Seorang Muslim Perlu Ingat Lagi Tentang Adab Terhadap Pemimpin yang Sah Sebelum Pilpres Dimulai
Atau jika terpilih secara adil dan benar namun yang terpilih bukan orang yang tidak disukai secara pribadi, maka harus tetap taat.
BACA JUGA: Gerhana dari Kacamata Islam, Mengenal Apa Saja Tradisi dan Hikmah yang Diyakini Muslim dari Gerhana?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ , وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكَ عَبْدٌ
“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan taat walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak).” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Seorang budak atau manusia yang tidak merdeka tidak layak menjadi pemimpin menurut hukum Islam.
BACA JUGA: 5 Hal yang Seorang Muslim Harus Lakukan Supaya Didoakan Malaikat
Istilah ‘budak’ tersebut dipakai guna menekankan agar seorang muslim tetap taat meski dipimpin oleh orang yang terpilih menjadi pemimpin.
Dan perlu diingat juga kalau ketidakadilan dari pemimpin yang sah tidak seharusnya mendorong untuk berlaku tidak islami.
Tetap yakin kalau Allah Maha Adil menyediakan akhirat untuk mengadili pemimpin tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya.” (Muttafaq alaih).
Itulah adab seorang muslim terhadap pemimpin yang sah.***