Oleh: Hamdi Ibrahim, Jurnalis Banten Raya
BANTENRAYA.CO.ID – Tidak terasa kini kita semua, umat Islam telah memasuki tahun baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriyah yang bertepatan dengan Rabu 19 Juli 2023 Masehi. Saking menghormatinya pergantian tahun dalam Islam, setiap 1 Muharam, Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini menetapakan hari tersebut sebagai hari besar dan libur nasional.
Tidak sedikit kegiatan yang dilakukan kaum muslimin dalam menyambut tahun baru hijriyah, dari selamatan, syukuran hingga doa bersama. Tentunya, kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk mensyukuri nikmat hidup yang telah Allah berikan. Mungkin saja, di lingkungan kita, baik keluarga, teman, atau handai taulan ada yang tidak Allah izinkan untuk dipertemukan dengan tahun baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriyah.
Sehingga, ketika Allah masih mengizinkan umur kita dipertemukan dengan tahun baru Islam, maka seyogianya kita semua dapat memaksimalkan sisa hidup yang masih Allah berikan. Seperti pergantian tahun pada umumnya, tahun baru Islam 1445 Hijriyah baiknya dimaknai sebagai sebuah momentum untuk muhasabah diri, sudah sampai mana perintah dan larangan Allah kita taati dan sejauh mana tingkat ketakwaan dan keimanaan kita kepada Yang Maha Kuasa.
Sebab, penetapan tahun Islam atau hijriyah ini dinisbatkan pada peristiwa hijrah Baginda Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Peristiwa hijrah Nabi ini bukan karena takut akan kematian, tetapi bagaimana Rasulullah mempertahankan eksistensi umat Islam.
Peristiwa hijrah Nabi memiliki hikmah yang luar biasa bagi perkembangan Islam ke depannya. Salah satunya semakin kuatnya persaudaraan antar sesame muslim yang diperlihatkan Rasulullah dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
Setelah dilakukan persaudaraan antar Muhajirin dan Anshar terjadi sebuah transformasi yang luar biasa di dalam diri kaum muslimin, salah satunya Islam semakin kuat dan semangat saling tolong menolong dalam kebaikan.
Maka, tidak salah apabila Khalifah Umar bin Khattab meletakkan dasar penganggalan hijriyah berdasarkan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Menurut Muhammad Yunan Nasution bahwa ditetapkannya tahun hijra Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah sebagai tahun permulaan penanggalan hijrah itu, sebab peristiwa itu mengandung nilai-nilai yang dapat dipergunakan sebagai pendorong atau stimulus dalam kehidupan dan perjuangan.
“Peristiwa Hijrah itu adalah satu tonggak-pancang dalam sejarah kebangunan Islam yang memisahkan antara zaman gelap dengan zaman terang, antara yang hak dengan yang batil.” (Muhammad Yunan Nasution, Suara Masjid Nomor 51)
Pandangan Yunan Nasution ini diambil dari perkataan Khalifah Umar bin Khatta ketika menetapkan peristiwa hijrah Nabi sebagai permulaan penanggalan hijriyah.
“Hijrah itu memisahkan antara hak dengan yang batil. Oleh karena itu (abadikanlah dengan membuatnya) menjadi penanggalan.”
Peristiwa hijrah juga mengandung makna untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, sebab inilah ajaran-ajaran pokok Islam. Di dalam Al-Quran terdapat lebih dari 30 kali kata-kata hijrah atau kata-kata lainnya pecahan dari kata kerja hajara.Yunan menjelaskan bahwa “sebagian daripadanya dirangkaikan dengan kata-kata iman dan jihad.”
Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 20-21 yang artinya: “Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan dirinya, lebih tinggi derajatnya di sisi Ilahi, dan mereka itulah orang-orang yang menang. Allah menyampaikan berita gembira kepada mereka dengan beroleh rahmat, ridha Ilahi dan surga yang di dalamnya mereka menghayati kenikmatan yang abadi. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah (tersedia) pahala yang besar.”
Yunan menerangkan bahwa ayat tersebut dapat dipahamkan bahwa dengan hijrah itu terbukalah satu sarana jihad yang berlandaskan iman. “Dengan semangat iman akan terasa ringan menghadapi tantangan-tantangan yang besar dan berat. Dengan semangat iman akan timbul keteguhan hati dan kesabaran dan dengan semangat iman itu juga tampak cahaya pengharapan dan kemenangan.”
Lebih lanjut, Yunan menyatakan bahwa sikap hijrah dan semangat jihad yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat itu bersumber dan memancar dari mata air iman. Sehingga, cahaya pengharapan dan kemenangan itu menyinari seluruh penduduk Madinah hingga akhirnya cahaya itu sampai ke Makkah dengan peristiwa Fathul Makkah atau pembebasan kota suci Makkah.
Sikap hijrah dan semangat jihad yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat itu ternyata sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia, bahkan bagi kemerdekaan bangsa kita ini.
Buya Hamka dalam tulisannya “Pengaruh Hijrah Rasul Terhadap Pertumbuhan Bangsa Indonesia” mengatakan karena sikap hijrah dan semangat jihad itu lahir pahlawan-pahlawan Indonesia yang mampu memberikan kontribusi luar biasa bagi Islam dan tanah airnya.
Sebut saja di antaranya; Hadratus Syekh Hasyim Asyari, KH. Ahmad Dahlan, Mas Mansur, HOS Cokroaminoto, Abdul Majid, Wahid Hasyim, Samanhudi, Rasuna Said, bahkan Bung Karno dan Bung Hatta. “Yang mendorong mereka mau berkorban lain tidak ialah keyakinan beragama. Lata belakang politik ialah Iman kepada Allah.” (Buya Hamka, Suara Masjid: Januari 1981)
Arkian, sikap hijrah dan semangat jihad ini juga tercemin dalam terbentuknya, falsafah negara yakni Pancasila, di mana Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sila pertama dan yang utama.
Memasuki tahun baru Islam 1445 H ini sudah semestinya menjadi momentum muhasabah diri bagi pemerintah dan rakyat Indonesia, terkait sudah sejauh mana kita mengedepankan semangat gotong royong dalam membangun bangsa dan negara daripada semangat keuntungan pribadi untuk meraup sebanyak-banyak materi.
Apalagi, saat ini masyarakat Indonesia sudah memasuki tahun-tahun politik, di mana situasi akan semakin panas. Oleh karena itu, dengan memasuki tahun baru Islam 1445 H ini umat Islam bisa mengambil hikmah dari peristiwa hijrah Nabi dan para sahabat.
Dengan semangat hijrah tersebut, seperti apa yang disebutkan Khalifah Umar bin Khattab, umat Islam dapat memisahkan antara yang hak dengan yang batil. Sehingga situasi perpolitikan kita bukan semangat gontok-gontokan tetapi semangat untuk membangun masa depan dengan asas gotong royong.
Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriyah.***