BANTENRAYA.CO.ID – Inilah informasi seputar rekam jejak Prabowo Subianto dari abdi negara menuju dunia politik.
Prabowo Subianto sendiri maju kembali jadi calon presiden di tahun 2024 yang sempat tidak menang saat di tahun lalu.
Dan pada hari ini 25 Oktober 2023 Prabowo Subianto mendaftarkan diri ke KPU bersama Gibran Rakabuming Raka yang disambut masyarakat yang sudah menunggunya dari tadi.
Seperti kita ketahui perjalanan Prabowo Subianto jangan panjang dalam membangun bangsa dan banyak memberi sumbangsih pembangunan yang terbukti mengedepankan persatuan.
Penasaran dengan rekam jejak Prabowo Subianto dari abdi negara menuju dunia politik? Simak artikel ini sampai selesai.
Dikutip Bantenraya.co.id dari berbagai sumber, Berikut ini adalah rekam jejak Prabowo Subianto dari abdi negara menuju dunia politik:
Prabowo Subianto, Letnan Jenderal TNI (Purn) yang lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951.
Prabowo Subianto yang memiliki latar belakang pendidikan di luar negeri itu sempat dekat dengan Persaudaraan Alumni 212, hal itu ditunjukkan dengan pernyataan Prabowo sebagaimana disampaikan di paragraf pertama.
Saat duduk di bangku SD, dia sekolah di Hongkong, Menteri Pertahanan itu juga sempat mengenyam pendidikan di Malaysia dan Swiss, saat duduk di bangku SMA, dia sekolah di Inggris. Dia merupakan pengusaha yang terjun ke dunia politik praktis.
Militer
Prabowo menempuh pendidikan Akabri Darat Magelang pada 1970-1974. Pada 1974-1985, dia bertugas di Kopassandha, dahulu merupakan pasukan Khusus TNI AD.
Saat masih berusia 26 tahun, Prabowo mengemban tugas penting. Dia menjadi Komandan Peleton Operasi Seroja, dengan tugas memimpin isi penangkapan Nicolau dos Reis Lobato.
Pada 1995, dia diangkat menjadi Komandan Jenderal Kopassus. Salah satu tugas yang diemban adalah melaksanakan operasi pembebasan sandera Mapenduma dari tangan OPM.
Dia pernah menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (!996-1998). Pada 1998, dia didapuk menjadi Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat. Selanjutnya, dia menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada 1998.
Walakin, kariernya di militer menjadi sorotan saat Prabowo disebut-sebut ada di balik hilangnya aktivis 1998 oleh Tim Mawar bentukan Kopassus. Nama Ketua Umum Partai Gerindra itu juga terdapat dalam arsip tertanggal 7 Mei 1998.
Gagal
Selain menjadi pengusaha, dia juga terjun menjadi politisi. Prabowo Subianto sudah mengikuti tiga kali pemilihan presiden.
Kali pertama dia menjadi calon wakil presiden saat digandeng Megawati dalam pemilihan presiden 2009. Pasangan itu mengusung ekonomi kerakyatan.
Megawati Prabowo kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Pada pemilihan presiden selanjutnya, dia kembali maju, kini menjadi calon presiden didampingi Hatta Rajasa.
Walakin, pasangan Prabowo-Hatta kalah oleh Jokowi Jusuf Kalla. Pada pemilihan presiden berikutnya, yakni 2019-2024, dia menggandeng Sandiaga Uno yang kala itu belum lama dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Menteri Pertahanan
Kendati gagal berulang kali di pemilihan presiden, dia menerima saat lawannya di pemilihan presiden, yakni Presiden Joko Widodo atau Jokowi menawarinya untuk menjadi Menteri Pertahanan.
Dia dilantik menjadi Menteri Pertahanan pada 23 Oktober 2019. Prabowo dipilih menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju 2019-2024.
namun walaupun begitu, keputusannya untuk menerima tawaran dari Jokowi menimbulkan pelbagai reaksi, salah satunya tak sedikit pengikutnya yang menentang keputusan Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Dengan alokasi anggaran yang cukup besar, dia mulai mengembangkan industri pertahanan berbasis teknologi, hingga moderasi alat utama sistem persenjataannya.
Dia gencar memasarkan pelbagai produk persenjataan Indonesia ke mancanegara. Prabowo menawarkan dan memperkenalkan peralatan yang diproduksi PT Pindad.
Salah satu hal yang mendapat perhatian adalah belanja alutsista dengan nilai mencapai 2 miliar dolar AS yang terdiri dari pesawat angkut militer MC-22 Block C Osprey, pesawat yang memiliki perpaduan antara helikopter dan pesawat terbang baling-baling.
Pernyataan itu mendapat respons dari Peneliti Pusat Studi Antikorupsi Universitas Mulawarman Herdiansyah Hamzah Castro yang meminta Ketua Umum Partai Gerindra itu memahami makna suap dalam pemilihan umum. Pernyataan peneliti itu menjawab pernyataan Prabowo yang menyarankan masyarakat menerima uang serangan fajar.
Dia menilai, Menteri Pertahanan itu keliru lantaran gagal memahami esensi suap dalam pemilihan umum.
Dalam keterangannya, dia mengingatkan bahwa politik uang merupakan tindakan yang selama ini membuat ongkos politik elektoral di Indonesia sangat mahal. Dia pun meminta agar Ketua Umum Partai itu belajar kembali bagaimana politik uang bekerja.
Pernyataan Prabowo ihwal menerima uang serangan fajar bukan kali pertama dilontarkan, pada 2018 dia juga pernah menyampaikan hal serupa. Pernyataan itu disampaikannya melalui video yang diunggah melalui akun Facebook-nya, pertengahan Juni 2018.***