BANTENRAYA.CO.ID – Manusia badut jalanan menjadi pilihan bagi beberapa orang sebagai profesi untuk mendapatkan penghidupan.
Karena alasan sulit mendapatkan pekerjaan yang lain, menjadi manusia badut ditekuni dan menjadi profesi sampai bertahun-tahun.
Seorang manusia berkostum badut kelinci berwarna merah muda melambaikan tangan menyapa para pengendara sepeda motor dan mobil.
Dia kemudian menghampiri satu per satu pengendara yang berhenti di lampu merah itu, berharap ada yang memberinya uang. Jika ada pengendara yang merespons baik, manusia badut akan mengajak salam tos.
Pejabat Ramai-ramai Merapat ke Andra
Tak lupa ia acungkan setengah celengan plastik kepada para pengendara. Jika pengendara memberikan uang, manusia badut itu akan mengangguk-anggukkan kepala tanda ucapan terima kasih.
Aksi manusia badut itu terjadi di ruas Jalan Ki Ajurum, Kelurahan Cipocok Jaya, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.
Jalan Ki Ajurum salah satu simpang tiga lampu merah di Kota Serang yang kerap dijadikan tempat untuk mengais rezeki manusia badut.
Suheri, salah seorang warga mengaku belum lama menjadi manusia badut. Kira-kira dua tahun lalu.
Hari Purbakala Momentum Libatkan Masyarakat Jaga Cagar Budaya
Dia biasanya sudah beraksi menjadi manusia badut di persimpangan lampu merah Cipocok Jaya sejak pagi. Ia akan tetap menyapa ramah para pengendara walaupun tak sedikit yang tak suka pada profesinya.
“Dari pagi jam 10.00 sampai jam 05.00,” ucap Suheri saat ditemui di sela-sela waktu istirahat, Selasa (10 Desember 2024).
Ia mengaku terpaksa menjadi manusia badut karena sulit mendapatkan pekerjaan. Apalagi, tingkat pendidikan Suheri hanya setingkat sekolah dasar.
Dengan kondisi itu, dia mengaku sulit bersaing dengan yang lain. Belum lagi jika mau kerja harus pakai uang pelicin.
Jelang HUT BRI ke-129, BRI Regional Office Jakarta 3 Adakan Lomba Brisportartcular24 Antar Pegawai
“Mau kerja susah. Nggak ada yang ngajakin. Ada yang ngajakin harus pakai uang,” ucap dia.
Sebelum menjadi manusia badut, Suheri bekerja sebagai montir di salah satu bengkel mobil di Kota Serang.
Namun karena gajinya tidak sesuai dengan pekerjaannya, dia memilih berhenti.
“Tadinya kerja di bengkel mobil di daerah Korem sebelum punya anak dua. Sekarang punya anak dua jadi kurang,” tuturnya.
Dishub Kota Serang Lakukan Rekayasa Lalin Saat Nataru di Alun-Alun Kota Serang
Suheri mengaku penghasilan sebagai manusia badut tidak menentu, karena mengandalkan belas kasihan orang.
Namun dia percaya rezeki setiap manusia sudah diatur Allah SWT. Dia pun mensyukuri karena baginya menjadi manusia badut adalah profesi yang mulia.
“Penghasilan di sini nggak gede paling Rp50.000 per hari,” ucap Suheri.
Suheri tak pernah libur mangkal menjadi manusia badut. Kebutuhan anak dan istri membuatnya harus setiap hari turun ke jalan dan mengenakan kostum badut.
Pemkot Serang Baru Sediakan Anggaran 24 Persen Untuk Infrastruktur
Suheri harus merogoh kocek pribadi untuk jadi manusia badut. Ia harus bayar sewa kostum badut kepada salah seorang pemilik kostum badut seharga Rp20 ribu sehari.
Setelah jadi manusia badut, Suheri harus bayar sewa kostum kepada pemilik kostum badut.
Selama dua tahun jadi manusia badut, Suheri mengalami berbagai suka duka. Ia beberapa kali tertangkap razia petugas Satpol PP Kota Serang.
Karena beberapa kali tertangkap, ia akhirnya punya cara menyiasati agar tidak tertangkap petugas penegak perda itu.
3 Warga Lebak Tewas, 30 KK Diungsikan
“Kalau ada petugas kita minggir dulu. Kalau ngejar ya lari. Panik juga kalau dikejar. Pernah empat kali ketangkap paling ditegur doang.
Terus suruh bikin surat pernyataan tandatangan,” beber dia.
Tapi razia tidak membuatnya jera. Keluhan istri dan tangisan anak di rumah lebih memberatkannya dibandingkan dengan tertangkap petugas Satpol PP Kota Serang.
Karena itu, Suheri tetap mengulangi perbuatannya menjadi manusia badut.
Terlambat Datang, Empat Honorer Gagal Ikut Ujian PPPK
Suheri mengaku keluarganya sudah mengetahui profesinya sebagai manusia badut. Keluarganya pun tidak masalah dengan profesinya itu.
Selama tidak mencuri dan mengambil hak orang lain, keluarganya tetap mendukung.
Seperti orang biasa, Suheri mengaku sempat malu juga ketika menjadi manusia badut.
Namun, ini adalah cara paling mudah untuk mendapatkan uang. Akhirnya, dia bisa menekan perasaan malu yang bersarang dalam dadanya.
Polisi Upayakan Diversi Kasus Bullying Siswi SMP
Selain menjadi manusia badut, Suheri mengaku juga bekerja sebagai kuli bangunan.
Namun, profesi itu hanya dilakukannya sewaktu-waktu. Ketika tidak ada proyek di kuli bangunan, maka dia akan turun ke jalan dan mengenakan kostum badut.
“Kerja kuli bangunan kalau ada kerjaan aja,” tutur Suheri.
Suheri mengaku tidak pernah menghitung-hitung pendapatan per bulan sebagai manusia badut.
bank bjb Raih Penghargaan 2 Penghargaan Dalam Bidang ESG dan GCG
Namun yang dia ingat, kadang mendapatkan Rp50 ribu, kadang Rp40 ribu, atau juga Rp30 ribu.
Dia hanya akan mengambil jatah Rp5 ribu dari penghasilannya untuk membeli bensin untuk sepeda motornya. Selebihnya, uang itu dia berikan kepada istrinya.
Dia mengaku penghasilan minim jadi manusia badut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Apalagi, dia sudah memiliki dua anak, salah satunya sudah masuk sekolah dasar.
Wisatawan Tahun Baru Ditarget Capai 2 Juta
“Cukup nggak cukup. Gimana istri yang ngatur duitnya. Sudah resikonya dapat segitu gimana lagi. Susah sekarang cari kerjaan. Harus cari duit dulu,” kata Suheri dengan mimik wajah memelas.
Suheri sadar diri bahwa usianya bakal senja dan tenaganya pun akan menurun, sementara penghasilan manusia badut jalanan tidak tetap, karena jika ada modal ia ingin buka usaha bengkel body mobil.
“Nggak. Saya rencana pengen buka bengkel. Cuma ngumpulinnya susah. Bengkel modalnya nggak sejuta dua juta,” akunya.
Kepada para pemimpin baru di Kota Serang, ia berharap ada bantuan modal usaha bagi orang-orang kecil seperti dirinya.
Ratusan Kader PKS Flashmob Promosikan Budi-Agis
“Pengen ada bantuan buka bengkel. Saya pernah kerja di mobil ngecet. Sudah lama semenjak belum punya istri,” ungkap Suheri.
Irfan, manusia badut jalanan lain, mengaku sudah tiga tahun menggeluti profesi sebagai manusia badut jalanan. Ia juga beralasan mendapatkan pekerjaan baginya yang hanya lulusan SMP tidak mudah.
“Susah cari kerja sekarang. Sekarang ijazah nggak dipakai. Pakainya uang,” ujar Irfan ditemui di lampu merah Cipocok Jaya.
Mulai dari pagi, Irfan sudah beraksi di simpang tiga lampu merah Cipocok Jaya.
Motor Banyak Parkir di Jalur Sepeda Jalan Ki Ajurum
Bahkan dia mengaku sudah stand by sejak jam 7 pagi dan baru pulang ketika jam 9 malam. Ia mengaku tidak ada libur bekerja sebagai manusia badut jalanan.
Pendapatan sebagai manusia badut biasanya dipengaruhi oleh cuaca.
Ketika hujan, pendapatan biasanya akan turun karena tak mungkin memaksakan diri berdiri di bawah hujan. Karena itu, dia terpaksa berteduh menunggu hujan reda.
“Kalau hujan nunggu berhenti dulu. Kostum tambah berat kalau kena air hujan.
Budi-Agis Bakal Kembangkan Wisata Unggulan di Kecamatan Kasemen
Ngaruh juga pendapatannya berkurang. Kadang Rp20 ribu sampai Rp30 ribu. Kalau ramai Rp40 ribu sampai Rp50 ribu. Tergantung orang yang ngasih,” katanya.
Irfan juga mengaku setiap hari menyewa kostum badut. Berbeda dengan Suheri, kostum badut yang disewa Irfan lebih mahal, mencapai Rp35 ribu per hari.
Meski berharap dari belas kasihan para pengendara, Irfan mengaku tidak pernah memaksa pengguna jalan untuk memberinya uang.
Dia juga pernah merasakan duka saat jadi manusia badut jalanan. Ia sadar tidak semua orang suka dengan manusia badut karena menggangu ketertiban lalu lintas.
Jelang Pilkada, Ribuan Linmas Dilatih Bela Diri
“Kadang orang makan di mobil, main hape. Orang mah maaf apa, itu mah diam aja main hape. Sana, sana. Diusir,” kenangnya.
Ia mengatakan, penghasilan jadi manusia badut jalanan memang tidak tetap, namun profesi ini cukup menjanjikan buktinya tak sedikit orang yang menjalani prosesi ini di setiap persimpangan jalan lampu merah di Kota Serang.
“Sehari kalau minim Rp40.000. Paling besar Rp80.000,” kata dia.
Irfan mengungkapkan, meski pendapatan per hari jadi manusia badut jalanan bisa Rp 80.000, namun itu pendapatan kotor, belum dipotong biaya sewa kostum badut dan lainnya.
KUB Bank Banten dan Bank Jatim Alot
Jika ada lowongan pekerjaan, Irfan mengaku ingin bekerja. Dia mengaku menjadi manusia badut jalanan hanya sebagai batu loncatan sebelum mendapatkan pekerjaan tetap.
Namun dia sadar bekerja di pabrik atau perusahaan sulit. Apalagi, dia hanya tamatan SMP. Belum lagi ada praktek pungli harus bayar jika ingin kerja.
“Kalau ada lowongan pengen kerja. Capek jadi manusia badut,” beber dia.
Kisah tak jauh berbeda juga dialami Asad, warga Lingkungan Ciore, Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol,
Pembangunan Rest Area 97 Tol Merak Molor
Kota Cilegon, yang setiap hari menjalani profesi sebagai badut jalanan di Lampu Merah Propelat, Kelurahan Kotabumi, Kecamatan Purwakarta, Cilegon.
Dia mengaku terpaksa melakukan pekerjaan ini karena hanya lulusan SD dan tidak memiliki kemampuan lain.
Bahkan, tidak terasa sudah hampir 7 tahun dia menjadi manusia badut.
Untuk menjadi badut, ia juga menyewa kostum badut seharga Rp25 ribu per hari kepada pemilik.
Airin-Ade Memulai Kampanye Akbar di Kabupaten Tangerang
Sehingga pendapatan sehari-harinya yang rata-rata mencapai Rp50 ribu habis setengahnya untuk membayar sewa kostum.
“Apalagi ini musim hujan, tidak bisa mangkal. Jadinya pasti rugi kalau sewa,” jelasnya.
Meski Asad tinggal di kota baja di mana rumahnya dikelilingi industri besar, dia tidak bisa masuk menjadi karyawan karena terhalang pendidikan. Karena itu, dia hanya pasrah menjalani nasib.
“Saya terkendala ijazah untuk bisa masuk pabrik,” ucapnya.
Dana Bergulir Jadi Cara Ratu-Badri Kembangkan UMKM di Kota Serang
Asad mengaku, berharap bisa lebih baik dalam menjalani hidup. Namun, sampai sekarang tidak pernah ada program dari pemerintah yang didapatkannya.
“Ada katanya paket untuk meneruskan sekolah tapi hanya mendengar saja. Tidak ada yang datang untuk menawarkan ikut paketnya. Ada pelatihan tapi juga hanya orang itu-itu saja yang dilatih,” tegasnya.
Selain menjadi manusia badut, Asad juga melakukan pekerjaan serabutan lain, seperti ngojek atau bantu-bantu pembangunan proyek.
“Yang penting bisa hidup saja syukur. Jadi apa aja dijalanin. Serabutan juga dilakukan asal dapat uang,” katanya. (harir/ uri/ tohir)