BANTENRAYA.CO.ID – Setiap tanggal 17 Agustus, warga Indonesia merayakan dan mensyukuri peringatan kemerdekaan Indonesia.
Biasanya setiap tanggal 17 Agustus selalu melakukan upacara bendera serta biasanya diselenggarakan berbagai macam perlombaan.
Lalu pada tanggal 16-nya, presiden Indonesia akan memberikan pidato kenegaraan di Gedung MPR untuk menyambut hari kemerdekaan tersebut.
BACA JUGA: Daftar Ide Lomba untuk Hari Kemerdekaan 17 Agustus HUT RI ke-78, Dijamin Lebih Seru dan Kekinian
Tak hanya itu, presiden Indonesia juga membacakan teks proklamasi yang merupakan tonggak sejarah.
Di mana Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Presiden Pertama RI, Ir Soekarno.
Ternyata, asal-usul Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut memiliki sejarah yang sangat menarik. Sebab, pada awalnya teks proklamasi yang disiapkan merupakan naskah Piagam Jakarta yang cukup panjang.
BACA JUGA: Kumpulan Ucapan Hari Kemerdekaan 17 Agustus HUT RI ke-78, Penuh Semangat
Berikut ini isi dari Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia:
Proklamasi, Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
Isi teks naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini sangatlah singkat. Namun ternyata, ada sejarah menarik di balik perumusan naskah tersebut.
Sejarah Teks Proklamasi yang dibacakan tiap Hari Kemerdekaan RI
Kemerdekaan Indonesia dimulai dari tanggal 6 Agustus 1945 ketika bom mengguncang Jepang lebih tepatnya di kota Nagasaki.
Kemudian, 3 hari berikutnya, Hiroshima kembali dibom pada tanggal 9 Agustus 1945. Pemboman ini mengakibatkan 14.000 korban jiwa.
Pemboman Hiroshima dan Nagasaki menjadi pertanda menyerahnya Jepang kepada Amerika dan sekutunya.
BACA JUGA: Adanya Pemalsuan Dokumen, Ibu Mertua Presiden Korea Selatan Ditahan
Ketika bom kedua jatuh kembali di Nagasaki, Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Hal ini dimanfaatkan oleh Indonesia.
Sehari kemudian, BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) berubah nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada tanggal 10 Agustus 1945 pula, Sutan Syahrir telah mendengar kabar menyerahnya Jepang kepada Sekutu melalui siaran radio luar negeri yang ketika itu dilarang.
Syahrir kemudian menginformasikan hal ini kepada penyair Chairil Anwar. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda, terutama para pendukung Syahrir.
BACA JUGA: Aksi Emak-Emak Gerebek Basecamp Bandar Narkoba di Jambi Viral di Media Sosial
Janji Kemerdekaan Indonesia dari Jepang
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta (selaku pimpinan PPKI) dan Radjiman Wedyodiningrat (mantan ketua BPUPKI) diterbangkan ke kota Dalat (250 km di sebelah timur Saigon, Vietnam) untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi.
Pada pertemuan itu, mereka dikabarkan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Saat itu Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia dilakukan pada tanggal 24 Agustus dan pembacaan teks proklamasi akan ditugaskan kepada anggota PPKI.
Sekembalinya Soekarno, Hatta dan Radjiman ke tanah air, Hatta menceritakan hasil pertemuan kepada Syahrir. Namun Syahrir menganggap hasil pertemuan tersebut hanyalah tipu muslihat Jepang.
BACA JUGA: Kronologi Truk Seruduk Gedung Acara Resepsi Pernikahan di Balikpapan
Syahrir mendesak agar para tokoh dengan segera memproklamasikan kemerdekaan.
Selain karena Jepang akan menyerah kepada Sekutu kapan saja, tetapi juga untuk menghindari perpecahan kubu nasionalis (yang anti dan pro Jepang).
Di sisi lain, Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah kepada Sekutu.
Selain itu, beliau juga menilai bahwa jika proklamasi kemerdekaan dilaksanakan pada saat itu, akan terjadi pertumpahan darah dan berakibat fatal.
BACA JUGA: Aktivis Hewan Dunia Menyelamatkan Hewan yang Dijual di Pasar Ekstrem Sulawesi Utara
Soekarno mengingatkan bahwa Syahrir tidak memiliki hak untuk memproklamasikan kemerdekaan karena hak tersebut adalah milik PPKI.
Namun menurut Syahrir, kemerdekaan oleh PPKI hanyalah “hadiah” dari Jepang karena PPKI adalah badan buatan Jepang.
Walaupun pendapat Syahrir tidak disetujui, Syahrir tetap mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Beliau telah menyusun teks proklamasi dan mengirimkan teks tersebut ke seluruh Jawa untuk dicetak dan disebarkan.
Syahrir pun telah mempersiapkan pengikutnya untuk melakukan demonstrasi dan mempersiapkan mereka jika mereka dibalas dengan kekerasan.
BACA JUGA: Dianggap Hama, Pemerintah Australia Berencana Musnahkan Kucing-kucing Liar Dengan Racun
14 Agustus 1945
Pada tanggal ini, para pengikut Syahrir kembali menekan para tokoh bangsa untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini dilakukan oleh golongan muda karena mereka telah mendengar kabar bahwa Jepang telah secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri.
Golongan muda yang mendengar kabar ini adalah Sutan Syahrir, Wikana, Darwis dan Chairul Saleh.
Walaupun telah didesak oleh para golongan muda, golongan tua tetap tidak ingin terburu-buru untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi.
BACA JUGA: Kiper Asal Kamerun Terinspirasi Kakaknya Nnana Onana Bermain di Klub Depok
Soekarno dan Hatta kemudian mendatangi penguasa militer Jepang di kantornya di Koningsplein namun kantor tersebut ternyata kosong. Kemudian Soekarno, Hatta dan Soebardjo mendatangi kantor Laksamana Muda Maeda.
Sepulangnya dari rumah Laksamana Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan PPKI pada pukul 10 pagi tanggal 16 Agustus di kantor Jalan Pejambon No. 2 untuk membicarakan segala hal mengenai persiapan proklamasi kemerdekaan.
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa sejarah yang cukup terkenal mengenai kemerdekaan Indonesia adalah peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan.
Lalu peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta oleh sejumlah pemuda. Soekarno dan Hatta diculik pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari.
BACA JUGA: Binaragawan Bali Justyn Vicky Meninggal Dunia Tertimpa Barbel 210 Kg
Tidak hanya kedua tokoh tersebut, Soekarno pun dibawa bersama istri beliau Fatmawati dan anak beliau Guntur yang baru berusia 9 bulan.
Penculikan ini bertujuan agar mereka tidak terpengaruh oleh Jepang.
Di Rengasdengklok, para pemuda kembali mendesak Soekarno untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia dan meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah. Para pemuda pun menyatakan siap atas segala risiko yang mungkin terjadi.
Pada saat yang sama, di Jakarta, Wikana (perwakilan golongan muda) dan Mr. Ahmad Soebardjo (perwakilan golongan tua) berunding dan akhirnya Mr. Ahmad Soebardjo setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
BACA JUGA: Cegah Diabetes, Ini Tips Menurunkan Gula Darah Secara Alami dan Aman
Kemudian, Yusuf Kunto dan Ahmad Soebardjo pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta kembali di Jakarta. Setelah tiba di Jakarta, mereka kembali ke rumah masing-masing.
Perumusan Teks Proklamasi di Rumah Laksamana Maeda
Walaupun telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, ketika Soekarno dan Hatta bertemu dengan Kepala Pemerintahan Jepang, mereka diberi kabar bahwa Jepang harus menjaga status quo dan tidak dapat memberikan izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Mendapatkan berita itu, Soekarno dan Hatta kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk menyusun teks proklamasi.
Di sini, Soekarno, Moh. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni, B. M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik, berunding menyusun naskah proklamasi.
BACA JUGA: Manfaat Buah Kesemek untuk Kesehatan dan Cara Mengolahnya yang Wajib Kamu Ketahui
Setelah konsep rangkum, Sayuti kemudian mengetik naskah menggunakan mesin tik hasil curian kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman. Teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pidato ini kemudian disambung dengan pengibaran bendera Merah Putih dan sambutan oleh wakil walikota Jakarta, Soewirdjo dan pimpinan Barisan Pelopor, Moewardi.
Hari yang sama, naskah proklamasi disebarluaskan melalui mulut ke mulut dan disiarkan radio sebanyak tiga kali berturut-turut. Selain itu, usaha para pemuda untuk menyebarluaskan berita juga dilakukan melalui surat selebaran dan pers.
Hari tersebut merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia dan menandakan bahwa bangsa ini telah bebas seluruhnya dari penjajah.
Itulah sejarah singkat Hari Kemerdekaan 17 Agustus HUT RI ke-78.***