BANTENRAYA.CO.ID – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan atau DPK Banten menggelar bedah buku dan film.
Kegiatan bedah buku dan film yang digelar DPK Banten merupakan rangkaian dari Banten Book Fair 2023 yang digelar oleh DPK Provinsi Banten.
Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Banten RG Kedung Kaban sebagai pembicara dalam bedah film berjudul Lorong Buku (2020) mengatakan, secara teknis film ini digarap sangat sederhana.
BACA JUGA: Inilah 3 Fakta Unik Negara Kaledonia Baru: Banyak Orang Jawa Seperti di Indonesia
Ia menjelaskan, kesederhanaan tersebut entah memang karena diniatkan seperti itu, entah karena keterbatasan anggaran produksi.
Seperti hanya dengan tiga orang tokoh yang menggerakan cerita, tentu ini akan membuat anggaran pada produksi film ini menjadi hemat.
“Namun demikian, bukan bararti film ini tidak berkualitas. saya melihat film ini pesannya cukup bagus dan tersampaikan secara baik melalui alur ceritanya,” katanya.
BACA JUGA: MASIH AKTIF! Kode Redeem ML Mobile Legends 17 Mei 2023 Klaim Diamond dan Hero Gratis
Di dalam film ini yang menceritakan era pandemi yang membuat pembelajaran dilakukan secara daring, tentu menuntut para orangtua mesti menyesuaikan.
Hal ini dimunculkan pada adegan si anak yang butuh bantuan ayah ibunya dalam mengerjakan soal sekolah.
“Baik ayah mau pun ibunya saling melempar tanggujawab. Si anak jadi bingung, mau minta dibimbing oleh ayah dan ibunya,” tuturnya.
“Hal tersebut membuat si anak malas belajar, bahkan malah jadi keasyikan main game dan menyebabkan si anak selalu tidur saat daring,” ujarnya.
Ulasan Beda Buku
Pada bagian lain, Ali Fadilah penulis buku Lada: Atribut Utama jalur Rempah Banten mengatakan, bahwa proses pembuatan buku ini dilakukan selama 6 bulan lamanya.
Prosesnya sangat cepat, karena pihak sponsor dalam hal ini Dinas Pariwisata Provinsi Banten berkeinginan untuk segera menerbitkan buku tersebut.
BACA JUGA: List Daftar Tiket Nonton Konser Coldplay yang Akan di Gelar di Indonesia 15 November 2023
“Dari penelitian, survey, laporan praktik dan kunjungan hingga penulisan buku memakan waktu enam bulan. Karena Dispar Banten ingin segera menerbitkan buku ini,” tuturnya.
“Pembuatan buku ini merupakan rezeki yang tidak terduga, karena pihak Dispar Banten saat itu memiliki program menerbitkan buku. Kemudian memanggil saya dan minta segera menulis buku,” ujarnya.
Dosen Untirta ini menjelaskan, buku ini mengisahkan perjalanan jalur rempah di Banten sejak abad X, dimana Banten sudah dikenal sebagai emperium lada di Asia Tenggara.
BACA JUGA: Contoh Teks Pidato Perpisahan Anak SMA/SMK Yang Menyentuh Hati Bikin Sedu
Pada puncak kejayaannya, Banten telah memberi warna pada ekonomi maritim di jalur rempah dunia.
“Kini warisan sejarah rempah dengan berbagai keunikan dan kekhasannya merupakan sumberdaya budaya yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata dalam lingkar destinasi pariwisata nasional dan daerah,” ucap Ali.
Buku ini, lanjutnya, didedikasikan bagi semua kalangan pecinta lingkungan, kebudayaan dan pariwisata Banten dalam semangat pelestarian tangible dan intangible hetitage. ***