115 Hektare Sawah di Kota Serang Kekeringan

kekeringan
Pegawai DKPPP Kota Serang meninjau sawah yang kekeringan di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. (DKPPP Kota Serang untuk Banten Raya)

SERANG, BANTEN RAYA – Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kota Serang mencatat seluas 115 hektare lahan persawahan kekeringan.

Ratusan hektare lahan persawahan tersebut kekeringan, karena kurangnya ketersediaan air akibat kemarau El Nino, dan adanya perbaikan saluran irigasi.

Imbas dari kekeringan tersebut belasan hektare lahan sawah fuso alias gagal panen.

Bacaan Lainnya

Kepala Bidang Pertanian dan Penyuluhan DKPPP Kota Serang Andriyani mengatakan, 115 hektare lahan persawahan yang kekeringan itu rinciannya 78 hektare kekeringan ringan, 8 hektare kekeringan sedang, 11 hektare kekeringan berat, dan 18 hektare puso.

BACA JUGA : 1.108 KK di Kota Serang Terdampak Kekeringan

“Berdasarkan laporan dari petugas PUPT karena dia yang memverifikasi, semua kecamatan ada (kekeringan-red),” ujar Andriyani, ditemui di ruang kerjanya, kantor DKPPP Kota Serang, Selasa (29/8/23).

Andriyani mengungkapkan, dari 115 hektare lahan persawahan yang kekeringan, lahan persawahan yang terbanyak terdampak di Kecamatan Kasemen.

“Data terbesar masih di Kasemen. Kedua Walantaka. Taktakan juga ada hanya satu titik, Serang satu titik, Cipocok dua titik, Curug empat titik. Tapi informasinya ada juga yang sudah mulai laporan untuk indikasi kekeringan. Jadi ini belum kita masukkan karena kita menunggu verifikasi dulu dari petugas PUPTnya,” ungkap dia.

BACA JUGA : Sawah di Walantaka Kota Serang Kekeringan

Andriyani menjelaskan, dari enam kecamatan, lahan persawahan di Kecamatan Kasemen yang terparah, karena ada sekitar 18 hektare lahan persawahan yang sampai mengalami fuso. Rincian 18 hektare lahan persawahan yang fuso tersebar di Kecamatan Kasemen yaitu, “Di Bendung 15 hektar, Sawah Luhur dua hektare, dan Kilasah satu hektare,” ucap dia.

Andriyani menuturkan, 18 hektare lahan persawahan yang fuso, usia padinya belum genap dua bulan.

“Puso usianya 50 hari setelah tanam. Kalau di Sawah Luhur 45 hari, kalau di Kilasah 30 hari. Jadi kalau melihat si usia tanamannya sudah sebulan sampai dua bulan yang lalu. Satu setengah bulanlah. Jadi memang waktu itu petani juga menanamnya bukan sekarang-sekarang. Lima puluh hari itu berarti Juni mereka mulai tanam. Belum termasuk masa persemaian,” jelasnya.

Andriyani menerangkan, 115 hektare lahan persawahan yang kekeringan tersebut macam-macam jenisnya.

“Ini macam-macam. Ada yang di sawah tadah hujan, ada yang sawah irigasi,” terang Andriyani.

Andriyani mengatakan, pihaknya sudah mempunyai upaya perhatian minimal mengeluarkan surat edaran Walikota Serang sebagai antisipasi dampak El Nino pada bulan Mei 2023.

“Memang surat edaran Pak Walikota yang sekarang sudah ada lagi dari Setda. Waktu itu yang kami terbitkan itu kita sebagai salah satu sarana untuk mensosialisasi dan untuk mengantisipasi bilamana dampak El Nino dirasakan oleh masyarakat, makanya kita sebarluaskan itu suratnya ke para Gapoktan se Kota Serang. Kita menitipkannya melalui penyuluh,” kata Andriyani.

BACA JUGA : Antisipasi Gagal Panen Karena Kemarau, Petani di Kasemen Memanen Padinya Lebih Dini

Andriyani mengungkapkan, surat edaran Walikota Serang tersebut berisi imbauan kepada masyarakat petani agar mempercepat tanam pagi.

“Yang diimbau waktu itu karena bulan mei waktu itu masih ada hujan sedikit-sedikit jadi kita mengharapkan adanya percepatan tanam mengejar sisa hujan pada saat itu,” ungkapnya.

Andriyani mengatakan, pihaknya melakukan verifikasi terhadap lahan persawahan yang kekeringan. Misalnya lahan-lahan yang sawah tadah hujan yang masih ada sumber airnya.

“Kita upayakan adanya pompanisasi, atau mungkin bisa dibantu dengan mengalirkan air ke lahan sawahnya,” katanya.

BACA JUGA : Sawah Margaluyu Kekeringan

Andriyani menegaskan, untuk lahan persawahan yang sudah terlaporkan fuso maka tidak bisa melanjutkan tanaman ke fase berikutnya.

“Kita ada beberapa alternatif misalnya mencoba mengusulkan untuk bantuan benih untuk petani itu, supaya musim berikutnya misal Oktober sudah ada hujan itu benihnya akan digunakan untuk di musim itu,” tegas dia.

Tak hanya itu, DKPPP Kota Serang pun berupaya untuk memenuhi kebutuhan alat mesin pertanian. Kebutuhan alat mesin pertanian pengolahan untuk berkoordinasi menanam karena ketersediaan airnya ada di lahannya itu.

“Bisa melakukan percepatan tanam kita upayakan memang sebisa mungkin terpenuhi juga tidak terkendala masalah pupuknya, benihnya, pupuknya, dan sebagainya. Kebutuhan sarana produksilah,” kata Andriyani.

Apabila bisa untuk ke depannya ternyata di lapangan ditemukan saluran-saluran yang mungkin terhambat. Itu mungkin karena banyaknya tanaman liar atau gulma.

“Itu juga perlu upaya-upaya atau mengimbau adanya gotong royong dari para petani,” tuturnya.

DKPPP Kota Serang, kata Andriyani, akan melakukan pompanisasi jika sumber air di dekat lahan persawahan masyarakat Kota Serang masih ada.

“Kalau memang sumber airnya ada kemudian tanaman itu fasenya membutuhkan air masa generatif, ya kita alirkan. Makanya kita perlu ngecek ketersediaan dari air di sungai atau saluran sekitar itu,” kata dia.

Andriyani mengaku pihaknya pun akan melakukan percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan jika ada.

“Kemudian kebutuhan benih dan kebutuhan pupuk, itu mestinya dibantu kalau ketersediaan air kalau nanam kan boleh,” tutur Andriyani.

Andriyani mengatakan, bila petani melakukan penanaman maka harus berkoordinasi melaporkan kepada penyuluh setempat atau POPT, sehingga bisa dilakukan pengawalan.

“Laporkan ke penyuluhnya supaya ada pengawalan,” kata dia.

Untuk lahan persawahan yang fuso, DKPPP Kota Serang sudah melaporkan ke Pemprov Banten untuk diusulkan mendapatkan bantuan benih.

“Mekanismenya kita belum, karena ini masih kita koordinasikan dengan provinsi melalui Dinas Pertanian Provinsi atau BPTPH,” katanya. *

Pos terkait