Warga Banten Panik Kekeringan di Prediksi sampai September

1 KEKERINGAN KRISIS AIR 1
BANTU WARGA : Petugas BPBD Provinsi Banten dan BPBD Kota Serang menyalurkan bantuan air bersih ke Kampung Ambon, Kelurahan Kasemen, Kota Serang, Selasa (8/8/2023).

SERANG, BANTEN RAYA- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten dan BPBD Kota Serang menyalurkan bantuan air bersih ke wilayah yang mengalami krisis air di Kampung Ambon, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Selasa (8/8/2023). BPBD Provinsi Banten memprediksi kekeringan akan berlanjut sampai dengan September mendatang.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Banten Nana Suryana mengatakan, dalam kesempatan itu ada sekitar 15 ribu liter air bersih yang disalurkan kepada warga Kampung Ambon. Diketahui, Kampung Ambon yang masuk ke wilayah RW 07 itu dihuni oleh sekitar 300 kepala keluarga (KK) yang terbagi dalam tiga RT, yaitu RT 10, RT 20, dan RT 25.

Nana mengatakan, sesuai dengan prediksi BMKG bahwa puncak musim kemarau yang akan melanda wilayah Provinsi Banten akan bertahan sampai September bahkan Oktober 2023. Namun saat ini ketika memasuki musim awal kemarau, sudah ada sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan.

Bacaan Lainnya

Karena itu Nana berpesan kepada masyarakat agar menghemat penggunaan air bersih agar tidak terjadi kelangkaan air bersih selama musim kemarau. “Kita berharap warga menggunakan air bersih secara hemat,” kata Nana.

Nana mengungkapkan, bagi warga yang mengalami krisis air atau kekurangan air bisa melaporkannya kepada lurah maupun camat yang ada di wilayahnya supaya kemudian dibantu mendapatkan air bersih dari BPBD. Bila tidak, masyarakat juga bisa langsung melaporkannya ke BPBD langsung melalui kantor maupun melalui media sosial yang ada.

Sementara itu, berdasarkan data Indeks Risiko Bencana (IRB) tahun 2015-2020 yang dikeluarkan BNPB, wilayah Provinsi Banten masuk dalam kategori daerah dengan risiko bencana tinggi dengan nilai IRB 2020 mencapai 154.87. Adapun ancaman bencana yang bisa melanda wilayah Provinsi Banten yaitu tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem/ abrasi, kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan.

Dari delapan kabupaten kota yang ada di Provinsi Banten, lima daerah di antaranya memiliki risiko bencana kekeringan yang tinggi dengan skor kelas risiko mencapai 24.00. Adapun kelima daerah itu adalah Kota Cilegon, Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Serang.

Sementara berdasarkan kejadian kekeringan selama 10 tahun ke belakang di Provinsi Banten, terdapat 419 kelurahan dan desa di 75 kecamatan di Provinsi Banten yang rawan kekeringan. Adapun rinciannya adalah di Kabupaten Pandeglang ada 70 desa di 22 kecamatan yang rawan kekeringan, dan Kabupaten Lebak ada 67 desa di 13 kecamatan yang rawan kekeringan.

Selain itu, untuk wilayah Tangerang Raya ada 256 desa di 29 kecamatan yang rawan kekeringan, di Serang Raya ada 22 desa di 8 kecamatan yang rawan kekeringan, dan di Kota Cilegon ada 3 desa di 3 kecamatan yang rawan kekeringan.

Kepala BPBD Kota Serang Diat Hermawan mengungkapkan, untuk wilayah Kecamatan Kasemen yang saat ini sudah mengalami kekeringan ada di lima titik yang semuanya berada di Kasemen. Beberapa lokasi yang mengalami kekeringan itu adalah Kampung Ambon, makam Beji, dan Sukawali.

Diat mengungkapkan, Kampung Ambon adalah salah satu kampung yang menjadi langganan kekeringan bila musim kemarau tiba. Guna membantu warga maka pihaknya menurunkan tiga tangki air bersih yang masing-masing tangki berisi 5000 liter air bersih yang disalurkan kepada warga untuk digunakan sebagai air minum dan memasak.

“Untuk kebutuhan mandi warga masih bisa dipenuhi dari air sumur dangkal yang mereka miliki,” kata Diat.

Ketua RT 10 RW 07 Marsim mengungkapkan, krisis air bersih di kampungnya sudah terjadi sejak sebulan yang lalu. Meski ada sumur umum dan setiap rumah memiliki satu sumur dangkal, namun ketika musim kemarau ini sumur-sumur yang dimiliki warga mengalami kekeringan.

“Bahkan kualitas sumur warga berbeda-beda, ada yang asin ada yang payau ada yang tawar,” katanya.

Sementara sumur umum yang kerap mengeluarkan air jernih dan tawar juga tidak mencukupi karena semua warga mengambil air dari sumber tersebut. Setiap saat warga kerap antre untuk mengisi tempat air mereka di sumur umum tersebut.

Marsim mengatakan, daerah di kampungnya adalah daerah yang cukup sulit untuk mendapatkan air bersih. Sumur yang digali melebihi kedalaman 2 meter biasanya akan mengeluarkan air payau bahkan air asin bila kedalaman sumur terlalu dalam.

Begitu juga ketika melakukan pengeboran untuk mendapatkan air bersih. Hingga saat ini belum ada satu warga pun yang berhasil mendapatkan air bersih dan tawar ketika melakukan pengeboran ke dalam tanah. Bahkan pengeboran di kedalaman 500 meter mengeluarkan air asin meskipun bening. (tohir)

Pos terkait