BANTENRAYA.CO.ID – Walikota Cilegon Helldy Agustian ternyata mempunyai pengalaman unik ketika menjadi seorang mahasiswa.
Helldy mengatakan, saat masih berstatus mahasiswa di Universitas Pancasila, ia tinggal di kos-kosan dekat kampus.
Sebagai anak kos, Helldy mengakui sering kali telat menerima kiriman wesel dari orangtuanya, padahal ayahnya seorang pejabat Pertamina di Poso.
“Dulu, Pak Wali, bapaknya juga pejabat di Pertamina sejak tahun 80, pernah jadi anak pejabat Kepala Depot Pertamina di Poso dulu,” kata dia, di depan siswa-siswi SMAIT Raudhatul Jannah Cilegon, Kamis 26 September 2023.
BACA JUGA : Walikota Cilegon Helldy Ajak Warga Bangun Cilegon
Meski statusnya sebagai anak pejabat, Helldy menentukan sikap dengan tinggal di kos-kosan saat berkuliah di Universitas Pancasila, selama 13 tahun.
“Ya karena saya ngekos di Jakarta, jadi anak kos, yang kiriman wesel selalu terlambat,” ungkapnya.
Sehingga, ia pernah merasakan memikirkan bagaimana bisa makan malam itu.
Ia menyatakan pernah berkeliling ke rumah teman-temannya agar bisa makan pada malam itu.
BACA JUGA : Walikota Cilegon Helldy Berharap Pemilu 2024 di Cilegon Berjalan Damai, Aman, dan Lancar
“Bagaimana maghrib harus makan, muter-muter rumah teman,” terangnya.
Berkaca dari pengalaman hidupnya itu, Helldy menegaskan kepada siswa-siswi SMAIT Raudhatul Jannah, kesuksesan seseorang bukan tergantung pada latar belakang orangtua.
Yang menentukan kesuksesan, menurutnya, adalah diri kita sendiri.
“Pertama, kunci sebuah sukses itu adalah pasti hormat, tunduk dan patuh kepada bapak dan ibu. Kedua, hormat dan patuh kepada guru-guru,” tegasnya.
Helldy mencontohkan, sampai saat ini ia masih selalu berkomunikasi dengan guru-gurunya di SMA dan dosen-dosennya di universitas.
Sebab, hormat kepada guru menjadi modal utama.
“Pada saat saya jadi walikota, wali kelas SMA saya datang pakai kursi roda, memberikan selamat kepada saya,” kenangnya dengan mata yang berkaca-kaca.
BACA JUGA : Gentleman! Dihadapan Ribuan, Warga Walikota Cilegon Helldy Agustian Minta Maaf Karena Ini
Ia berpesan supaya siswa-siswi SMAIT Raudhatul Jannah tetap semangat menuntut ilmu dengan tetap patuh terhadap guru.
Disamping itu, ia menekankan kepada para wali murid untuk tidak memaksakan cita-cita kepada anak-anaknya.
“Cita-cita kita jangan mau dipaksa sama orangtua. Biasanya ibu-ibu ini yang suka memaksa. Biarkan mereka berkreasi dan berkreatif,” pungkasnya.***