BANTENRAYA.CO.ID – Inilah teks khutbah Idul Adha dengan tema keteladanan keluarga Nabi Ibrahim.
Teks khutbah Idul Adha berikut ini bisa anda jadikan refensi untuk hari raya kurban nanti.
Tentu dengan teks khutbah Idul Adha berikut ini akan mengingatkan kepada kita semua tentang kesolehan keluarga Nabi Ibrahim.
Seperti yang kita ketahui bahwa hari raya kurban bermula pada kisah Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya yang bernama Ismail.
Hal itu Nabi Ibrahim lakukan sebagai bukti kecintaan dan ketaatannya kepada Allah SWT.
Sehingga, kisah keteladanan Nabi Ibrahim beserta keluarganya patut kita tahu dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Murah Parah! 5 Kode Promo XL Hari Ini, Dapatkan Cashback Hingga 50 Persen
Berikut ini contoh teks khutbah idul Adha tentang keteladanan keluarga Nabi Ibrahim
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللّٰهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الأَمِيْنِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ، القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُࣖ (الكوثر)
Mengawali khutbhah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala.
Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang saleh. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri dan kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh.
Saleh (shalih) artinya memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Kesalehan tidak akan dicapai kecuali dengan ilmu dan amal.
Tanpa ilmu, seseorang tidak akan mampu beramal dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dan ilmu tanpa amal tidak akan mendekatkan diri kepada Allah dan tidak akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang saleh.
Ada banyak sekali sisi kesalehan keluarga Nabi Ibrahim yang dapat kita teladani. Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut.
Pertama, Keteladanan Kesabaran Ibu Hajar:
Salah satu contoh keteladanan yang penting dalam keluarga Nabi Ibrahim adalah kesabaran Ibu Hajar ‘alaihas salam. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan Ibu Hajar dan putra mereka, Nabi Ismail, di tengah padang pasir Makkah yang tandus, Ibu Hajar tidak berputus asa.
Meskipun dalam keadaan yang sulit dan keterbatasan sumber daya, dia tetap bertawakal kepada Allah dan menerima takdir-Nya dengan lapang dada. Kesabaran dan keteguhan hati Ibu Hajar menjadi inspirasi bagi kita dalam menghadapi cobaan hidup.
Kedua, Keteladanan Ketaqwaan Nabi Ibrahim:
Nabi Ibrahim dikenal sebagai seorang yang taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia rela mengorbankan apa pun yang dia cintai untuk menjalankan perintah Allah.
Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail, ia bersedia mengorbankan putranya tersebut sebagai tanda ketaatannya kepada Allah.
Namun, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba sebagai pengorbanan. Keteladanan ini mengajarkan kepada kita pentingnya memiliki ketaqwaan yang kuat dalam menjalankan perintah Allah, meskipun terkadang sulit bagi kita untuk memahaminya.
Ketiga, Keteladanan Kebanggaan Keluarga yang Berlandaskan Tawheed:
Salah satu aspek penting dalam keluarga Nabi Ibrahim adalah pemeliharaan tawheed atau keyakinan akan keesaan Allah.
Nabi Ibrahim dan keluarganya hidup dalam masyarakat yang menyembah berhala-berhala. Namun, mereka tetap teguh pada keyakinan akan keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Nabi Ibrahim mengajarkan keluarganya untuk tidak tergoda oleh penyembahan berhala dan mengarahkan mereka menuju penyembahan yang murni kepada Allah semata.
Keteladanan ini mengajarkan kepada kita pentingnya membangun keluarga yang berlandaskan tawheed, dengan menjaga agar ibadah dan keyakinan kita hanya ditujukan kepada Allah semata.
Semoga bermanfaat.***