BANTENRAYA.CO.ID – Meriahkan Hari Polisi Wanita dengan mengingat sejarahnya.
Mengingat sejarah Hari Polisi Wanita ini sebagai bentuk apresiasi anda untuk menyambut dan memeriahkannya.
Oleh karena itu, berikut ini sejarah singkat Hari Polisi Wanita yang ke-75 pada tahun 2023.
BACA JUGA: Kumpulan Link Twibbon Hari Polisi Wanita ke-75, Desain Menarik dan Mudah Dipasang di Media Sosialmu
Tanggal 1 September, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memperingati hari Polisi Wanita (Polwan) Indonesia ke-75.
Hari Polisi Wanita adalah hari yang ditetapkan dalam rangka untuk memperingati hari lahirnya polisi wanita atau Polwan pada tanggal 1 September. Hari Polwan Nasional juga bertujuan untuk memberikan apresiasi terhadap peran pada polisi wanita di Indonesia.
Untuk tahun ini, Hari Polisi Wanita 2023 jatuh pada hari Kamis 1 September 2023. Hari Polisi Wanita tahun 2023 ini adalah peringatan Hari Polisi Wanita Nasional yang ke-75 tahun.
BACA JUGA: Danpaspamres Buka Suara atas Dugaan Penculikan dan Penganiayaan oleh Oknum TNI Paspamres
Sejarah Hari Polisi Wanita
Sejarah Hari Polisi Wanita berasal dari hari penerimaan 6 orang pertama Polwan di Republik Indonesia. Keenam perempuan tersebut merupakan lulusan sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), yang kemudian dilakukan latihan pendidikan oleh Kepolisian yang ada di Bukitinggi
Sebenarnya, keikutsertaan perempuan dalam perjuangan membantu kaum laki-laki jauh sudah dimulai ketika pada perang kemerdekaan di Sumatera Barat tahun 1942.
Saat itu, perempuan-perempuan sudah ikut serta dalam organisasi yang bertujuan untuk membantu laki-laki dalam perjuangan, misalnya perempuan yang tergabung dalam Layskar Muslimin, Sabil Muslimat, Keputrian Republik Indonesia (KRI), Puteri Ksatria dan lain-lain. Mereka semua yang ikut membantu di barisan depan maupun di barisan belakang untuk menyiapkan makanan di dapur.
BACA JUGA: 3 Resep Olahan Ikan Bandeng, Enaknya Bikin Nagih hingga Tetesan Terakhir
Namun, bergabungnya perempuan ke kepolisian baru benar-benar terealisasikan pada tahun 1948. Kala itu Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II di mana terjadi pengungsian besar-besaran di sana. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah Indonesia menunjuk SPN (Sekolah Polisi Negara) Bukittinggi untuk membuka “Pendidikan Inspektur Polisi” bagi kaum wanita.
Mereka yang diterima lulus sebagai Polwan mengikuti pendidikan dan latihan selama kurang lebih enam bulan lamanya. Selain itu, mereka juga banyak mendapat tantangan dari berbagai pihak.
Tantangan yang paling berat adalah sindiran yang cukup berat yang melecehkan pribadi seorang wanita yang mengatakan “mereka tersesat di dunia laki-laki”. Adanya pandangan yang seperti itu merupakan hal yang umum di tengah masyarakat seperti yang dikutip dari Jurnal Menara Ilmu Vol. XIII No.6.***