BANTENRAYA.CO.ID – Berikut ini sejarah, makna serta rangkaian acara Hari Raya Galungan 2023.
Kurang lengkap rasanya jika merayakan Hari Raya Galungan jika anda tidak mengetahui sejarah, makna serta rangkaian acara pada Hari Raya Galungan.
Maka dari itu, kami ingin membahas mengenai sejarah, makna serta rangkaian acara pada Hari Raya Galungan.
Umat Hindu memiliki aneka ragam hari besar yang dirayakan setiap tahun, salah satunya Hari Raya Galungan.
Setiap tanggal 2 Agustus umat Hinddu akan menyambut Hari Raya Galungan. Kemudian, 10 hari setelahnya tepat pada 12 Agustus umat Hindu akan merayakan Hari Raya Kuningan.
Di tahun ini Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu, 2 Agustus 2023. Sedangkan Hari Raya Kuningan jatuh pada
Sabtu, 12 Agustus 2023.
Sebagai informasi Hari Raya Galungan merupakan hari kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Yang di mana pada raya ini umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta jaga raya berserta isinya. Sebagai bentuk ungkapan syukur, maka umat Hindu akan merayakan Hari Raya Galungan dengan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya).
Tanpa berlama-lama lagi berikut ini sejarah, makna serta rangkaian acara Hari Raya Galungan 2023.
Sejarah Hari Raya Galungan 2023
Sejarah Hari Raya Galungan dilatarbelakangi dari kisah seorang raja pada jaman dahulu yang memerintah jagat Bali. Raja tersebut yang memiliki kemampuan sakti dan merupakan keturunan raksasa tersebut bernama Raja Mayadenawa.
Raja Mayadenawa seorang raja yang kejam, karena kesaktiannya yang tidak dapat dikalahkan dan menganggap dirinya sebagai dewa yang patut disembah oleh rakyatnya. Kesaktian tersebut didapatnya karena keteguhan terhadap Dewa Siwa.
Akibat sikap Mayadenawa yang dianggap melewati batas, salah seorang pemuka agama bernama Mpu Sangkul pun bersemedi dan meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Konon, Mpu Sangkul mendapat bantuan dari Dewa Indra, dewa yang menguasai cuaca.
BACA JUGA: KPK Tetapkan Kepala Basarnas Sebagai Tersangka Kasus Suap Proyek 2021-2023
Singkat cerita, terjadi pertempuran yang sengit antara Mpu Sangkul dan Mayadenawa. Mayadenawa melakukan berbagai tindakan yang licik agar bisa memenangkan pertempuran itu, namun dia tetap mengalami kekalahan.
Dari kemenangan Mpu Sangkul yang dibantu Dewa Indra melawan Mayadenawa inilah menjadi simbol kemenangan kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma) yang diperingati sebagai Hari Raya Galungan.
Makna Hari Raya Galungan 2023
Kata ‘Galungan’ berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya menang atau bertarung. Galungan juga artinya sama dengan ‘dungulan’, yang berarti menang.
Galungan berarti menyatukan kekuatan rohani agar bisa mendapat pikiran dan pendirian yang terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri.
BACA JUGA: Pemimpin KPK Mengaku Khilaf dan Gegabah Soal OTT Basarnas
Sedangkan segala kekacauan pikiran itu adalah wujud adharma. Dari konsep inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma.
Rangkaian Acara Hari Raya Galungan
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga merupakan awal dari rangkaian acara Hari Raya Galungan yang dimulai 25 hari sebelumnya. Biasanya umat Hindu akan memuja Sang Hyang Sangkara sebagai dewa kemakmuran dan keselamatan tumbuh-tumbuhan.
Selain itu, semua pepohonan akan disirami dengan ‘tirta wangsuh pada’ atau air suci dan diberikan sesajen. Kemudian, pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berharap agar pohon tersebut dapat segera berbuah untuk upacara Hari Raya Galungan.
BACA JUGA: Polemik OTT Basarnas Berbuntut Panjang Hingga Direktur Penyidik KPK Mengundurkan Diri
Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa bubuh (bubur) sumsum yang berwarna.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa berasal dari kata ‘sugi’ yang berarti suci dan ‘jawa’ berarti luar. Artinya, dalam Sugihan Jawa, umat Hindu akan membersihkan dan menyucikan dari segala sesuatu yang berada di luar diri manusia atau disebut Bhuana Agung.
Umat Hindu akan melakukan upacara Ngerebon yang bertujuan untuk menetralisir segala sesuatu yang berada pada Bhuan agung, disimbolkan dengan pembersian merajan (tempat suci) dan rumah.
BACA JUGA: Aksi Emak-Emak Gerebek Basecamp Bandar Narkoba di Jambi Viral di Media Sosial
3. Sugihan Bali
Setelah menyucikan dan membersihkan Bhuana Agung, umat Hindu akan menyucikan diri sendiri atau Bhuana Alit. Tata cara pelaksanaannya dengan membersihkan diri dan memohon di Tirta Gocara (tempat suci) yang didampingi oleh Sulinggih (pemuka agama Hindu).
4. Hari Penyekeban
Makna dari Hari Penyekeban berasal dari kata ‘nyekeb indriya’ yang artinya mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Hari Penyekeban akan dirayakan setiap Minggu pahing wuku Dungulan pada kalender Bali.
5. Hari Penyajan
Hari Penyajan bermakna memantapkan diri sebelum Hari Raya Galungan. Menurut kepercayaan umat Hindu, pada Hari Penyajan umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri mereka menuju Galungan. Artinya, umat manusia akan diuji dari pengaruh buruk dan berbagai bentuk godaan.
BACA JUGA: Aktivis Hewan Dunia Menyelamatkan Hewan yang Dijual di Pasar Ekstrem Sulawesi Utara
6. Hari Penampahan
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa wage wuku Dungulan dalam kalender Bali. Umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor.
Hari Raya Galungan identik dengan penjor, penjor merupakan bambu yang dihiasi sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
7. Hari Raya Galungan
Setelah rangkaian acara terlaksana, tibalah puncak umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan. Prosesi dalam hari raya ini dimulai dengan sembahyang di rumah masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan sembahyang di pura sekitarnya.
8. Hari Umanis Galungan
Hari Umanis Galungan dilakukan sehari setelah Hari Raya Galungan. Pada hari tersebut, umat Hindu akan melaksanakan sembahyang dan dilanjutkan dengan Dharma Santi.
Kemudian, umat Hindu juga akan mendatangi sanak saudara dan mengunjungi tempat rekreasi.***