BANTENRAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Serang angkat tangan soal Situ Ciwaka yang mengalami kekeringan.
Pemkot Serang bersikap angkat tangan lantaran, Situ Ciwaka kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3).
Perihal Situ Ciwaka kewenangan BBWSC3 disampaikan Asisten Daerah (Asda) II Kota Serang Yudi Suryadi.
Diberitakan sebelumnya, Situ Ciwaka di Kelurahan Pengampelan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, mengalami kekeringan.
BACA JUGA : Dampak Penertiban Kandang Ayam, Pemkab Serang Antisipasi Kenaikan Harga Telur
Situ Ciwaka kekeringan karena sudah memasuki musim kemarau, sehingga airnya surut.
Imbas Situ Ciwaka kekeringan, ribuan hektare sawah di Kelurahan Pipitan terancam kekeringan dan gagal panen alias puso, lantaran sebagian Situ Ciwaka mulai mengering.
Yudi Suryadi menegaskan, Situ Ciwaka bukan kewenangan Pemkot Serang, karena itu kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3).
BACA JUGA : Pemkot Serang Ajak Pejabat dan ASN Belanja di Pasar Tradisional
“Itu kewenangan Balai. Kita mah hanya pemakai air saja,” tegas Yudi Suryadi, kepada Bantenraya.co.id, Minggu 13 Agustus 2023.
Yudi Suryadi menuturkan, sejak menjabat sebagai Camat Walantaka, Situ Ciwaka merupakan kewenangan BBWSC3.
“Jadi memang pengalaman waktu saya jadi camat di sana itu memang kewenangan Balai. Kita hanya pengguna saja, dulu juga pernah kita hijaukan di sana. Ya maksudnya agar lingkungannya enak untuk warga sekitar,” tegas dia.
BACA JUGA : Tugu Selamat Datang Kota Serang Dipenuhi Coretan
Menurut Yudi Suryadi, Situ Ciwaka bisa terjadi kekeringan, karena debit airnya tidak seperti sungai.
“Apalagi situasi kondisi saat ini apalagi Banten akan menghadapi pengaruh El Nino selama dua bulan Agustus September 2023,” katanya.
Menurut Yudi Suryadi, seharusnya seluruh petani bisa mempertimbangkan masa tanamnya, karena jika tidak dipertimbangkan masa tanamnya akan mengalami kekeringan.
BACA JUGA : Warga Banten Panik Kekeringan di Prediksi sampai September
“Masa tanam ini harus juga dipertimbangkan, jangan sampai waktu kering tanam lagi,” ungkap Yudi Suryadi.
Kalaupun para petani mau bercocok tanam, masih kata Yudi Suryadi, bisa memilah tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, seperti palawija contohnya.
“Beralih jangan ke padi. Kalau padi mah kan butuh banyak air, kalau palawija mungkin hanya disiram-siram tidak terlalu banyak air,” jelasnya.
Terkait usulan perbaikan irigasi dan mesin bor, Yudi Suryadi berjanji akan mendorong DKPPP Kota Serang untuk bisa membantu para petani di daerah-daerah rawan kekeringan.
“Nah itu mungkin kita akan dorong dengan dinas pertanian, terhadap daerah-daerah yang rawan air. Apakah dimungkin nanti kita menggali air menggunakan mesin bor untuk pertanian istilahnya untuk menyiram. Kita coba,” kata Yudi Suryadi.
“Dan itu juga termasuk dalam penanganan inflasi. Mudah-mudahan ada pos yang diarahkan di sana. Kita sedang godok dengan tim,” sambungnya. *