Pengemis Dadakan Banjiri Kota Serang Selama Ramadhan

IMG 20230403 WA0078
Para pengemis duduk di trotoar Jalan Abdul Fatah Hasan, Kota Serang, Senin 3 April 2023. (Harir Baldan/Banten Raya)

BANTENRAYA.CO.ID – Pengemis dadakan marak di Kota Serang selama bulan Ramadhan.

Sejak awal Ramadhan, sejumlah persimpangan jalan di Kota Serang yang memiliki lampu merah (traffic light), dan trotoar jalan dipenuhi pengemis atau peminta-minta.

Modus para peminta minta ini beragam, mulai dari, manusia karung, manusia gerobak, berkostum badut ala tokoh kartun, manusia silver, manusia kemoceng, hingga pengamen.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA : Penjual Timun Suri di Kota Cilegon Bisa Habiskan 3 Kuintal Dalam Sehari

Fenomena peminta-minta itu banyak ditemukan di beberapa titik persimpangan lampu merah, dan trotoar jalan di Kota Serang.

Berdasarkan pantauan Banten Raya di lokasi, Senin 3 April 2023, para pengemis atau peminta-minta ini beraksi di trotoar jalan Jalan Jenderal Sudirman dekat perlintasan rel kereta api Panancangan.

Kemudian halte Hotel Le Dian, trotoar depan gedung Golkar, trotoar depan UIN SMH Banten, lampu merah Ciceri, trotoar Jalan Abdul Fatah Hasan, lampu merah Cikutuk, lampu merah Cipocok Jaya, lampu sumur bor, lampu merah pisang emas, lampu Sumur Pecung, lampu merah warjok, dan lampu merah Kebon Jahe.

BACA JUGA : Update Daftar Harga Tiket Kapal Laut ASDP Jelang Mudik Lebaran 2023, Merak Banten – Bakauheni Lampung

Salah seorang warga Kota Serang Lili Wasli mengatakan, maraknya Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) pada bulan Ramadhan menggangu estitika Kota Serang.

“Setiap bulan Ramadhan pengemis musiman, anjal, gelandangan, pengamen, manusia silver, dan manusia gerobak marak. Ini mengganggu keindahan, ketertiban, dan wajah Kota Serang jadi terlihat kumuh,” ujar Lili Wasli, kepada Banten Raya.

Lili Wasli mengatakan, Pemkot Serang tentu harus melakukan penanganan secara baik, mendata dan menelusuri keberadaan mereka, termasuk apakah mereka sudah terdata menjadi penerima bantuan.

BACA JUGA :

6 Lokasi Rawan Kecelakaan di JLS Cilegon, Pemudik ke Pelabuhan Ciwandan Wajib Hati-hati

“Pemerintah harus hadir. Bagaimana caranya PMKS ini ditangani. Dan tidak balik lagi ke jalanan. Karena menggangu wajah Kota Serang sebagai ibukota provinsi,” ucap dia.

Terkait banyaknya warga yang memberikan sedekah kepada para PMKS di bulan Ramadhan, menurut Lili Wasli, itu haknya masyarakat untuk berbagi sedekah.

“Itu hak warga mau bersedekah kepada PMKS atau kemana, yang paling baik, tapi menurut saya kalau ingin bersedekah ke lembaga-lembaga sedekah atau masjid-masjid alangkah lebih baiknya,” katanya.

Salah seorang pengemis asal Lingkungan Kemang, Kota Serang, Marwati mengatakan, mengemis hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja.

“Di bulan puasa aja sama hari Jumat,” kata Marwati, yang membawa kedua anaknya sambil mengemis. 

Marwati menuturkan, mengemis di bulan Ramadhan, karena berharap belas kasih dari warga yang melintas.

“Ada aja tiap hari yang ngasih. Kayak sembako, takjil, kalau mau lebaran mah kadang beras, uang,” tutur dia.

Hasil dari mengemis baik itu berupa sembako atau pun takjil, kata Marwati, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Iya buat sendiri, buat makan sekeluarga buat anak,” katanya.

Marwati menjelaskan, terpaksa mengemis sambil mencari barang bekas di jalanan, lantaran untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

“Suami saya ngerongsok penghasilan kurang. Gak tentu. Sehari kadang dapat Rp 20 ribu, kadang Rp 15 ribu. Anak saya empat. Yang sudah sekolah satu,” ungkap Marwati.

Marwati mengaku mengemis di pinggir jalan mulai pagi hingga sore hari.

“Dari pagi jam 08.00. Kalau mau dohor pulang dulu. Nanti kesini lagi jam 2 siang sampe sore,” katanya.

Serupa dikatakan pengemis lainnya Enjun. Enjun mengaku terpaksa mengemis lantaran sudah ditinggal meningal suaminya lima tahun lalu.

“Saya janda lima tahun. Tinggal sama anak di sini,” kata Enjun.

Enjun mengatakan, setiap hari mulai dari pagi jam 08.00 hingga menjelang buka puasa Ramadhan, dirinya bersama teman-teman lainnya mengharap belas kasih pengendara yang melintas di Jalan Jenderal Sudirman menghampirinya dan menyisihkan sedikit rejeki untuknya.

“Nunggu ada yang ngasih. Apa aja takjil, sembako atau apa aja,” kata dia.

Enjun menuturkan, mengemis ia lakukan hanya di bulan Ramadhan saja dan hari Jumat. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Enjun bekerja serabutan atau jasa pijat.

“Ini mah cuman puasa aja. Kalau bulan biasa hari Jumat doang. Kalau hari-hari biasa mah kuli mijat, atau setrika, atau nyuci,” akunya.

Enjun mengakui tiap kali mengemis ada rasa khawatir, bila ada penertiban Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP.

“Kalau ada Satpol PP diusir gak boleh di jalan. Bentar lagi juga ada Satpol PP siap-siap aja minggir dulu,” ungkap Enjun.

Enjun berharap ada bantuan permodalan untuk membuka usaha sendiri, sehingga tidak lagi duduk di atas trotoar jalan menunggu iba dari pengendara yang melintas.

“Kepengennya mah kalau ada modal mah usaha pak. Usaha apa aja. Malu saya sebenarnya mah, tapi gimana lagi saya gak punya penghasilan,” beber dia.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Serang Toyalis mengatakan, penertiban PMKS di Kota Serang telah dilakukan bersama aparat kepolisian Polres Serang Kota dan Satpol PP Kota Serang.

“Sudah. Kemarin sore dengan kita menertibkan para PMKS. Di jalanan. Di Prapatan. Dua Minggu yang lalu,” kata Toyalis, kepada Banten Raya.

Selain itu, kata Toyalis, pihaknya pun ada program rutin tiap tahun selama sebulan penertiban PMKS bersama aparat kepolisian. Dinsos sifatnya persuasif dan tidak melakukan penangkapan.

“Kita ada program sebenarnya setiap tahun selama sebulan, tapi kita nggak nangkap kayak polisi. Paling kita secara persuasif. Jangan di jalan. Dinsos nggak ada kekuasaan. Yang bisa itu Satpol PP,” ucap dia.

Toyalis mengaku pihaknya pun pernah menangkap PMKS dan mengangkut ke rumah singgah untuk dilakukan asesmen.

“Kita udah pernah dengan Satpol PP kita tangkepin. Kita bawa. Kita punya rumah singgah di Serang untuk ngasesment mereka. Jadi kita data satu per satu ada keluarganya atau tidak. Ternyata mereka semua ada keluarganya. Kebanyakan orang Serang. Ada juga dari luar,” akunya.

Toyalis menjelaskan, para PMKS kembali lagi turun ke jalan karena mayoritas tidak memiliki penghasilan tetap.

“Mereka pengen makan, pengen jajan. Nggak ada kerjaan. Nggak ada penghasilan, yang di silver ada suami istri. Pernah kita tangkap. Mereka nggak ada kerjaan. Kita juga bingung,” tutur Toyalis.

Dinsos Kota Serang, kata Toyalis, sudah berkoordinasi dengan Dinsos Provinsi Banten untuk penanganan para PMKS. Masalahnya, kata Toyalis, Pemkot Serang belum memiliki balai pelatihan untuk membekali keterampilan para PMKS.

“Kita juga sudah ke provinsi, solusi untuk anak-anak. Kita juga sama nggak ada balai untuk melatih mereka. Saya juga udah konsultasi ke Kemensos,” kata Toyalis.

“Cuma ya kalau di Kemensos harus benar-benar anak jalanan yang tidak ada keluarganya. Sebab yang sudah masuk ke Kemensos yang balai di Jakarta itu mah nggak bisa keluar lagi, kalau sudah masuk. Mereka benar digembleng di sana. Kalau dibawa kesana kalau masih ada keluarganya bisa protes nanti keluarganya,” tandasnya. ***

Pos terkait