BANTENRAYA.CO.ID – Dalam rangka merawat tradisi ulama terdahulu, ratusan santri Pondok Pesantren Daruttasihah, Kampung Tanara, Kecamatan Citeras mengikuti pasaran kitab kuning (Kajian Kitab Kuning). Agenda itu adalah kegiatan rutin di bulan Ramadan 1444 Hijriah. Adapun kitab yang dikaji yaitu Alfiyah Ibnu Malik, Amil, Jurumiyah, Warokot, Tangkihul Kaol, Safinatunajah, Sulamunawaroq, Tafsir Al Qur’an, dan Jauhar Maknun.
Pengurus Pondok Pesantren, Ahmad Sofiyullah mengatakan, sebanyak 100 santri Daruttasihah ditempa melalui pasaran atau pengajian kitab kuning.
“Agenda ini rutin diselenggarakan setiap bulan Ramadan, dengan sistem nyoret menggunakan bahasa Jawa,” kata dia kepada Bantenraya.co.id, Minggu 2 April 2023.
Ia mengungkapkan, kajian kitab kuning pada bulan Ramadan merupakan kegiatan yang berbeda dengan bulan biasanya. Menurutnya, tujuan pasaran adalah untuk merawat tradisi ulama terdahulu.
BACA JUGA:KABAR GEMBIRA, Tukin dan THR ASN Kabupaten Lebak Cair Tanggal Segini
“Waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di bulan Ramadan ini sangat berbeda dengan bulan biasanya, karena kegiatan kajian kitab kuning di bulan Ramadan sangat padat, sedangkan pas bulan biasa tidak terlalu padat,” ungkap Sofiyullah.
Ia menuturkan, waktu kajian kitab kuning di mulai pada waktu antara lain, sesudah Dzhur, dan Tarawih, dan waktu pagi dengan batas waktu tak seperti biasanya.
“Biasanya kalau kajian kitab kuning di bulan biasa paling satu jam, sedangkan pas Ramadan sekitar 3 jam hingga 7 jam,” tuturnya.
Sofiyullah menjelaskan, rutinitas santri di Pondok tersebut pada bulan Ramadan selalu dihiasi oleh kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
“Selain mengadakan kegiatan pasaran atau kajian kitab kuning, kami selalu mengadakan tadarus Al Qur’an sebelum menjelang berbuka puasa,” jelas Kiyai yang berkarismatik itu.
BACA JUGA:KPU Lebak Kembalikan Honor Badan Ad Hoc yang Dipotong, Himala Tetap Lapor Kejaksaan
Ia membeberkan, penentuan santri mengikuti kajian kitab kuning itu dibagi berdasarkan kelas. Apabila, kelas satu mengkaji kitab Amil, Jurumiyah, kelas dua mengkaji kitab Warokot, Safinatunajah, Tangkihul Qaol, dan kelas tiga mengkaji kitab Tafsir Qur’an, Alfiyah Ibnu Malik, Sulamunawaroq, Jauhar Maknun.
“Jadi sitemnya kami pake kelas-kelas, soalnya khawatir ketika santri di paksakan untuk mengkaji kitab yang tinggi ga paham,” bebernya.
Sofiyullah berharap, kajian kitab kuning sebagai suatu manfaat untuk para santri kedepanya. Sebab di zaman sekarang banyak para santri yang pintar. Namun hatinya mudah tergoyahkan.
“Tujuannya untuk mengasah hati dan bekal buat santri, bahwa semua diawali dengan niat dan dijadikan suatu ibadah,” harap dia.
Sementara itu, santri, Muhamad Bahrul mengutarakan, dari kajian kitab kuning banyak ilmu yang didapatkan.
“Saat mengikuti kajian kitab kuning, banyak ilmu yang didapatkan. Saya merasa bersyukur karena masih bisa diberikan kesempatan untuk mengaji di bulan Ramadan ini,” tungkasnya ***