Naskah Khutbah Idul Adha dan Download PDF: Nabi Ibrahim Teladan Keberanian Dalam Dakwah

Contoh naskah khutbah Idul Adha 1444 H. (Freepik/kjpargeter)
Contoh naskah khutbah Idul Adha 1444 H. (Freepik/kjpargeter)

BANTENRAYA.CO.ID – Berikut contoh naskah khutbah Idul Adha dengan tema yang tepat dapat dibawakan pada acara ceramah atau khutbah Shalat Idul Adha 1444 H nanti.

Teks ceramah tema Idul Adha di bawah ini berjudul ‘Nabi Ibrahim: Teladan Keberanian Dalam Dakwah’. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sejarah kurban hari raya diawali dari Nabi Ibrahim AS.

Diberi gelar sebagai Bapak Para Nabi, Nabi Ibrahim AS memiliki hati dengan kesabaran yang luas atas segala cobaan dan perintah dari Allah SWT.

Bacaan Lainnya

Teladan keberanian dakwah dalam diri beliaupun patut dicontoh agar senantiasa selalu menebarkan sisi positif dan dakwah mengajak kepada kebaikan.

BACA JUGA: Teks Ceramah Tema Idul Adha 1444 H Menyentuh hati: Dua Teladan Qurban Nabi Ibrahim AS

Sebagai umat muslim, kita dianjurkan menyembelih hewan kurban saat Hari Raya Idul Adha bagi yang mampu untuk meneladai perjuangan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS.

Hal tersebut juga menjadi salah satu dakwah yang beliau ajarakan melalui kisah hidupnya kesabaran menanti seorang anak bertahun-tahun. Setelah dewasa Allah SWT malah menyuruh untuk menyembelih anaknya.

Kesabaran, ketaatan dan kelapangan dada yang dimiliki Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu bentuk dakwah yang ia ajarkan kepada umatnya.

Sebentar lagi kita akan merayakan Hari Raya Idul Adha, maka dari itu naskah khutbah tentang Nabi Ibrahim AS ini cocok dibawakan dan dipelajari untuk jamaah yang akan mendengarnya.

BACA JUGA: Amalan-amalan di Bulan Dzulhijjah yang Bisa Dilakukan Untuk Mendapat Pahala Berlipat Ganda

Berikut naskah khutbah Idul Adha yang dilansir dari laman dakwah.id:

Nabi Ibrahim: Teladan Keberanian Dalam Dakwah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. نَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى الله عَزَّ وَجَلَّ والتَّمَسُّكِ بِهَذَا الدِّينِ تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَجِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Alhamdulillah, segala pujian hanya milik Allah semata, Sesembahan yang Maha Esa, dengan kekuasaan-Nya Ia mengatur semesta, tidak ada yang luput dari penglihatan dan pengawasan-Nya.

Hanya kepada Allah semata kita beribadah, meminta, dan memohon. Hanya kepada Allah kita berserah diri, memohon ampun atas segala dosa serta meminta petunjuk kepada jalan yang diridhai-Nya.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam, Nabi penutup dan penyempurna seluruh ajaran para Nabi dan Rasul sebelumnya.

Nabi yang membawa risalah Islam untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman kelak. Semoga Allah juga berikan kepada siapa saja dari umatnya yang mengikuti tapak langkah perjuangan dan petunjuknya dan semoga kelak di hari Akhir kita diakui sebagai umatnya.

Hari Idul Adha adalah salah satu dari hari raya kaum muslimin yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan kebaikan. Pada hari raya Idul Adha ini juga, di mimbar-mimbar ied kembali para khatib mengingatkan kembali sosok teladan Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihissalam yang begitu erat dengan peristiwa hari ini.

Nabi Ibrahim Teladan Kesabaran dalam Taat dan Ujian
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail adalah potret keluarga yang terbingkai dalam ketaatan paripurna kepada Allah atas segala perintah-Nya.

Juga gambaran utuh tentang arti bersabar menerima ketetapan yang telah Allah putuskan; berupa penyembelihan Nabi Ismail.

Allah Ta’ala merekam peristiwa istimewa ini dalam kalam-Nya:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلْمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Maka tatkala anak itu (Ismail) sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (QS. Ash-Shafat: 102)

Keistimewaan kedua bapak-anak inilah yang menjadikan kisah mereka diabadikan oleh Allah dalam al-Quran. Kisah tentang kesabaran Nabi Ibrahim menanti seorang putra hingga Allah akhirnya karuniakan Ismail.

Kemudian Allah perintahkan untuk meninggalkan sang Istri dan bayi Ismail di Makkah, padang gersang bebatuan yang tidak bertuan. Sungguh berat, tapi tidak ada protes, Nabi Ibrahim melaksanakannya dengan penuh ketundukan.

Berlalu waktu, Ismail telah tumbuh dewasa, betapa bahagianya Nabi Ibrahim sebagai Ayah melihat buah hatinya tumbuh besar dengan baik. Waktu yang panjang tidak berjumpa rasanya terbayar setelah melihat Ismail telah tumbuh menjadi pemuda gagah rupawan.

Namun Perintah selanjutnya Allah turunkan, lewat mimpi Allah perintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra tercintanya. Sebuah perintah yang sangat berat untuk dilaksanakan.

Jika bukan karena kesabaran dan kepatuhan paripurna, rasanya mustahil hal tersebut mampu dilaksanakan.

Nabi Ibrahim berhasil melewati rangkaian ujian yang Allah berikan. Maka Allah kekalkan kisahnya sebagai teladan bagi umat-umat setelahnya agar mereka mengambil pelajaran dan hikmah sebanyak-banyaknya.

Allah Ta’la berfirman:

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي ٱلْأٓخِرِينَ سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبْرٰهِيمَ كَذَٰلِكَ نَجْزِي ٱلْمُحْسِنِينَ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُؤْمِنِينَ

“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. Ash-Shafat: 108-111)

Nabi Ibrahim adalah Ikon Perlawanan terhadap Tirani dan Kezaliman

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Kisah Nabi Ibrahim yang Allah rekam dalam al-Quran tidak hanya kisah tentang beliau menyembelih putranya. Juga tidak hanya tentang kesabaran dan kepatuhan. Lebih dari itu, salah satu potret Nabi Ibrahim yang Allah ceritakan dalam Al-Quran adalah sosok Nabi Ibrahim sebagai ikon perlawanan terhadap tirani dan kezaliman.

Allah mengutus Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bersamaan dengan berkuasanya seorang raja yang bernama Namrud bin Kan’an. Raja Babilonia yang terkenal sebagai sosok tiran dan penuh kedurjanaan.

Namrud juga mengukuhkan sifat ketuhanan pada dirinya. Kekuasaan telah menjadikannya kufur dan lupa diri, serta sombong untuk mengakui bahwa Allah adalah Sesembahan atas seluruh manusia yang layak untuk disembah.

Al-Quran merekam kisah perdebatan Nabi Ibrahim dan Namrud tentang eksistensi Allah sebagai Tuhan. Allah menceritakan dalam surat al-Baqarah, Allah berfirman:

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاجَّ اِبْرٰهيْمُ فِيْ رَبِّهٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ اِذْ قَالَ اِبْرٰهيْمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْي وَيُمِيْتُ قَالَ اَنَا اُحْي وَاُمِيْتُ قَالَ اِبْرٰهيْمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: ‘Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,’ orang itu berkata: ‘Saya dapat menghidupkan dan mematikan’. Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat, ‘lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 258)

Potongan ayat ini menjelaskan kepada kita episode di mana Nabi Ibrahim berhadapan dengan seorang raja besar pada zamannya. Telah terjadi dialog teologis di antar keduanya tentang siapa Tuhan yang mengatur alam semesta ini.

Dalam ayat ini tampak jelas Allah memperlihatkan sosok Nabi Ibrahim yang berani berhadapan dengan penguasa zalim dan kufur seperti Namrud.

Bahkan dalam perdebatan tersebut Nabi Ibrahim mematahkan argumentasi atas klaim ketuhanan yang ditunjukkan oleh Namrud.

Namrud bukan penguasa sembarangan, bahkan menurut beberapa keterangan yang dinukil oleh Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya, Namrud adalah Raja pertama di muka Bumi, sekaligus Raja yang dikenal sebagai sosok yang kejam dan bengis.

Menyampaikan kebenaran akan Tuhan yang sesungguhnya di hadapan seorang penguasa besar bukan hal yang kecil. Apatah lagi Namrud adalah Raja yang memang terkenal zalim dan lalim.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, bahwa Namrud adalah Raja yang kejam, zalim dan ia telah berkuasa selama 400 tahun atas kerajaannya.

Sebagai seorang Nabi dan Rasul, Nabi Ibrahim memberi teladan dalam keberanian dalam menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa. Terlebih kepada penguasa durjana.

Hal tersebut juga menunjukkan sikap Nabi Ibrahim yang anti kompromi saat melihat penyimpangan yang diperlihatkan oleh penguasa.

Sebagaimana biasanya sistem monarki absolut bekerja, tidak akan ada orang yang berani membantah perintah dan perkataan sang Raja, kecuali akan berakhir di penjara; tersiksa atau kehilangan nyawanya.

Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan Nabi Ibrahim untuk menyampaikan kebenaran tentang hakikat ketuhanan sesungguhnya, sekaligus meruntuhkan logika dan narasi kufur yang dibangun oleh Namrud.

Nabi Ibrahim adalah Promotor Akal Sehat Logika Ketuhanan

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Selain sebagai ikon perlawanan terhadap penguasa yang zalim, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam juga adalah promotor akal sehat. Yaitu, Nabi Ibrahim berperan menyadarkan pola pikir yang salah tentang hakikat ketuhanan di tengah-tengah masyarakatnya.

Gerakan dakwah Nabi Ibrahim di tengah umatnya adalah gerakan dakwah purifikasi, pemurnian tauhid mengesakan Allah semata dalam peribadahan.

Karena memang demikian tugas para Nabi dan Rasul yang Allah utus, mereka ditugaskan untuk menyeru manusia untuk beribadah hanya kepada Allah semata

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا فَاعْبُدُوْنِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya’: 25)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.’” (QS. An-Nahl: 36)

Sebagaimana para Nabi dan Rasul sebelumnya, Nabi Ibrahim juga menyeru umatnya untuk memurnikan ajaran Tauhid hanya untuk Allah semata:

وَاِبْرٰهِيْمَ اِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاتَّقُوْهُ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: ‘Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.’” (QS. Al-Ankabut: 16)

Dakwah tauhid adalah dakwahnya para Nabi dan Rasul, mengajak umat kepada akidah yang benar. Dan Nabi Ibrahim punya kisah menarik dalam proses dakwahnya di tengah-tengah masyarakat pagan yang menyembah berhala.

Allah mengisahkan dengan detail bagaimana Nabi Ibrahim mematahkan logika berpikir masyarakatnya yang menyembah berhala.

Dengan memberikan sebuah logika berpikir yang membuat mereka terhenyak sadar bahwa patung-patung yang mereka sembah sama sekali tidak berdaya.

Nabi Ibrahim menyoal kebiasaan dan tradisi masyarakatnya yang menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri.

Allah subhanahu wata’ala mengabadikan kisah dialog antara ayah nabi Ibrahim dan kaumnya dengan nabi Ibrahim tentang logika berpikir yang benar tentang ketuhanan.

إذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦ مَا هَٰذِهِ ٱلتَّمَاثِيلُ ٱلَّتِيٓ أَنتُمْ لَهَا عَٰكِفُونَ قَالُواْ وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا لَهَا عَٰبِدِينَ قَالَ لَقَدْ كُنتُمْ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمْ فِي ضَلَٰلٍ مُّبِيْن

“(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?’ Mereka menjawab: ‘Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya’. Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata’.” (QS. Al-Anbiya’: 52-53)

Maka yang dilakukan Nabi Ibrahim setelah itu adalah menyusun satu rencana untuk menyadarkan akan kesalahan kaumnya. Lalu Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya.

فَجَعَلَهُمْ جُذَٰذًا إِلَّا كَبِيرا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ

“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al-Anbiya’: 58)

Tentu semua mata melihat kepada Nabi Ibrahim sebagai pelaku perusakan tersebut, karena hanya ia seorang yang menolak untuk menyembah berhala-berhala tersebut. maka saat kaumnya menanyakan hal tersebut, Nabi Ibrahim melemparkan sebuah pertanyaan yang meruntuhkan logika sesat mereka.

قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَسْئَلُوهُمْ إِن كَانُواْ يَنطِقُونَ فَرَجَعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ فَقَالُوٓاْ إِنَّكُمْ أَنتُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ثُمَّ نُكِسُواْ عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَٰٓؤُلَآءِ يَنطِقُونَ

“Ibrahim menjawab: ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara’. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: ‘Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)’, kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): ‘Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara’.” (QS. Al-Anbiya’: 64-66)

Nabi Ibrahim adalah Ikon Perlawanan Terhadap Kesyirikan

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah ikon perlawanan terhadap buruknya kesyirikan dan mengajak umat kepada pemurnian akidah yang sebenar-benarnya. Tidak hanya rakyat jelata yang tersentuh dakwahnya, melainkan penguasa juga tidak luput dari perhatiannya.

Meski harga dari keberanian melawan arus deras tersebut juga mahal. Nyawa dan keselamatan menjadi konsekuensi dari perjuangan menyampaikan hal tersebut sebagaimana kita tahu, bahwa setelah itu Nabi Ibrahim dibakar oleh kaumnya.

Tapi ingatlah, bahwa Allah senantiasa bersama hamba-hamba Nya yang beriman. Allah telah berjanji akan menolong mereka yang menolong agama-Nya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Demikian materi khutbah Idul Adha yang dapat khatib sampaikan pada pagi hari yang sangat mulia ini, semoga dari khutbah Idul Adha ini kita bisa mereguk pelajaran dan hikmah serta teladan dari perjuangan dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Sekaligus menjadi penyemangat kita untuk menjadi bagian dari orang-orang yang memperjuangkan Islam di atas muka bumi ini.

Sebagaimana wasiat Nabi Ibrahim kepada Anak keturunannya,

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهِيْمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.’” (QS. Al-Baqarah: 132)

أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ: بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ؛ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. نَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَمَّا بَعْدُ،

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى الله عَزَّ وَجَلَّ والتَّمَسُّكِ بِهَذَا الدِّينِ تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَجِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنْ اليَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا،

اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَناَ دِينَناَ الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِناَ وَأَصْلِحْ لنَاَ دُنْيَاناَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُناَ وَأَصْلِحْ لَناَ آخِرَتَناَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُناَ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لُناَ مِنْ كُلَّ شَرٍّ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِن الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْناَ مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْناَ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ.

اللَّهُمَّ إِنّاَ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ. وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ.

اللَّهُمَّ إِنّاَ نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ. وَنَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِناَ خَيْرًا.

اللَّهُمَّ إِناَّ نَسْأَلُكَ النَّعِيْمَ المُقِيْمَ الَّذِيْ لَناَ يَحُوْلُ وَلاَ يَزُوْلُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ النَّعِيْمَ يَوْمَ العِيْلَةِ وَالأَمْنَ يَوْمَ الخَوْفِ اللَّهُمَّ إِنَّا عَاِئذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ وَاجْعَلْناَ مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.

الَلَّهُمَّ إِناَّ نَسْأَلُكَ الَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ لِناَ فِيْ عَاقِبَةِ الأُمْورِ الَلَّهُمَّ اجْعَلْ آخِرَ مَاتُعْطِيْنَا مِنَ الخَيْرِ رِضْوَانِكَ وَالدَّرَجَاتُ العُلىَ مِنْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ.

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

فَاللهم أَسْعِدْ فِي هَذَا الْعِيْدِ قُلُوْبَنَا وَفَرِّجْ هُمُوْمَنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ..

وَصَلَّ اللهم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Download PDF naskah khutbah di atas klik: Nabi Ibrahim: Teladan Keberanian Dalam Dakwah .***

Pos terkait