Link and Match Pembangunan Pendidikan: Kebudayaaan Dalam Cerita ke-Emasan

Oleh : Teguh Renggayana., S. Pd., M.M., M. Si

Tentu ini pekerjaan besar yang bersifat lintas sektoral. Meskipun dinas pendidikan dan kebudayaan menjadi leading sektor yang menggawangi nomenklatur kebudayaan tetapi jangan dilupakan bahwa kebudayaan meliputi 7 spektrum yang sangat luas itu. Untuk keperluan reorientasi pendidikan, sekolah dapat memulai dengan menimbang kembali penerapan kurikulum muatan lokal, nasional, tata kelola sarana pra-sarana sekolah dan iris-irisan lain tentunya. Agar sekolah semakin support dengan visi kebudayaan, bukan hanya visi teknologis. Artinya ruang-ruang kebudayaan mendapatkan pelembagaan di sekolah.

Tetapi membaca pelembagaan kebudayaan tidaklah terbatas pada seni dan tradisi semata. Sistem pengetahuan adalah bagian dari kebudayaan dan sekolah dapat mengambil peran itu. Artinya menjadikan sekolah sebagai pelembagaan awal bagi pengembangan pengetahuan-pengetahuan baru. Ya tentu saja yang setingkat dengen level sekolah dan terjangkau oleh sumber daya sekolah. Bolehlah mengkaitkannya dengan hal-hal yang bersifat lokalitas, potensi lokal, sumber daya lokal. Inilah salah satu link and match pendidikan dengan kebudayaan yang dimulai dari arah baru pengelolaan urusan pendidikan.

Dengan demikian generasi muda tidak melupakan akar kebudayaan, tidak latah menjadi generasi urban yang bergaya metropolitan. Seorang remaja akan beranjak dewasa di bangku sekolah menengah, tiga tahun. Sesudah itu mereka akan menjadi angkatan kerja, mahasiswa, kembali ke masyarakat. Dari masa ke masa itu: Dinas pendidikan dan Kebudayaan Banten bersama kita semua (civil society) mengemban tanggungjawab kebudayaan untuk melahirkan suatu generasi yang bervisi kebudayaan. Semoga. ***

Baca artikel Bantenraya.co.id lainnya di Google News
 
Laman sebelumnya 1 2 3 4

Related Articles

Back to top button