saat ada seruan dari para pemilik pabrik tahu se-Banten agar mogok produksi, maka dirinya pun sepakat untuk menutup pabriknya hingga tiga hari kedepan.
“Kalau pun produksi tahu pasti percuma, karena hasil penjualannya hanya bisa untuk menutup modalnya saja. Sedangkan untuk mendapatkan keuntungan sama sekali sulit kami dapatkan,” ujar Aning yang selama ini produksi tahunya hanya dipasarkan ke sejumlah kecamatan di Lebak.
Toto, pemilik pabrik tahu di Kampung Salahaur yang turut menghentikan produksinya. Dia mengaku kewalahan menghadapi kenaikan harga kacang kedelai. Bahkan, selama bertahan memproduksi tahu di tengah-tengah harga kedelai yang melambung tinggi, dirinya sempat menjual sepeda motor untuk membayar karyawanya.
“Karena hasil penjualan hanya cukup untuk mengembalikan modal produksi, maka karyawan saya jarang terbayar. Saya pernah menjual sepeda motor untuk membayar gaji karyawan,” ungkap Toto.
Para perajin tahu dan tempe di Kota Serang sejak kemarin hingga Rabu 23 Februari 2022 juga akan mogok produksi. Aksi mogok produksi tahu dan tempe dilakukan, lantaran melambungnya harga kacang kedelai. Imbasnya tahu dan tempe hilang di pasaran.
Salah seorang perajin tahu di Lingkungan Lebak Tirta, Kelurahan Cipocok Jaya, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Gilang, mengatakan, sejak kemarin pihaknya melakukan aksi mogok produksi tahu. “Sudah dari hari Minggu, jadi sudah dua hari,” ujar Gilang ditemui di pabrik tahunya, Senin (21/2/22).
Gilang menjelaskan, pihaknya libur produksi tahu setelah perajin tahu dan tempe se Banten mogok, lantaran harga kacang kedelai melonjak. “Harga kacang sekarang Rp 11 ribu per kilogram dari Rp 9.800 per kilogram,” jelas dia.
Gilang berencana akan mogok produksi tahu dan tempe hingga empat hari. “Libur rencananya 4 hari,” ucapnya.
Gilang menyebutkan, sejak harga kacang kedelai naik, terpaksa mengurangi jumlah produksinya. “Kalau sehari itu untuk sekarang 400 kilogram, biasanya sebelum kena PPKM dan harga kacang kedelai naik, kita produksi 6-7 kuintal sehari,” ungkap Gilang.
Ia mengungkapkan, tahu produksinya dipasarkan ke beberapa pasar tradisional yang ada di Serang. Seperti Pasar Induk Rau (PIR), Pasar Kalodran dan pasar-pasar tradisional lainnya.
Sejak harganya naik harga per bungkus Rp 7.000 isi 10 biji tahu, sebelum sebelum harganya naik Rp 3.500-Rp 4.000 per bungkus.
“Di pasar itu harganya per bungkus Rp 4.000, sekarang di pabrik sama di pasar harganya sudah sama,” terang dia.
Gilang mengaku lantaran mogok produksi, tak sedikit pelanggannya yang menanyakan untuk membeli tahu. “Protes pasti ada karena namanya tahu tempe kan bahan pokok makanan sehari-hari masyarakat,” katanya.
Gilang berharap dengan aksi mogok produksi tahu dan tempe ini, harga kacang kedelai kembali stabil. “Tujuannya ya kita sebagai perajin tahu tempe, semoga kita mogok kerja ini harga kacang kedelai sebagai bahan baku tahu turun harganya, gitu aja sih,” tutur Gilang.
Gilang mengaku belum ada rencana bila hingga empat hari kedepan harga kacang kedelai masih belum stabil. “Belum tahu kita nunggu kesepakatan semua pihak pabrik tempe se Banten aja. Kayak kita libur ini kan atas kesepakatan bersama semua perajin tahu tempe se Banten,” terang dia.
Gilang berharap selain harga kacang kedelai stabil, harga bahan pokok lainnya pun ikut stabil kembali. “Harapannya sih harga kacang kedelai turun stabil kembali seperti dulu, harga minyak goreng turun, sekarang memang harga minyak goreng turun tapi barangnya langka,” kata Gilang.
“Inginnya harga kacang kedelai di bawah Rp 10.000 per kilogram, sukur-sukur sih bisa Rp 8.000 per kilogram. Idealnya Rp 8.000 per kilogram,” harap dia.
Menurut Gilang, sejak harga kacang kedelai naik, harga tahu pun ikut-ikutan naik. Bila harga kacang kedelai Rp 8.000 per kilogram, maka harga jual tahu ke pasar tidak terlalu tinggi, karena harga tahu dengan harga fried chicken itu hampir sama.
Harga tahu per bungkus Rp 6.000-Rp 7.000, sedangkan harga fried chicken satu potong ada yang Rp 5.000. “Jadi harga tahu lebih tinggi dari harga fried chicken, pengen kita harganya seperti dulu lagi. Agar kita perajin tahu tempe bisa mencapai tujuan untuk produksinya,” bebernya.
Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Perindustrian dan Perdagangan (Dinkopukmperindag) Kota Serang angkat bicara terkait melambungnya harga kacang kedelai yang dikeluhkan oleh para produsen tahu dan tempe.
Staf Bidang Perdagangan Dinkopukmperindag Kota Serang Toro mengatakan, kacang kedelai salah satu komoditas hasil impor. Sejak tahun kemarin produksi kedelai dunia anjlok. “Kacang kedelai itu impor. Kalau impor itu memang tahun kemarin produksi kedelai dunia itu turun,” kata Toro ditemui di Mall of Serang (MOS) usai sidak minyak goreng, Senin (21/2/22).
Selain itu, kata Toro, banyak permintaan kacang kedelai terutama permintaan dari China, sehingga harga kacang kedelai di dunia melonjak. “Banyak permintaan terutama permintaan ke China, sehingga harga kacang kedelai di dunia naik,” ucap dia.
Perihal adanya aksi mogok produksi para produsen tahu dan tempe di Kota Serang, Toro mengaku pihaknya belum menerima informasi tersebut. “Kalau informasi untuk Kota Serang saya belum terima ya, mungkin itu di bidang UKM terkait dengan perajin tahu tempe,” katanya.
Toro menyebutkan, harga kacang kedelai sekarang ini dikisaran Rp 10.700 per kilogram.
“Hari ini harga kacang kedelai di tingkat agen Rp 10.700 dari sebelumnya Rp 10.000 per kilogram,” sebut Toro. (tanjung/hudaya/harir)