BANTENRAYA.CO.ID – Sebuah video kontroversial di TikTok baru-baru ini menjadi viral di media sosial, menunjukkan seorang anak perempuan yang dimarahi oleh ayahnya karena main role player.
Video ini mendapatkan banyak perhatian dari pengguna TikTok pada awal bulan Juni 2023. Namun, kabar terkini mengindikasikan bahwa video tersebut telah dihapus.
Dalam video yang telah dihapus tersebut, terlihat seorang ayah marah kepada anak perempuannya karena ia terlibat dalam kegiatan role player.
Informasi yang lebih rinci tentang konteks video tersebut belum dapat dipastikan. Namun, beredar kabar bahwa ayah tersebut tidak setuju dengan aktivitas role player yang dilakukan oleh anaknya.
Video tersebut kemudian mendapatkan tanggapan dari seorang wanita dengan akun TikTok @hey.tessss.
Dalam video responsnya, dia mengomentari kontroversi tersebut dengan mengungkapkan pandangannya tentang pentingnya memarahi anak dengan cara yang benar.
Dia menyatakan bahwa memarahi anak dalam kasus seperti ini mungkin saja terjadi, tetapi penting untuk tidak merekamnya atau mempublikasikannya di media sosial.
Namun, sebelumnya, penting untuk menjelaskan apa itu role player.
Role player adalah seseorang yang memainkan peran atau karakter tertentu dalam suatu permainan atau aktivitas, seringkali melibatkan dunia permainan online atau dunia hiburan.
Dalam beberapa kasus, role player dapat mengasumsikan identitas atau karakter yang berbeda dan memainkannya dalam konteks tertentu.
Kontroversi yang muncul dari video ini menyoroti pentingnya memahami dan menghormati pendapat dan preferensi individu, terutama dalam hal aktivitas hiburan.
Penting bagi orang tua untuk berkomunikasi dengan anak-anak mereka secara terbuka dan memahami minat serta kegiatan yang mereka ikuti.
Selain itu, penting juga bagi orang tua untuk memilih cara yang tepat dalam memberikan nasihat atau kritik kepada anak-anak mereka.
Meskipun video tersebut telah dihapus, perdebatan seputar pentingnya pendidikan anak dan bagaimana cara orang tua berinteraksi dengan anak mereka dalam dunia digital terus berlanjut.
Memastikan bahwa anak-anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka serta mempromosikan lingkungan yang mendukung dan membangun adalah kunci dalam menghadapi tantangan ini.***