BANTENRAYA.CO.ID – Banyak masyarakat adat Baduy di Kabupaten Lebak yang digigit ular berbisa. Bahkan beberapa dari mereka tidak tertolong dan meninggal dunia, akibat terlambat mendapatkan pertolongan medis.
Hal itu disampaikan Jaro Pamarentah Jaro Oom, saat acara Seba Baduy, di Gedung Negara Provinsi Banten, Sabtu malam (3 Mei 2025).
Bahkan ada juga yang meninggal dunia karena terlambat mendapatkan pertolongan. “Ada banyak (kasus warga digigit ular), tapi tidak pernah dihitung jumlahnya,” kata Jaro Oom.
Dia mengungkapkan, banyaknya warga yang dipatuk ular berbisa terjadi saat mereka membuka ladang untuk bercocok tanam.
Rully Kusumawardhany, Isi Waktu Luang dengan Baca Buku
Sistem pertanian yang dianut warga Baduy, hanya akan menanam di lahan baru yang sudah bertahun-tahun tidak ditanami, mereka harus membuka lahan baru setiap kali akan menanam padi.
Akibatnya, mereka kerap berinteraksi dengan ular yang ada di ladang maupun hutan. Saat itulah, kasus gigitan ular terjadi.
Menurut Jaro Oom, mereka yang meninggal akibat digigit ular berbisa, disebabkan dua faktor. Pertama, medan di Baduy yang perbukitan maupun pegunungan membuat evakuasi korban menjadi cukup sulit dan membutuhkan waktu lama.
Kedua, serum anti bisa ular di tempat pengobatan, termasuk puskesmas, tidak tersedia. “Padahal, keberadaan serum ini sangat penting,” ujarnya.
Lukai Lawan Tawuran, 11 Pelajar Ditangkap
Karena itu, mewakili seluruh masyarakat Baduy, Jaro Oom meminta agar Gubernur Banten sebagai Bapak Gede menyediakan serum bisa ular ini.
Bila perlu, tersedia di pusat kesehatan yang terdekat seperti puskesmas.
Diketahui, sebanyak 1.769 warga Baduy Dalam dan Baduy Luar mengikuti Seba Gede tahun 2025. Ke-1.769 warga Baduy ini berasal dari tiga kampung tangtu di Baduy Dalam, yaitu Kampung Cikeusik, Ciebo, dan Cikertawana serta kampung-kampung di Baduy Luar.
Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah dalam sambutannya mengatakan, dia menyerahkan warga Baduy kepada Gubernur Banten Andra Soni setelah sebelumnya mengunjungi kantor Bupati Lebak.
Makan MBG Tersisa Dibungkus Bawa Pulang
Adapun jumlah warga Baduy yang saat ini mengikuti Seba Baduy adalah sebanyak 1.769 orang.
Pada puncak seba, perwakilan masyarakat Baduy pun menyampaikan sejumlah keresahan mereka, mulai dari hilangnya badak, undang-undang dan perda tentang masyarakat adat, hingga meminta ketersediaan serum anti bisa ular.
Mereka juga meminta agar Pemerintah Provinsi Banten menjaga alam dengan tidak merusak gunung dan bukit, tidak membelokkan aliran sungai, dan tidak membuat air sungai kotor.
Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni mengatakan, dia akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak untuk membahas ketersediaan serum anti bisa ular.
Ribuan Kendaraan Menunggu Surut Akibat Jalan Raya Serang-Cilegon Kota Serang Terendam Banjir
Bila memungkinkan, serum anti bisa ular harus disediakan segera.
Andra mengatakan, banyak contoh baik yang diperlihatkan masyarakat Baduy selama pelaksanaan seba. Mereka, misalnya, akan fokus memperhatikan ketika ada orang yang sedang berbicara.
Tidak ada satu orang pun yang ngobrol dengan teman di sampingnya saat ada yang berbicara.
“Sejak saya jadi Ketua DPRD Banten saya perhatikan masyarakat Baduy ini tertib sekali,” katanya.
Warga Rancapinang Berjuang Melawan Tumor dan Butuh Donatur
Selain itu, ketika mereka akan mengambil makan atau minum, mereka akan antre dan tidak pernah terlihat berebut.
Hal ini terkadang terbalik dengan perilaku masyarakat di kota yang mengaku lebih modern dan berpendidikan dibandingkan dengan masyarakat Baduy.
Seperti biasa, masyarakat Baduy pun menyerahkan hasil bumi yang mereka bawa dari Baduy untuk Gubernur Banten selaku Bapak Gede.
Selain hasil bumi, mereka juga menyerahkan peralatan dapur atau peralatan memasak karena tahun ini adalah Seba Gede. Itulah salah satu perbedaan antara Seba Gede dengan Seba Leutik. (tohir)