Link and Match Pembangunan Pendidikan: Kebudayaaan Dalam Cerita ke-Emasan

Oleh : Teguh Renggayana., S. Pd., M.M., M. Si

Penguasaan dan kegilaan kita pada teknologi adalah bagian dari sistem peralatan. Spektrum inilah yang didorong terus menerus dengan milyaran anggaran pertahun lewat sekolah-sekolah. Sekolahan kita jangan hanya mengejar sistem peralatan tanpa menjadikan karifan lokal yang tumbuh berabad-abad sebagai guide. Jangan sampai kita abai. Dan tidak boleh dilupakan bahwa sekolah itu sendiri merupakan bagian dari sistem pengetahuan. Sekolah adalah bagian dari kebudayaan.

Jika kita serius menangani kebudayaan, maka sistem pendidikan sebagai bagian dari spectrum kebudayaan juga akan terangkat. Tapi jika kita hanya menatap sekolah tanpa orientasi budaya maka sekolah yang digelar hanya berisi nilai-nilai yang dicangkok dari negari manca. Sekolah merasa berhasil jika telah mencapai tahap sistem peralatan (teknologi) yang serba digital, serba teknologis.

Demikian pula anak-anak sekolah merasa canggih jika ia bisa mengoperasikan alat-alat yang entah bagaimana dibuat oleh pabrik-pabrik canggih mancanegara. Anak-anak sekolah yang terampil mengunyah produk-produk kekinian diklaim sebagai anak yang pandai. Sekolah sekolah menjelma menjadi pangsa pasar market teknologi. Oleh karena itu orientasi sekolah perlu ditata ulang, setidaknya perlu dikembalikan pada rel kebudayaan.

Untuk menatap masa depan pendidikan, link and match pembangunan pendidikan musti benar-benar dirintis. Apa yang dibutuhkan sekolah dipetakan kembali. Dengan orientasi kepada kebudayaan maka sarana prasarana dan dimensi lain apa yang dibutuhkan sekolah. Teknologi informatika memang masih diperlukan, tetapi ini bukanlah segala-galanya. Sarana apa yang diperlukan sekolah untuk menatap orientasi pada sekolah dengan basis kebudayaan.

Baca artikel Bantenraya.co.id lainnya di Google News
 
Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button