BANTENRAYA.CO.ID – Bisnis kayu gelondongan di sepanjang jalan Banten Lama, dari Kasemen hingga Karangantu menjadi tulang punggung ekonomi di kawasan pesisir tersebut.
Diperkirakan, perputaran uang dari bisnis tersebut mencapai Rp50 miliar dalam satu bulan.
Salah satu pemilik usaha Kayu Gelondongan di Karangantu Ali Yusuf mengatakan, sejak awal tahun 2000-an masyarakat sekitar sudah mulai usaha kayu tersebut beralih dari sektor pertanian maupun nelayan.
“Menang ini sudah lama dan dikenal oleh banyak orang dari daerah lain, kami juga kirim hasil produksi kayu ke Demak, sampai Pulau Bali,” kata Ali kepada Banten Raya, Minggu (5 Januari 2025).
Kerjasama Iklan Tidak Dibayar, Ketua SMSI Cilegon: Jangan Sepelekan Media Lokal
Pria yang sudah bergelut di bisnis kayu sejak tahun 2002 tersebut menyampaikan, ada sekitar 100 pengusaha kayu gelondongan yang berada di sepanjang jalan Banten Lama.
“Batasnya itu sampai terowongan, ada 100 pengusaha yang memang hidup dari bisnis kayu ini, saya sendiri memiliki empat meja (lapak kayu-red) yang dikelola ukuran satu meja itu ada sekitar 20 orang yang bekerja,” paparnya.
Dia mengatakan, penghasilan para pekerja sebagai tukang kayu terbilang cukup tinggi, meski rata-rata hanya menamatkan pendidikan tingkat sekolah dasar (SD).
“Kalau penghasilan mereka lumayan besar, meski cuma lulusan SD tapi penghasilan bisa Rp100 ribu sepinya kalau sampai malam bisa sampai Rp200 ribu dalam satu hari, asalkan masih punya tenaga saja,”cakapnya.
Bus Yang Datang ke Terminal Pakupatan Saat Nataru Naik 11 Persen Dibanding Tahun Lalu
Awalnya, mayoritas kayu gelondongan yang dikirim ke lokasi tersebut berasal dari pulau Sumatera, namun semenjak Pelabuhan Karangantu ditutup kini pasokan didominasi dari penjual di Banten.
“Konsepnya sama seperti jualan sayur, mereka juga nanam pohon albasiah misalnya 1-5 tahun kemudian dijual kesini, ada juga yang dikirim dari Lampung.
Kami biasa membeli di hadga Rp3-6 juta tergantung jenis kayu ukuran 6-8 kubik per meja dalam satu hari,” tutur Ali.
Beberapa jenis kayu gelondongan di lokasi tersebut antara lain ada kayu mahoni, albasiah, meranti, kelapa dan lain sebagainya, kemudian dijual ke berbagai daerah untuk kebutuhan proyek pembangunan.
Laba Perumda Tirta Benteng Tembus Rp10,3 Miliar
Sedikit banyaknya pendapatan tergantung dari kondisi properti di Indonesia.
“Kalau lagi ramai proyek ya tinggi pendapatan, misalnya saja untuk pembangunan Pantai Indah Kapuk (PIK) di Jakarta sesi 1 kami yang supply
kayunya, untuk yang projek PIK sekarang bukan kami, sebab informasinya merugikan masyarakat setempat,” ujarnya.
Ia juga berharap, pemerintah turut mendorong para pengusaha kayu dengan memfasilitasi pelatihan untuk kerajinan kayu, serta mengoperasikan kembali pelabuhan Karangantu.
“Harapan saya sih itu, bukan hanya di sektor kayu saja, tapi kalau pelabuhan bisa aktif kembali itu kan lapangan pekerjaan di kawasan pelabuhan akan meningkat, dan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Ali. (Raden)