Refleksi Hardiknas, HMI MPO Berduka Cita Atas Rendahnya Pendidikan di Lebak

IMG 20230502 WA0051
HMI MPO nyalakan lilin simbolis bahwa pendidikan di Lebak perlu pencahayaan dari semua elemen, Selasa 2 Mei 2023. (Sahrul/Bantenraya.co.id)

BANTENRAYA.CO.ID – Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) puluhan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) Cabang Lebak menyalakan lilin di Alun-alun Rangkasbitung, Selasa 2 Mei 2023. Hal tersebut simbolis bahwa HMI berduka cita atas rendahnya pendidikan di Kabupaten Lebak.

Berdasarkan informasi, hasil dari refleksi tersebut antara lain, meminta Pemerintah membentuk Perda Beasiswa, melaunching sekolah jalanan, pengumpulan dana beasiswa, akan melayangkan surat audiensi kepada seluruh pihak terkait, dan menyusun naskah akademik tentang pendidikan.

Kabid Kominfo HMI MPO Cabang Lebak, Tubagus Muhamad Tri mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik  (BPS) tingkat pendidikan di Kabupaten Lebak masih terbilang rendah yakni, rata-rata partisipasi lama sekolah penduduk Lebak baru sampai tingkat sekolah dasar.

Bacaan Lainnya

“Angka pendidikan di Lebak baru sekitar 45,93 persen, dengan rata-rata lama sekolah penduduk Lebak baru sampai jenjang pendidikan sekolah dasar,” kata dia kepada Bantenraya.co.id.

BACA JUGA : PDI-P Lebak Bakal All Out Menangkan Ganjar di Pilpres 2024

Karena itu, dalam momen Hardiknas HMI MPO sangat berduka cita atas rendahnya pendidikan di Kabupaten Lebak.

“Kami mengadakan diskusi telaah kritis pendidikan, kemudian menyalakan lilin pertanda bahwa kami berduka cita atas rendahnya pendidikan di Lebak,” ucap Tubagus.

Tubagus mengungkapkan, banyak faktor penyebab rendahnya pendidikan di Kabupaten Lebak antara lain, faktor ekonomi, fasilitas pendidikan tak merata, dan kurangnya lapangan pekerjaan.

“Faktor utama itu di ekonomi, karena pendidikan di era sekarang hanya diperuntukkan untuk si kaya dan si penguasa. Sedangkan si miskin tak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi,” ungkap dia.

BACA JUGA : Tolak RUU Kesehatan, Ribuan Tenaga Medis di Lebak Kenakan Pita Hitam Selama Satu Bulan  

Sementara itu, Kabid Eksternal HMI, Diki Wahyudi menjelaskan, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi adalah tiga indikator yang saling berhubungan. Menurutnya, pendidikan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi kesehatan dan ekonomi.

“Apabila pendidikan rendah, maka kesehatan dan ekonominya akan rendah, ditambah akan banyak pengangguran di Lebak,” jelasnya.

Ia membeberkan, maju mundurnya suatu daerah itu ditentukan dari angka pendidikannya.

“Jika pendidikannya rendah, maka daerah tersebut bisa dikatakan daerah yang belum maju,” beber dia.

Dengan demikian, Ketua Korps HMI Wati, Siti Nuraeni memaparkan, Kabupaten Lebak merupakan daerah yang sangat kompleks problematikanya. Maka dari itu, pihaknya akan konsisten mengawal pembangunan di daerah Lebak.

“Daerah Lebak sangat kompleks permasalahannya antara lain tingginya  kasus pelecehan, ekonomi yang rendah, pendidikan rendah, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami akan melakukan riset guna mengetaskan persoalan itu,” papar Ketua.

Ia berharap, agar pemerintah lebih serius dalam menyelesaikan persoalan terkait  rendahnya angka pendidikan di Lebak, lantaran muara dari segala persoalan disebabkan oleh pendidikan.

“Penduduk Lebak sulit bekerja. Apabila, pendidikannya rendah akhirnya mengakibatkan ekonomi penduduk rendah, penduduk tidak tau bagaimana cara menjaga kesehatan apabila tidak berpendidikan sehingga kesehatan akan rendah,” tandas dia.

“Dalam meningkatkan angka pendidikan di Lebak yang rendah, perlu perhatian serius dari seluruh stakeholder,” harap Siti.***

Pos terkait