BANTENRAYA.CO.ID – Warga Lingkungan Jabang Bayi RT 02 RW 05, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, yang tinggal di bantaran Sungai Cibanten digusur, Jumat 29 September 2023.
Penggusuran rumah dilakukan dalam rangka normalisasi Sungai Cibanten yang tengah dilakukan oleh Balai Besar Waduk Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3).
Salah seorang warga korban gusuran normalisasi Sungai Cibanten di Lingkungan Jabang Bayi RT 02, RW 05, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Rudi mengaku pasrah rumahnya digusur oleh pemerintah, karena berdiri di atas lahan milik negara.
BACA JUGA: 3 Rekomendasi Kuliner di Medan Terbaru yang Wajib Dicoba, Ada Mie Ayam Bakar Viral Lho!
“Gimana lagi orang tanah pemerintah. Ya wajar lah. Saya mah cuma numpang doang. Suatu saat pasti digusur ya pasti keluar,” ujar Rudi, kepada Bantenraya.co.id, ditemui di Lingkungan Jabang Bayi, Jumat 29 September 2023.
Untuk sementara, Rudi dan keluarganya mengungsi di kediaman milik orang tuanya yang jaraknya hanya sekitar 1 kilometer dari rumahnya yang digusur.
“Rumah orangtua. Di Karang Serang,” ucap dia.
BACA JUGA: Jadwal Tayang Serial Loki Season 2 di Disney Plus Hotstar Lengkap dengan Jumlah Episode dan Sinopsis
Rudi menuturkan, sebelum digusur, seluruh barang-barang berharga miliknya dievakuasi di kediaman orang tuanya.
“Semuanya sudah diangkutin barang-barangnya,” tuturnya.
Rudi mengaku mendapat kompensasi dari pihak BBWSC3 dengan nominal Rp2,5 juta secara tunai.
“Dana kompensasi dikasih kalau nggak salah Rp 2,5 juta. Udah dibayar,” ungkap Rudi.
Menurut Rudi, uang kompensasi Rp 2,5 juta tidak sebanding dengan biaya pengeluaran saat dirinya membangun rumah yang menghabiskan sebesar Rp 25 juta. Meski demikian, Rudi mengaku tidak berani protes, hanya pasrah saja, meski tekornya banyak.
“Iya mau gimana lagi. Bangunan rumah saya kan baru satu tahun. Habisnya hampir 25 juta. Dikasihnya Rp 2,5 juta. Tekor banyak. Pasrah aja. Rumasanya numpang saya di sini,” katanya.
BACA JUGA: Tinggal Klik! 15 Twibbon HUT Kereta Api Indonesia ke-78 Tahun 2023, Desain Keren dan Kekinian
Rudi menyebutkan, uang kompensasi Rp 2,5 juta gak cukup untuk biaya membangun kediamannya. Bahkan Rudi mengaku tekor jika dibandingkan dengan biaya saat bangun rumahnya.
“Jujur aja buat ongkos bongkar aja dana dari kompensasi buat ongkos bongkar teman-teman ngerokok makan 4 hari Rp 1,8 juta. Abis. Belum buat ngerental mobil bawa kayu, bawa asbes,” sebut Rudi.
Kata Rudi, sejak jauh-jauh hari sudah ada pemberitahuan bahwa akan ada normalisasi Sungai Cibanten.
BACA JUGA: Parkir Berbayar Stadion Maulana Yusuf Diusulkan Disetop, Disparpora Kota Serang Klaim Tak Keberatan
“Memang dari dulu-dulu sudah ada (rencana digusur-red). Cuma mau gimana lagi, udah pasrah. Saya mau ngumpulin buat beli tanah yang resmi. Sementara di sini dulu,” ungkap dia.
Sebelum digusur, Rudi mengaku sempat memohon kepada pihak BBWSC3 untuk memberikan waktu untuk membongkar rumahnya secara pribadi.
“Ngobrol dulu sama petugas. Sama minta waktu seminggu buat bongkar ya dikasih. Jadi ada musyawarah dulu,” katanya.
Rudi mengaku belum tahu akan tinggal di mana, untuk sementara waktu masih tinggal di kediaman orang tuanya, yang jaraknya hanya sekitar 1 kilometer dari rumah yang digusur.
“Kurang tahu saya juga. Tergantung rezeki aja. Di mana aja,” tutur Rudi.
Rudi berharap pemerintah daerah menyediakan tempat yang layak sebagai ganti rumahnya yang dibongkar, karena digusur imbas normalisasi Sungai Cibanten.
“Kepengennya begitu. Kalau digusur kirain udah ada ditempatin. Ternyata belum. Gimana nanti itu aja ikut,” kata dia.
Pemkot Serang berencana mengarahkan warga korban gusuran normalisasi Sungai Cibanten direlokasi ke rumah susun sewa (Rusunawa).
“Kalau di rusunawa, nggak jadi hak milik. Sama aja ngontrak. Yang paling di atas aja Rp 420 ribu per bulan. Masih mendingan ngontrak-ngontrak di rumah orang. Luas. Di situ kan waduh. Naik turun. Kalau di bawah kan udah ada orang. Terus nggak jadi hak milik. Jadi sementara ini tinggal sama orang tua. Sampai ngumpulin duit,” terangnya.***