BANTENRAYA.CO.ID – Kampus UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten atau UIN Banten berkolaborasi dengan Nurcholish Madjid Society menggelar diskusi Kajian Titik Temu di Auditorium Gedung Rektorat Lantai 3 UIN Banten pada Rabu (22/1/2025).
Diskusi bertujuan mengkampanyekan Islam rahmatan lil alamin atau Islam yang membawa kedamaian pada semesta sebagaimana dahulu kerap dikampanyekan oleh cendekiawan muslim Nurcholish Madjid alias Cak Nur.
Adapun yang menjadi narasumber pada kajian titik temu yang membahas tema “Beragama Inklusif, Membangun Indonesia Setara” adalah Yanwar Pribadi dan Muhammad Wahyuni Nafis.
Hadir dalam acara tersebut Wakil Rektor III, Kepala Biro AAKK, Kepala Biro AUPK, para dekan fakultas, Kabag Akademik, Kabag Umum, serta mahasiswa UIN SMH Banten dan mahasiswa yang ada di Provinsi Banten.
Omi Komaria Nurcholish Madjid selaku Ketua Dewan Pembina Nurcholish Madjid Society menyampaikan rasa terima kasih kepada UIN Banten yang menyelenggarakan program Kajian Titik Temu.
Menurutnya ini adalah pertama kalinya Nurcholish Madjid Society masuk kampus dari 61 kali kegiatan yang telah diselenggarakan titik temu.
“Saya sedikit ingin memperkenalkan bahwa Nurcholish Madjid Society itu adalah yayasan yang independen, tidak berafiliasi kepada apa pun. Tujuan dari kegiatan ini yakni untuk menyosialisasikan agama Islam yang rahmatan lil’alamin sebagaimana yang telah digaungkan oleh Cak Nur sendiri yang ramah, toleran, plural, dan demokratis,” jelasnya.
Bagi Omi Komaria, kegiatan di kampus ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk mengajak generasi muda dalam pemegang agama Islam yang memiliki pikiran terbuka, toleransi serta menjunjung sikap Islam yang rahmatan lil’alamin.
“Saya sangat kagum untuk pertama kali masuk di kampus UIN Banten yang begitu megah dan luas, sehingga saya berharap dari UIN Banten ini dapat tumbuh tokoh bangsa yang berguna bagi negara Indonesia. Hadirnya kami di sini merupakan komitmen bersama untuk melicinkan untuk mencapai cita-cita Indonesia setara,” katanya.
“Kesetaraan harus diperjuangkan bersama-sama terutama dalam bidang agama, politik maupun ekonomi,” lanjutnya.
Menurutnya, Indonesia setara harus dimulai dari kesadaran umat beragama, bahwa kita setara di hadapan Tuhan dan negara. Dengan cara ramah kepada siapa pun, bersikap toleran, dan rendah hati.
“Tidak diperkenankan adanya sikap diskriminatif atas nama apa pun dan atas dasar apa pun dan jangan sampai terjadi kaum mayoritas ke minoritas dan minoritas ke mayoritas. Karena kita setara di hadapan Tuhan dan Negara, maka dari itu, kita harus perjuangkan ini untuk mewujudkan Indonesia Setara,” katanya.
Rektor UIN SMH Banten Wawan Wahyuddin mengapresiasi keberadaan Nurcholish Madjid Society. Baginya kegiatan ini merupakan salah satu terobosan baru dalam dunia akademisi UIN SMH Banten demi mewujudkan Indonesia setara.
“Ada empat hal yang harus dilakukan oleh kita semua dalam menggapai Indonesia Emas. Pertama, menciptakan kerukunan antar umat beragama. Kedua, menciptakan ukhuwah islamiyah. Ketiga, menciptakan ukhuwah basariyah, dan ketiga, menciptakan ukhuwah wathoniyah,” kata Wawan.
Wawan menambahkan, selain diperintahkan untuk menciptakan toleransi beragama, umat Islam juga harus ingat bahwa sebagai warga negara diikat oleh ideologi Pancasila atau biasa yang disebut dengan bhineka tunggal ika untuk lebih mendalami tentang bergama inklusif. ***