Tertipu Loker, Warga Cikande Jadi Operator Scammer di Kamboja

Tertipu Loker, Warga Cikande Jadi Operator Scammer di Kamboja
KORBAN PENIPUAN: Patra Syaifullah Azis pemuda asal Perumahan Cikande Permai, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang korban penipuan pekerjaan.

BANTENRAYA.CO.ID– Patra Syaifullah Azis pemuda asal Perumahan Cikande Permai, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan terjebak dalam praktik kerja paksa menjadi operator Scammer atau penipuan daring di Kamboja.

Ibu korban, Siti mengatakan, Patra Syaifullah Azis awalnya tergiur lowongan kerja yang ia temukan di media sosial.

Iklan tersebut menjanjikan posisi sebagai marketing apartemen di Jakarta dengan gaji tinggi.

Bacaan Lainnya

“Saya WA suruh pulang ke rumah. Dia bilang jangan kaget sekarang sudah di Kamboja. Awalnya mau interview kerja di wilayah Setia Budi Jakarta.

BACA JUGA : Bank bjb Salurkan Beasiswa S2 untuk Lulusan Terbaik Universitas Ekuitas Indonesia

Saya izinin lah, keterangan dia mau memasarkan apartemen untuk tahun baru,” katanya kepada awak media, Selasa (25 November 2025).

Namun, Siti menambahkan, setelah berangkat pada 12 November 2025, perjalanan korban justru menyimpang jauh dari rencana.

Aziz dibawa ke Medan, lalu diterbangkan ke Malaysia dan Kamboja tanpa penjelasan jelas dari pihak perekrut.

“Tapi dia diarahkan ke Medan. Tiba-tiba dikirim ke Malaysia, transit sebentar langsung dikirim ke Kamboja,” tambahnya.

BACA JUGA : Kepala SD Negeri Banjarsari 5 Anton Setiabudi Juara 2 Kepala Sekolah Dedikatif se Banten

Setibanya di Kamboja, ia ditempatkan di wilayah perbatasan Chreythum dan dipaksa bekerja sebagai Scammer atau operator penipuan daring. “Tapi pas dia kerja, di sini jadi Scammer,” jelasnya.

Dalam komunikasinya kepada keluarga, Aziz mengaku dipaksa bekerja hingga 15 jam per hari, diawasi ketat, diberi makanan tidak layak, serta tinggal di fasilitas yang minim dan tidak manusiawi.

“Masuk setengah delapan, keluarnya setengah satu. Pokoknya sekitar 15 jam. Ada temennya, kebanyakan orang China. Makan dikasih, yang jelas ketat pengawalan gak ada ruang gerak,” ungkapnya.

Siti hanya berharap anaknya bisa segera dipulangkan dalam kondisi selamat dan memohon perhatian pemerintah dan aparat hukum untuk memberikan bantuan.

BACA JUGA : Gawai Jadi Metode Digitalisasi Pembelajaran Mendalam

“Jujur kalau sudah terjebak di sana gak ada jalan keluar. Saya hanya ingin anak saya pulang dengan selamat,” harapnya.

Siti meminta agar anaknya dapat segera diselamatkan oleh Pemerintah, Kepolisian atau KBRI, karena merasa tidak aman.

Rencananya, pihak keluarga akan melaporkan peristiwa tersebut ke Mapolsek Cikande untuk ditindaklanjuti. (darjat)

Pos terkait