Sudah 16 Ramadan Nyalakan Meriam yang Jadi Tradisi Sejak 1928

Sudah 16 Ramadan Nyalakan Meriam yang Jadi Tradisi Sejak 1928
Salah satu penyulut meriam si Jagur saat sedang mencoba membunyikan meriam pada Sabtu (9 Maret 2025).

LEBAK – Bagi pendatang, tak heran jika terkejut saat sedang berada di sekitar Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung ketika masuk waktu berbuka puasa.

Seperti penulis yang hampir ‘jantungan’ karena mendengar ledakan keras yang terdengar saat tengah buka bersama di teras masjid terbesar di Kabupaten Lebak itu.

Rangkasbitung, pusat pemerintahan Kabupaten Lebak rupanya punya cara unik untuk menandakan waktu buka puasa, yakni dengan membunyikan meriam.

Bukan hanya satu, tapi dua buah meriam sekaligus. Dentuman suara meriam adalah hal yang paling ditunggu oleh masyarakat Rangkasbitung.

Budi Rustandi Sidak Kabel Semeraut

Beberapa menit sebelum berbuka puasa, warga berkumpul di Masjid Agung Al-Aaraf untuk menunggu buka puasa sambil menyaksikan momen meriam diledakan.

Muazin sekaligus pengurus DKM Masjid Agung Al-Aaraf, Ocong (56) menyebut tradisi yang tidak biasa ini sudah berjalan sejak lama dan menjadi ciri khas Rangkasbitung, dan disebut satu-satunya yang ada di Banten.

Berdasarkan cerita dari pengurus masjid sebelumnya juga, tradisi ini sudah dilakukan sejak Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung berdiri atau sekitar tahun 1928.

Serta di tiap Ramadan, ia memiliki tanggungjawab tambahan sebagai sosok yang mengurus meriam itu agar tetap berdentum di waktu yang tepat serta dengan suara yang nyaring.

Mantan Kanit Intel Divonis 11 Tahun Penjara

“Saya sudah 16 kali Ramadhan mengurus meriam dan jadi generasi ke delapan,” kata Ocong saat dijumpai di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung, Minggu (9 Maret 2025).

Ocong juga menceritakan, awalnya meriam yang digunakan hanya terdapat satu buah.

Adapun pemilihan nama ‘Si Jagur’ untuk meriam itu lantaran saat dibunyikan akan mengeluarkan dentuman keras yang oleh warga setempat disebut ‘ngajelegur’.

Kata Ocong lagi, meriam itu merupakan meriam peninggalan Belanda yang berdiameter besar dan berwarna keemasan.

Bank bjb Bandoeng 10K Resmi Diluncurkan, Ajak 3.000 Pelari Menghidupkan Kembali Identitas Bandung Lewat Olahraga dan Budaya

“Saking kencangnya, dentuman yang dikeluarkan bahkan bisa terdengar hingga radius 10 kilometer,” ungkap dia.

Kendati begitu, meriam Si Jagur yang saat ini masih digunakan merupakan meriam baru karena meriam asli sudah berumur dan tidak mungkin masih bisa digunakan.

“Sudah puluhan tahun pakai yang besi. Dengar-dengar si Jagur sudah dipindah ke museum di Jakarta,” tuturnya.

Dua meriam besi yang saat ini masih digunakan merupakan buatan dari pengurus masjid Al-Aaraf. Satu meriam dibuat dari bekas tiang listrik yang dimodifikasi dan satu lainnya merupakan pemberian dari Krakatau Steel.

Dewan Kota Serang Efisiensi Anggaran Rp 10 Miliar

Walaupun tidak sehebat si Jagur, suara dentuman meriam baru tidak kalah keras dan bisa dengar sampai radius 2 kilometer. Selain penanda buka puasa, awalnya meriam juga dibunyikan saat imsak.

Namun saat ini sudah tidak dilakukan karena dinilai mengganggu dan terlalu nyaring.

“Kalau saat imsak bisa sampai lima kilometer, karena tidak banyak suara yang menggangu Tapi sekarang sudah tidak dihidupkan saat imsak,” ucapnya.

Untung mengoperasikan meriam, Ocong menyebut bukan perkara yang mudah. Persiapan bahkan harus dilakukan setengah jam sebelum berbuka puasa.

Budi Rustandi Sidak Pintu Parkiran di Stadion Maulana Yusuf

Penyulut meriam juga harus dilakukan dua orang yang telah ahli. “Alat yang dibutuhkan hanya karbit dan air saja, tapi takarannya harus pas. Jika kurang atau lebih, bisa gagal bunyi,” paparnya.

Bagi warga asli Rangkasbitung, bunyi meriam di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung bukan hanya sekedar penanda waktu berbuka puasa, tapi juga menjadi daya tarik dan atraksi wisata bagi siapapun yang datang ke lokasi penyulutan meriam.

Salah satu warga yang datang untuk menyaksikan atraksi meriam adalah Wawan (39) dan keluarganya yang berasal dari Warunggunung yang berjarak 10 kilometer dari Rangkasbitung.

Wawan mengaku sengaja datang lantaran ingin mengenang masa kecilnya. “Dulu saya tinggal di dekat masjid ini, sering menunggu suara meriam saat berbuka puasa, sekarang semacam nostalgia lah,” kata Wawan.

Program Talenta KBS Mengajar, Sasar Siswa Madrasah Hingga Mahasiswa

Warga yang sengaja datang untuk menunggu suara dentuman meriam biasanya berkumpul di Alun-alun Rangkasbitung yang tepat berada di depan Masjid Agung Al-Aaraf.

Dari alun-alun, suara meriam terdengar jelas. Saat meriam berbunyi, warga akan bersorak sorai dan mulai menyantap hidangan berbuka puasa yang sudah dipersiapkan. (Aldi Setiawan)

Pos terkait