BANTENRAYA.CO.ID – Sudah hampir dua dekade, Abdul Gani menjalani profesi sebagai petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang. Sejak 2006-2008,
Gani bertugas sebagai petugas kebersihan di Kabupaten Serang, lalu kemudian pindah ke Kota Serang hingga saat ini.
Gani mengaku, sejak masih usia belia sudah berprofesi sebagai petugas kebersihan.
Lulus SMP tahun 2024 dan sempat nganggur setahun, Gani akhirnya bekerja sebagai petugas kebersihan pada tahun 2006, sehingga saat ini usia kerjanya hampir 17 tahun.
APDESI Protes Bantuan Keuangan Desa Dipangkas
Selama belasan tahun menekuni profesi petugas kebersihan, banyak suka duka yang ia rasakan.
“Sukanya kita bisa membantu masyarakat Kota Serang untuk sampah.
Karena sampah banyak yang menganggap sepele, tapi sebenarnya masalah besar kalau tidak ada pasukan orange bisa numpuk sampah bikin masalah besar,” katanya, Kamis (5 Desember 2024).
Gani mengaku kerap merasakan cibiran dari segelintir masyarakat Kota Serang yang memandang sebelah mata petugas kebersihan.
Truk Parkir Liar Dibahu Jalan Tol Tangerang-Merak KM 69 Arah Tangerang
Terkadang, petugas kebersihan juga menjadi sasaran kekesalan masyarakat bila ada sampah yang masih ada di jalan.
“Dukanya kadang ada sampah liar numpuk berhari-hari dianggapnya dibiarin. Dianggapnya kita enggak kerja.
Padahal kita sudah angkutin semaksimal mungkin. Masyarakat kadang ngebuang sampah sembarangan.
Terus orang menilainya enggak diangkut sama petugas,” ungkap Gani.
Pj Walikota Serang Nanang Saefudin Yakin Jagoanya Menang 70 Persen
Gani mengaku meski bertugas sebagai petugas kebersihan, namun dia sudah di-cover BPJS kesehatan, sehingga tidak khawatir bila sakit.
Bahkan, dia tercatat sebagai BPJS kelas 1. “Kalau faskes satunya di Puskesmas Singandaru,” ungkap dia.
Setiap hari, Gani akan mulai membersihkan dan mengangkut sampah pada pagi hari hingga sore hari.
Walau kondisi tengah musim hujan, Gani tetap berangkat untuk melaksanakan tugasnya membersihkan dan mengangkut sampah di Jalan Juhdi dan Jalan Tirtayasa, Pasar Royal Kota Serang.
Bank bjb Raih The Best Indonesia IT and Digital Operational Excellence Award 2024
“Harus berangkat walaupun cuaca panas hujan. Namanya tugas ya kewajiban, kalau gak sampah bisa numpuk,” ucap dia.
Profesi petugas kebersihan memang bukan cita-cita Abdul Gani, namun begitu ia tetap syukuri pekerjaannya tersebut, sehingga setiap helaan nafas dan langkahnya adalah menjadi ladang ibadahnya.
Gani percaya hidup mati jodoh dan termasuk rezekinya sudah diatur oleh Sang Maha Kuasa Allah SWT.
Karena itu, meski pendapatannya hanya Rp 2,2 juta per bulan, ia percaya rezeki untuknya dan keluarganya dari Allah sangat tak terbatas. Saat bertugas tak disangka ada hamba Allah lain yang menyalurkan rezekinya untuk Gani.
Tabligh Akbar Budi-Agis Membeludak, Persatukan Ormas Islam untuk Perubahan Kota Serang
“Kalau yang ngasih ada juga. Kadang uang, makanan, sembako. Uang paling besar Rp50 ribu.
Momen seperti biasanya bulan puasa, kadang ngasih uang, sembako, makanan buat buka puasa.
Kalau hari-hari biasa jarang. Kadang uang Rp10 ribu – Rp20 ribu, kalau hari Jumat kadang ada yang ngasih sarapan,” ujar Gani.
Sejak pagi buta, Gani sudah beredar dari rumahnya di Lingkungan Kuranji, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Taktakan, Kota Serang.
Lingkungan Karang Serang Kasemen Banjir
Dari kediamannya, ia beroperasi menuju pusat Kota Serang tepatnya di Jalan Juhdi dan Jalan Tirtayasa, Pasar Royal, Kota Serang.
“Dari pagi setengah 05.30-09.00 tergantung sampahnya kalau banyak sampai jam 10.00. Nanti siang mulai lagi dari jam 13.00-16.00,” ungkap Gani.
Gani menjelaskan, setiap sampah yang dibersihkan dan diangkut oleh catornya dibawa ke tempat pembuangan sampah atau TPS Kepandean.
Sehari bisa tiga kali angkut sampah dibawa ke TPS Kepandean. Itu pun jika jumlah atau volume sampah membludak.
“Satu setengah sampai dua kubik. Tapi tergantung sampahnya. Kalau banyak sampai tiga kubik.
Kalau satu hari berapa kali angkut? Kalau normal dua kali angkut, banyaknya tiga kali angkut. Tiga kali angkut jumlahnya 5-6 kubik,” katanya.
Gani menerangkan, jadi petugas kebersihan sebenarnya bukan pilihannya lain, karena hanya lulusan sekolah menengah pertama.
Ia menjadi petugas kebersihan, karena tawaran dari orangtuanya yang juga berprofesi sebagai petugas kebersihan.
Sederhananya Tugu Perjuangan Cijentul
“Karena bapak saya kerja sebagai petugas kebersihan. Mau melanjutkan sekolah keterbatasan biaya.
Terus cari kerja susah kata bapak udah di dinas kebersihan aja,” kenang Gani.
Mulanya sempat tidak percaya diri, namun seiring waktu dan terus dimotivasi oleh orangtuanya, lambat laun Gani terus belajar ikhlas mensyukuri profesinya itu.
“Alhamdulillah nyaman. Walau pun dianggap remeh dicemooh orang karena kotor disyukuri aja.
Jalan Gedeg Taktakan Kota Serang Rusak
Alhamdulillah tidak karena bapak saya aja kerja di kebersihan mengajarkan tidak minder tidak minder, yang penting gak mencuri,” akunya.
Pertama kali kerja sebagai tukang penyapu jalanan di Kabupaten Serang tahun 2006, Gani hanya dibayar kurang dari Rp500 ribu per bulan.
Lambat laun gajinya terus naik seiring perkembangan waktu dan kebutuhan hidup bertambah, terlebih sudah memiliki keluarga.
“Awal itu digaji Rp400-an. Sekarang gaji Rp 2,2 juta. Itu kotor karena dipotong BPJS,” kata dia.
Awan Hitam Sebelum Hujan di Jalan Abdul Fatah Hasan Kota Serang
Gani mengaku tak ada pilihan lain selain mensyukuri profesinya sebagai petugas kebersihan.
“Melihat kemampuan diri sendiri, kalau mau kerja yang lain kita gak bisa belum biasa dan bukan ahlinya, karena gak menggeluti.
Walaupun di persampahan kalau disyukuri dinikmati iya betah juga nyaman,” katanya.
Ia juga mengaku pernah mencoba mencari usaha tambahan ikut jualan buah di Pasar Induk Rau, namun tak berlangsung lama, dan akhirnya berhenti, karena belum siap mengelolanya.
Ratu Ria Janjikan Pembangunan Kota Serang yang Inklusif dan Partisipatif
“Pernah nyoba jualan buah di Pasar Rau sama saudara, karena risikonya lebih berat dan gak bisa mengelola jadinya gak lanjut.
Gak nyampe dua bulan. Jadi berhenti,” ungkap dia.
Namun bukan Abdul Gani namanya bila mudah menyerah.
Suatu saat jika sudah memiliki modal, ia ingin membuka usaha lagi untuk menambah penghasilannya, Gani percaya fisiknya tak sekuat saat muda,
karena itu ia berencana membuka usaha kecil-kecilan jika sudah mengantongi modal usaha.
“Ke depan pengen jualan sembako buat nambah pemasukan. Anak-anak saya butuh biaya buat sekolah. Saya kepengen anak-anak saya harus lebih baik dari bapaknya,” tuturnya lirih.
Sementara itu, Jai, warga asal Kelurahan Karang Asem, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, setiap hari melakukan tugas menyisir sampah di Jalan Raya Anyer mulai dari Kecamatan Ciwandan hingga Landmark Kota Cilegon.
Jai yang bertugas sebagai petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon setiap hari bergelut dengan sampah baik sampah rumah tangga dan sampah jalanan dari pengguna kendaraan.
Saat musim lebaran dan tahun baru, Jai malah harus ekstra bekerja karena volume sampai meningkat hingga 3 kali lipat karena jalur tempat membersihkan yakni wisata menuju Anyer dari Kota Cilegon.
Pelantikan Pejabat Pemprov Disorot
“Tahun baru dan lebaran itu semakin banyak sampahnya. Lumayan jadi harus kerja keras. Bukan saja sampah yang sudah ada di bak sampah rutin.
Tapi sampah jalanan menumpuk saat itu,” katanya.
Tentu selain setiap hari mencium bau busuk sampah, terkadang jika sedang beruntung sering kali menemukan uang.
“Sering ada 10 ribu sampai Rp100 ribu nemu uang di jalan. Paling seribg Rp10 ribu dan Rp20 ribu,” tegasnya.
Smart City Bakal Diperluas Hingga Pelosok Kota Serang
Menjadi tukang kebersihan, papar Jai, terpaksa dilakukan karena dirinya hanya sampai SD Kelas 2 saja, sehingga tidak ada pilihan lain.
“Sekarang sudah ikut paket sampai SMP. Tapi pusing,” ucapnya spontan sambil tertawa tipis.
Jai menyampaikan, dirinya sudah hampir 20 tahun menjadi petugas dan hanya menjadi Pekerja Harian Lepas (THL).
Jadi, ia berharap saat ini bisa lulus menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). “Lagi ikut tes, semoga rezekinya ada (lulus). Jadi bisa lebih baik nasibnya,” tegasnya.
Tsunami Megathrust Sapu Pandeglang dalam 10 Menit
Saat ini, jelas Jai, setiap bulan menerima Rp3.350.000 setiap bulan. Dimana, ia dua kali membersihkan sampah dari Senin hingga Sabtu.
“Semoga juga ada kenaikan. Libur hanya Minggu,” ungkapnya.
Jai juga tidak menampik adanya keluhan pusing lemas setiap usai bertugas.
Namun, beruntung ada pemeriksaan rutin dan pemberian vitamin kepada setiap petugas.
bank bjb Dorong Pensiunan Berwirausaha Melalui Program bjb Pra-Purnapreneurship
“Kalau kami di sini, rutin pemeriksaan dari Puskesmas. Kalau ada keluhan juga cepat ditangani diberikan obat dan vitamin,” ujarnya. (harir/ uri)