Teks Khutbah Jumat Singkat Rabiul Awal: Menyambut Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Contoh mukadimah sambutan dan MC acara Maulid Nabi 2023 yang singkat, jelas dan menarik. (Freepik)
Contoh mukadimah sambutan dan MC acara Maulid Nabi 2023 yang singkat, jelas dan menarik. (Freepik)

BANTENRAYA.CO.ID Dalam kalender Hijriyah 1445, kita sudah memasuki bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu Rabiul Awal. Simak teks khutbah Jumat singkat Rabiul Awal di bawah ini.

Teks khutbah Jumat singkat Rabiul Awal diharapkan akan menambah keimanan kepada Allah SAW dan Rasul-Nya. Banyak sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW yang patut kita contoh sebagai umatnya.

Dengan tema Maulid Nabi, teks khutbah Jumat singkat Rabiul Awal kali ini berjudul “Menyambut Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW”.

Bacaan Lainnya

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini sebentar lagi akan dilaksanakan pada Kamis, 28 September 2023.

BACA JUGA: Mengenal Tradisi Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Banten: Pawai Kendaraan Motor yang Dihiasi Seunik Mungkin

Khutbah Jumat merupakan salah satu syarat sah dalam mendirikan shalat Jumat. Shalat Jumat dianggap sah jika sudah didahului dua khutbah sebelumnya.

Dikutip Bantenraya.co.id dari an-nur.ac.id, berikut rukun dan syarat khutbah Jumat:

Rukun khutbah Jumat

  • Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT;
  • Membaca salawat atas Rasulullah SWT;
  • Mengucapkan dua kalimat syahadat;
  • Berwasiat (bernasihat);
  • Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu dua khotbah;
  • Berdoa untuk semua umat Islam pada khotbah yang kedua.

Syarat Khutbah Jumat

  • Khutbah Jumat dilaksanakan tepat siang hari saat matahari tinggi dan mulai bergerak condong ke arah Barat;
  • Khutbah Jumat dilaksanakan dengan berdiri jika mampu;
  • Khatib hendaklah duduk di antara dua khotbah;
  • Khutbah disampaikan dengan suara yang keras dan jelas;
  • Khutbah dilaksanakan secara berturut-turut jarak antara keduanya;
  • Khatib suci dari hadas dan najis;
  • Khatib menutup aurat.

Dengan mengetahui rukun dan syarat khutbah Jumat, jamaah sholat Jumat dapat mendengarkan khutbah Jumat dengan seksama dan khusyu’.

Berikut contoh naskah khutbah Jumat singkat menjelang Maulid Nabi dilansir dari nu.id:

BACA JUGA: Teks Khutbah Jumat Bulan Rabiul Awal Menambah Keimanan Bertema Maulid Nabi Muhammad SAW

Menyambut Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Setiap tanggal 12 Rabiul Awal kita memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang sering disebut Maulid Nabi.

Peringatan Maulid Nabi memang tidak diperintahkan secara khusus, baik oleh Al-Qur’an maupun Hadits. Peringatan ini baru diadakan untuk pertama kali ratusan tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yakni pada abad ke-7 hijriah di wilayah Irak sekarang atas perintah Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri.

Meski tidak ada perintah yang tegas, peringatan maulid Nabi juga tidak ada larangan yang jelas. Sesuatu yang tidak ada perintah sekaligus tidak ada larangan boleh dilakukan.

Hal ini dalam hukum Islam disebut mubah. Sesuatu yang mubah akan mendapatkan pahala apabila ada niat dan tujuan yang baik (ibadah), dilakukan dengan cara yang baik dan terbukti menghasilkan sesuatu yang baik.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Nabi Muhammad SAW lahir dan dibesarkan dalam keluarga sederhana. Dari usia dini beliau sudah yatim piatu. Ayah beliau wafat ketika Nabi masih dalam kandungan.

Usia enam tahun, inbundanya wafat. Lalu disusul kakek beliau juga wafat. Dan akhirnya beliau diasuh Paman Abu Thalib. Abu Thalib sendiri bukan orang kaya, padahal putranya banyak.

Keadaan inilah yang menjadikan beliau harus bekerja keras sejak kecil untuk mencari nafkah. Beliau pernah menjadi penggembala kambing.

Juga beliau pernah membantu pamannya berjualan di Syam. Yang terakhir ketika sudah dewasa beliau bekerja sebagai buruh atau karyawan pada seorang janda bernama Khadijah.

Pekerjaan beliau adalah menjalankan perdagangan di perusahaan janda tersebut. Dari buhungan seperti itulah kemudian beliau menikah dengan Khadijah yang tak lain adalah majikannya sendiri.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Kehidupan Nabi Muhammad sebagaimana uraian tersebut, dapat kita temukan rekamannya dalam Surat Adh-Dhuha. Dalam ayat ke-3, Allah SWT berfirman:

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

Artinya: “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.”

Allah sekali-kali tidak bermaksud meninggalkan Nabi Muhammad di waktu kecilnya. Tidak pula Allah bermaksud menelantarkan hidup beliau sehingga beliau harus bekerja keras mencari nafkah meskipun masih kanak-kanak.

Juga, Allah SWT tidak bermaksud membenci beliau sehingga ketika masih dalam kandungan saja, ayah beliau Abdullah sudah dipanggil menghadap-Nya.

Ketika usianya baru enam tahun dan masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu, Aminah pun wafat. Belum hilang kesedihan beliau karena ditinggal ibunya, kakeknya pun menyusul wafat dua tahun kemudian.

Sempurnalah sudah kesedihan dan penderitaan beliau sebagai seorang yatim piatu dengan meninggalnya ayah, ibu dan kakek untuk berpisah selama-lamanya.

Dari semua penderitaan itu, tidak ada maksud Allah SWT menelantarkan beliau, tetapi justru Allah SWT sedang mempersiapkan beliau menjadi seorang pemimpin besar kelak di kemudian hari.

Seorang pemimpin harus peka terhadap kesulitan-kesulitan yang dipimpinnya dan dapat memberikan solusi dari kesulitan-kesulitan itu.

Kepekaan seperti itu sulit dimiliki oleh para pemimpin yang tidak pernah mengalaminya sendiri kesulitan-kesulitan seperti itu.

Dengan kata lain, Allah sesungguhnya menggembleng jiwa dan sikap mental beliau untuk menghadapi berbagai macam kesulitan dan tantangan berkaitan tugas beliau kelak menjadi seorang nabi.  Apalagi beliau disiapkan dan ditetapkan oleh Allah SWT menjadi nabi terakhir hingga akhir jaman.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam ayat berikutnya, yakni ayat ke-4, Allah berfirman:

وللاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى

Artinya: “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”

Dalam hidup ini yang terpenting adalah apa yang terjadi di akhir dan bukan di permulaan. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Maka bisa dimengerti Nabi Muhammad hidup dalam kesulitan di masa kecilnya karena semua kesulitan itu bermanfaat membentuk karakter beliau menjadi seorang yang tangguh lahir dan batin – jiwa dan raga.

Ketangguhan seperti itu memang sangat diperlukan kelak ketika Nabi Muhammmad berdakwah menyampaikan wahyu dan kebenaran dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia.

Kita semua tahu bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad SAW menghadapi banyak hambatan, gangguan dan bahkan ancaman pembunuhan dari berbagai pihak, terutama dari kelompok yang dipimpin Abu Jahal dan kawan-kawan.

Tetapi semua hambatan, gangguan dan ancaman itu dapat dilalui dengan baik karena Nabi Muhammad SAW sudah terlatih menghadapi kesulitan-kesulitan sejak kecil.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Buah dari penderitaan, kesulitan, dan perjuangan beliau yang tanpa kenal menyerah memang luar biasa, yakni dalam waktu singkat yang hanya memakan waktu 23 tahun saja, Nabi Muhammad telah berhasil memiliki pengikut yang cukup banyak.

Beliau berhasil merubah masyarakat yang semula penyembah berhala menjadi beriman tauhid, yakni hanya menyembah kepada Allah SWT semata.

Masyarakat telah berubah dari masyarakat yang semula menerapkan hukum rimba dimana yang dominan dan kuat akan selalu menjadi pemenang, menjadi masyarakat yang berdasarkan keadilan tanpa memandang latar belakang suku maupun status sosial.

Di dalam Islam memang semua manusia pada dasarnya sama karena mereka semua berasal dari asal usul yang sama, yakni Nabi Adam AS. Satu-satunya yang membedakan mereka hanyalah ketakwaan masing-masing kepada Allah SWT.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Ayat kelima dari Surat Adh-Dhuha berbunyi:

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى

Artinya: “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.” Allah SWT telah berjanji bahwa semua penderitaan, kesulitan dan susah payah Nabi Muhammad SAW dari waktu kecil hingga belaiu diangkat menjadi seorang nabi akan dibalas oleh Allah dengan keberhasilan yang cemerlang sebagaimana telah diuraikan.

Atas keberhasilan itu Nabi Muhammad SAW bersyukur kepada Allah SWT. Beliau bersyukur tidak hanya atas keberhasilan dakwah-dakwah beliau, tetapi juga atas perlindungan Allah SWT sehingga beliau meskipun seorang yatim piatu beliau dapat meraih pertolongan untuk mendukung keberhasilan dakwah-dakwah tersebut.

Perlindungan ini sebagaimana dimaksud dalam ayat keenam sebagai berikut:

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ

Artinya: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?”

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Selanjutnya, ayat ketujuh dari Surat Adh-Dhuha berbunyi:

وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ

Artinya: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.”

Sudah banyak diceritakan bagaimana kebingungan Nabi Muhammad ketika akan memasuki masa kenabiannya sehingga beliau menyepi di Gua Hira’ untuk mencari jawaban dari apa yang sebenarnya sedang terjadi pada beliau pada waktu itu.

Di Gua Hira’ itulah Nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertama kali yang diterimanya melalui malaikat Jibril AS. Ayat ketujuh itu diikuti dengan ayat kedelapan yang berbunyi:

وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ

Artinya: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”

Pada akhirnya keadaan ekonomi Nabi Muhammad mengalami perubahan dari kekurangan menjadi kecukupan.

Abu Muhammad al-Husayn bin Mas’ud al-Baghawi dalam kitab tafsirnya berjudul Tafsir Al-Baghawi, halaman 456, jilid 8, menjelaskan bahwa Allah mengayakan Nabi Muhammad SAW salah satunya dengan harta Khadijah.

Artinya keadaan ekonomi Nabi Muhammad membaik setelah beliau bekerja di perusahaan Khadijah dan kemudian Khadijah meminta beliau menjadi suaminya.

Dengan harta kekayaan Khadijah itulah Nabi Muhammad SAW dapat membiayai dakwah-dakwahnya karena Khadijah memang menyediakan dan merelakan harta kekayaannya digunakan suaminya untuk berjuang di jalan Allah.

Khadijah adalah orang kedua setelah Nabi yang memeluk Islam sekaligus merupakan perempuan pertama yang masuk Islam.

Maka bisa dimengerti Nabi Muhammad SAW sangat mencintai dan menghargai Khadijah yang telah berjasa besar dalam mendampingi dan mengembangkan dakwah-dakwah beliau.

Dengan kata lain, keberhasilan dakwah Islam tidak lepas dari peran penting seorang perempuan kaya raya. Perempuan itu bernama Khadijah RA, istri beliau yang pertama dan utama.

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(Ditulis oleh Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta)

Demikian contoh teks khutbah Jumat Rabiul Awal yang dapat menjadi referensi saat menjadi khatib shalat Jumat.***

Pos terkait