Wisuda Pendidikan Kesetaraan di Desa Sindangheula, Diikuti Puluhan Warga, Lulusan Banyak yang Kuliah

3 BOKSSS
WISUDA KESETARAAN : Kepala Desa Sindangheula, Kecamatan Pabuaran Suheli (belakang, empat dari kanan) foto bersama dengan peserta wisuda pendidikan kesetaraan, Sabtu (21/5). Foto TANJUNG/BANTEN RAYA

Pendidikan, baik formal maupun non formal telah menjadi kebutuhan dasar. Melalui pendidikan seseorang dapat menaruh harapan serta merawat mimpinya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

TANJUNG – SINDANGHEULA

Puluhan warga Desa Sindangheula, Kecamatan Paburan menghadiri acara wisuda pendidikan kesetaraan yang digelar Pemerintah Desa (Pemdes) bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Miftahul Huda.

Mereka yang mengikuti wisuda yang digelar pada Sabtu (21/5) itu terdiri dari peserta pendidikan paket B atau setara SMP sebanyak 16 orang dan peserta pendidikan paket C atau setara SMA sebanyak 65 orang.

“Semua warga Desa Sindangheula karena ini program Sindangheula Cerdas,” ujar Kepala Desa Sindangheula Suheli, Minggu (22/5).

Pendidikan kesetaraan sendiri gratis sejak peserta didik mulai belajar sampai mereka lulus dan semua biaya pendidikan ditanggung oleh pihak desa. “Rata-rata usai pesertanya di atas 25 tahun yang sudah enggak bisa menempuh pendidikan formal lagi,” katanya.

Tujuan diadakannya pendidikan kesetaraan itu sendiri, kata Suheli, selain sebagai upaya untuk mengurangi minimnya partisipasi pendidikan di desanya juga sebagai upaya agar warganya dapat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

“Yang membuat saya terharu setelah lulus dari program Sindangheula Cerdas ini pada melanjutkan kuliah. Ada yang ke UPG (Universitas Primagraha) karena kami ada MoU dengan UPG, ada juga yang di Universitas Bina Bangsa, dan di Unbaja,” ungkapnya.

Selain itu, melalui program pendidikan kesetaraan, Pemerintah Desa Sindangheula ingin memberikan kesempatan kepada warganya untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya.

“Ada yang sudah bekerja dipabrik tapi karena sama pihak perusahaan diminta ijazah yang lebih tinggi akhirnya ikut pendidikan kesetaraan ini. Sekarang ini kan segala sesuatu butuh ijazah,” tuturnya.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *