BANTENRAYA.CO.ID – Masalah di Pulau Rempang, Kepulauan Riau masih belum berakhir.
Investasi proyek eco-city dari Perusahaan Cina Xinyi tersebut tidak dirasa menguntungkan penduduk asli Pulau Rempang jika mereka harus diusir.
Dan masalah di Pulau Rempang tersebut tampaknya tidak akan bisa menemukan jalan tengah.
Terlebih lagi tenggat waktu pulau untuk dikosongkan sekarang semakin dekat.
BACA JUGA: Sagu, Makanan Pokok Masyarakat Kepulauan Sangihe yang Terancam Tambang Emas
Dilansir bantenraya.co.id dari akun Instagram @terangmedia, terdapat dua rekaman Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang direkam pada Senin (18/9/2023).
Dalam rekaman tersebut Bahlil menyebut tenggat waktu pengosongan Pulau Rempang yang sudah ditentukan sejak lama.
Tanggal tenggat waktu tersebut tidak akan lama lagi, yaitu pada 28 September 2023.
Meski begitu, Bahlil mengaku mementingkan komunikasi yang baik daripada memperhatikan tanggal tenggat tersebut.
BACA JUGA: Fenomena Udang Menyerbu Daratan di Gorontalo Seperti Gerombolan Ulat, Mau Kemana Mereka?
“Insya Allah kita melihat perkembangan, dan kita sedang berbicara, bukan persoalan tanggal bagi saya, itu memang sudah diputuskan di awal tapi yang terpenting ialah cara-cara komunikasi yang baik,” kata Bahlil dalam rekaman yang diunggah tersebut.
Bahlil juga mengungkapkan keinginannya untuk berkomunikasi dengan keluarga yang berada di Pulau Rempang.
“Saya ingin berbicara dengan keluarga-keluarga di sana dengan baiklah, mau cepat atau lambat itu soal lain, tapi caranya aja yang kita perhatikan,” tambahnya.
BACA JUGA: 4 Hewan yang Dilarang Dibunuh dalam Islam, Ternyata Punya Peran Penting untuk Kehidupan Manusia Juga
Seorang wartawan bertanya mengapa proyek Pulau Rempang tersebut terburu-buru dijalankan.
Bahlil menjawab bahwa investasi yang masuk ke Pulau Rempang adalah Foreign Direct Investment (FDI).
Artinya FDI tersebut merupakan penanaman modal atau investasi langsung dari pihak asing, dan Bahlil menjelaskan kalau banyak yang memperebutkan FDI tersebut.
“Kita ini berkompetisi, global itu FDI, FDI terbesar itu di negara tetangga bukan di kita, ini kita mau merebut investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau kita tunggunya terlalu lama, emang dia mau tunggu kita?” jelas Bahlil.
BACA JUGA: Kebiasaan Ini Ternyata Mampu Memicu Panjang Umur Jika Rutin Dilakukan
“Kita butuh mereka tapi kita juga harus hargai yang di dalam,” tambahnya.
Bahlil mengungkapkan nilai investasi yang akan masuk ke Pulau Rempang senilai Rp300 triliun lebih.
Dan pada tahap awal, nilai investasi yang masuk sebesar Rp175 triliun.
Bahlil juga menekankan kalau investasi tersebut lepas, maka potensi pendapatan penciptaan lapangan pekerjaan akan kehilangan peluang.***