Luar Biasa! Komisi IV DPR RI Janjikan Talas Beneng Kota Serang Jadi Pilot Project Nasional

Komisi IV DPR RI janjikan tanaman talas beneng Kota Serang jadi pilot project nasional. Potensi talas beneng luar biasa, karena sampai diekspor keluar negeri.
Ketua Rombongan Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo saat sambutan di Unni Warehouse Talas Beneng, Kota Serang, Senin 29 Mei 2023. (Harir Baldan/Bantenraya.co.id)

BANTENRAYA.CO.ID – Komisi IV DPR RI janjikan tanaman talas beneng Kota Serang jadi pilot project nasional.

Selain meningkatkan ketahanan pangan, potensi talas beneng Kota Serang sangat luar biasa, karena sampai diekspor keluar negeri.

Rencana talas beneng jadi pilot project ini terungkap saat kunjungan spesifik Komisi IV DPR RI ke Unni Warehouse Talas Beneng, di Lingkungan Babakan, Kelurahan Gelam, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Provinsi Banten, Senin 29 Mei 2023.

BACA JUGA:Walikota Syafrudin Janji Bantu Perizinan Ekspor Talas Beneng Keluar Negeri

Ketua Rombongan Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo mengatakan, budidaya talas beneng di Kota Serang ini sangat surprise, karena bisa menjadi salah satu bahan baku untuk kebutuhan pangan pokok.

“Artinya bahwa talas beneng ini ke depan mempunyai prospek yang sangat bagus,” ujar Firman Soebagyo, kepada Bantenraya.co.id.

Firman Soebagyo menginginkan budidaya talas beneng di Kota Serang dijadikan pilot project, karena potensinya sangat luar biasa, baik untuk konsumsi bahan pokok, maupun produk-produk olahan yang menghasilkan nilai ekonomi.

BACA JUGA:Diekspor ke Australia, Talas Beneng Kota Serang Kesulitan Kirim Keluar Negeri

“Tadi saya minta dan disepakati oleh pak Dirjen Tanaman Pangan untuk anggaran 2024 kita minta untuk dialokasikan untuk bikin percontohan atau pilot project di sini.
Tidak ada alasan lagi. Jadi ini adalah alternatif, artinya apa yang harus kita lakukan,” ucap dia.

Firman Soebagyo menjelaskan, di negara lain juga mengembangkan talas beneng, oleh karena itu yang terpenting adalah perlindungan varietas talas beneng jangan sampai diambil oleh orang asing dikembangkan di negaranya, sehingga suatu saat Indonesia impor dari negara itu.

BACA JUGA:sdSD Negeri Tanjung Ilir Rusak Berat, Dindikbud Kota Serang Siapkan Rp 355 Juta Untuk Diperbaikan

“Karena biasanya penemu itu lebih cepat orang lain yang mengembangkan, karena di sana memang ada sistem. Kita wujudkan hulu hilirnya seperti apa, baru nanti kita kembangkan daerah lain, itupun harus ada wilayah-wilayah tertentu yang klusterisasi, supaya nanti itu bisa mengendalikan pasar,” terang dia.

Pemerintah juga harus melakukan pemetaan terhadap pengembangan budidaya talas beneng, agar pasarnya tidak jenuh.

“Jangan sampai nanti kalau trendnya sedang talas, talas semua. Nanti pasarnya ya jenuh. Ini yang harus dimaaping oleh pemerintah. Tugas pemerintah dan BPS nanti,” ucapnya.

BACA JUGA:SD Negeri Tanjung Ilir Rusak Berat, Dindikbud Kota Serang Siapkan Rp 355 Juta Untuk Diperbaikan

Menurut Firman Soebagyo, sudah ada warning (peringatan) dari Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), bahwa jumlah penduduk dunia akan mengalami peningkatan sampai 9,7 miliar di tahun 2050, termasuk Bappenas sudah merilis tahun 2030 jumlah penduduk Indonesia dari 274 juta menjadi 300 juta.

“Artinya bahwa krisis pangan itu sudah di depan mata, dan Pak Jokowi sudah berkali-kali mengingatkan, bahwa sudah banyak negara-negara yang sudah dihadapkan kepada krisis pangan,” jelas dia.

Meski demikian, kata Firman Soebagyo, Indonesia mempunyai keanekaragaman bahan pangan varietas yang bisa dioptimalkan. Namun, lanjut dia, tentunya ini harus ada keseriusan dari semua pihak.

BACA JUGA:Pemkot Serang Raih Opini WTP Ke-6 Secara Berturut-turut, Walikota Syafrudin: Perasaan Saya Deg-degan

“Hari ini kita menemukan ibu Rulyantina di Serang ini yang sudah menginisiasi membudidayakan, dan ternyata talas beneng ini tidak hanya menjadi bahan baku untuk kebutuhan pangan pokok, tetapi juga ini sudah dikembangkan dari mulai limbahnya,” katanya.

Firman Soebagyo menuturkan, talas beneng memiliki banyak manfaat tak hanya untuk dikonsumsi, tetapi menghasilkan nilai ekonomi dari mulai atas sampai umbinya bagi para pebudidayanya.

“Kalau talas ubinya dikonsumsi masyarakat, kemudian batangnya bisa menjadi tepung untuk diolah menjadi berbagai makanan-makanan yang menarik dan enak rasanya,” tutur Firman Soebagyo.

BACA JUGA:Pemkot Serang Raih Opini WTP Ke-6 Secara Berturut-turut

“Kemudian tangkainya bisa menjadi benang untuk pengganti dari sutra, dan untuk bahan tekstil dan daunnya bisa menjadi bahan baku rokok alternatif pengganti tembakau. Artinya bahwa dari mulai paling bawah di bawah tanah sampai ujung semua mempunyai nilai ekonomi,” terang dia.

Firman Soebagyo mengatakan, talas beneng tidak akan maksimal pengembangannya, bila pemerintah tidak turun memberikan fasilitas atau membantu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat petani atau pebudidayanya.

“Kami dari Komisi IV bersepakat ayo kita bikin pilot project setelah ini dibeberkan, maka baru kita kembangkan baik potensi pasarnya, industrinya kita punya sistem, punya manajemen, kemudian sumber daya manusia yang unggul, kemudian juga pasar,” tuturnya.

BACA JUGA:Walikota Syafrudin Minta Didoakan Selamat Sampai AkhirJabatan oleh Jemaah Haji Kota Serang

Permodalan, kata Firman Soebagyo, itu persoalan akhir dalam mengembangkan komoditas talas beneng. Biasanya modal itu akan ikut manakala pasarnya terbangun, maka modal akan datang dengan sendirinya.

“Kalau ada investor yang datang boleh saja tetapi harus segera dipatenkan ini. Baik produksi maupun dari kualitasnya. Karena kita sudah punya UU perlindungan varietas pertanian. Apakah itu sudah masuk atau belum kalau belum masuk, maka bikin regulasinya supaya ini jangan sampai dikembangkan di negara lain, akhirnya suatu saat kita impor dari negara lain. Ini yang paling berbahaya,” tegas Firman Soebagyo.

Firman Soebagyo menyatakan, sangat mendukung pengembangan budidaya talas beneng, karena sering menggelorakan jangan mengandalkan pangan pokok beras.

BACA JUGA:32 Jemaah Calon Haji Kota Serang Batal Berangkat ke Tanah Suci

Melainkan sering mengajak untuk membudayakan makanan lokal seperti ubi, singkong, jagung, dan sagu.

“Kalau memang ini memberikan protein yang cukup bagus kenapa tidak. Rasanya juga sangat enak sekali. Kebijakan lokal untuk mendukung kearifan lokal, supaya Pak Walikota, Bu Gubernur atau Pak Gubernur membuat kebijakan bikinkan kemasan yang bagus, sehingga di mall-mall, kafetaria, hotel-hotel mulai mengkonsumsi ini supaya ada gerakan untuk menghidangkan makan produk lokal. Kalau itu dibangun maka insyaa Allah kita kan maju,” katanya.

BACA JUGA:Kemenag Kota Serang Gelar Doa Bersama dan Mujahadah untuk Kelancaran Jemaah Haji

Anggota DPR RI Komisi IV Nuraeni mengatakan, butuh dorongan konkrit dari pemerintah pusat dan daerah berkomitmen dalam satu frame bahwa ke depan Banten dijadikan pilot project untuk meningkatkan ketahanan pangan.

“Kita mulai dari talas beneng ini,” kata Nuraeni.

Nuraeni mengatakan, melalui politik anggaran di tahun 2024 pihaknya akan memfokuskan Banten menjadi pilot project untuk pengembangan sektor talas beneng.

BACA JUGA:Pemkot Serang Serahkan Hasil Pembangunan Landscape Tahap 1 Masjid Agung Ats Tsauroh ke Yayasan Masjid Agung Ats Tsauroh

“Insya Allah di tahun 2024 akan kita fokuskan Banten di sektor talas beneng,” kata dia.

Namun kata Nuraeni, pihaknya tidak bisa bekerja secara sendiri harus didukung oleh pemerintah daerah kaitannya dengan perizinan maupun regulasi. Hal itu agar digencarkan dengan mengkonsumsi makanan selain beras.

“Ada disertifikasi pangan yang biasa konsumsi mudah-mudahan kepala daerah juga bisa merespon untuk memperkuat dalam Perda tentang konsumsi pangan lokal kita,” katanya. ***

Pos terkait