Bantenraya.co.id- Para sopir angkot di Kota Cilegon dan Serang mengaku kesulitan membuat barcode melalui aplikasi MyPertamina, yang dipakai untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite.
Selain karena gagap teknologi (gaptek), banyak sopir angkot yang menggunakan handphone jadul, alias handphone non android.
Umar, salah satu sopir angkot jurusan Cilegon-Merak mengatakan, sampai sekarang tidak mempunyai barcode untuk membeli BBM bersubsidi.
Dirinya mengaku tidak mengetahui bagaimana caranya. “Saya belum punya. Ini bagaimana caranya juga tidak tahu,” jelasnya saat diwawancara Banten Raya, Minggu (8 september 2024).
Baca Juga : Keramik Jalur Pedestarian Alun-Alun Timur Kota Serang Pecah
Beruntungnya, papar Umar, ada salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Cilegon yang masih belum menerapkan penggunaan barcode tersebut.
“Hampir rata-rata semuanya sudah pakai. Tapi untungnya masih ada yang tidak menggunakan itu (barcode). Jadi paling mengisi di situ,” jelasnya.
Umar menjelaskan, per harinya dia membeli BBM jenis pertalite sebanyak Rp100 ribu untuk 3 kali tarikan pulang pergi (PP) Cilegon-Merak.
“Paling tiga kali tarikan itu Rp100 ribu untuk pertalite. Kalau kedepan diharuskan (pakai barcode) saya juga bingung, masa mengisi pertamax,” jelasnya.
Baca Juga :Harga Cabai Rawit Merah di Kota Serang Naik Menjadi Rp 60 Ribu
Menurut Umar, pihaknya berharap ada kebijakan dari dinas di Kota Cilegon dan Pertamina untuk memfasilitasi para sopir angkot.
Sebab, ada banyak sopir angkot yang gaptek dan belum punya handphone bagus. “Semoga saja ada dari dinas untuk memfasilitasinya. Atau Pertamina secara langsung,” jelasnya.
Budi, sopir angkot lainnya menyampaikan, ia sudah memiliki barcode tersebut karena anaknya yang membuatkan.
“Saya sudah punya, tapi anak yang buat. Kalau sendiri saya enggak bakal bisa,” jelasnya.
Baca Juga :Potret Andra Soni-Dimyati Pulang Naik Elf Usai Daftar ke KPU Banten
Budi mengaku, sebenarnya hal tersebut seharusnya berlaku tidak sama. Sebab, angkot berfungsi untuk umum dan menggunakan plat kuning.
“Harusnya kami dibantu. Bukan malah berlaku sama dengan mobil (kendaraan roda empat lainnya). Kami membantu masyarakat juga, jangan dipersulit,” tegasnya.
Keluhan soal pembelian pertalite melalui aplikasi MyPertamina juga dikomplain para sopir angkot di Serang.
Hal itu karena penggunaan aplikasi MyPertamina bikin susah para sopir angkot.
Baca Juga :Ratu Ria dan Subadri Disambut Ribuan Simpatisan Usai Daftar ke KPU Kota Serang
Penggunaan aplikasi MyPertamina bikin pengisian BBM subsidi pertalite makin ngantri lama, sehingga berimbas terhadap pendapatan atau setoran sopir.
Salah seorang sopir angkot Serang, Ujang mengatakan, pembelian BBM subsidi pertalite melalui aplikasi MyPertamina bikin sulit dan memperlambat waktu. “Tanggapan saya, itu bikin ribet bikin pusing.
Ngabisin waktu. Kita kan mesti ngantri bikin barcode segala macam, mending kalau kitanya ngerti,” ujar Ujang, ditemui di Ciwaru saat ngetem, Minggu (8 september 2024).
Tak hanya itu, ia juga menilai pembelian BBM subsidi pertalite membuatnya pusing, lantaran tak memiliki HP pintar dan belum paham mengoperasikannya.
Baca Juga :Trotoar Alun-Alun Timur Kota Serang Rusak
“Soalnya enggak semua sopir punya hape android. Otomatis katanya mesti daftar pakai android. Mesti ke akun.
Nanti dari Pertamina email segala. Nggak semua sopir itu tahu walaupun punya hapenya juga, belum tentu tahu belum tentu paham.
Ngisinya gimana, cara menggunakannya gimana. Memang kita bisa ke SPBU cuma kan ngabisin waktu,” jelas dia.
Ujang mengaku saat ini pembelian BBM subsidi pertalite di SPBU masih bisa walau pun belum menggunakan android, hanya saja memakan waktu lama, karena harus menginput nomor kendaraan, jumlah pembelian BBM subsidi pertalite.
Baca Juga :PDIP Berpotensi Usung Cagub Sendiri
“Sebetulnya orang-orang di SPBU ini udah ribet gitu. Harusnya enggak usah pake barcode kayak beginian. Nyusahin juga ke kitanya. Enak aturan kayak dulu lagi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, saat ini pembelian BBM subsidi pertalite di SPBU masih bisa dilakukan walaupun tidak menggunakan aplikasi MyPertamina, karena belum menyeluruh memberlakukan kebijakan tersebut.
“Masih bisa katanya sih. Cuma per tanggal 1 Oktober nanti mungkin sudah dilaksanakan seluruh. Kalau sekarang masih ada sebagian dari SPBU yang masih bisa,” jelas Ujang.
Ujang mengaku pasrah bila kebijakan pembelian BBM subsidi pertalite sudah diberlakukan di seluruh SPBU.
Baca Juga :Kapal Dihantam Ombak, ABK Tewas Tenggelam
“Saya sih orang kecil lah. Yang namanya aturan pemerintah itu yang buat. Yang mau nggak mau mesti dijalankan.
Cuma kan kalau kita memohon kepada pemerintah kalau memang bisa mah tolong aturan tersebut buat para sopir-sopir angkot yang punya angkutan umum tolong diperhatikan,” usul dia.
Ia juga mengeluhkan jika sopir angkot harus membeli pertamax, maka pengeluarannya membengkak, karena pendapatan sopir angkot tidak sebanding dengan biaya pengeluaran.
“Kalau angkot itu kan setiap hari kita ngisi bensin. Kalau aturannya seperti ini mungkin susah.
Baca Juga :Potret Atlet Peraih Mendali Emas Olimpiade Paris 2024 Rizky Juniansyah Diarak di Kota Serang
Nggak bisa kita isi pertalite pakai isi pertamax harganya sudah beda. Dari situ aja sudah pasti dari segi pendapatan aja sudah jauh berbeda.
Sudah pasti berkurang. Banyak pasti berkurangnya,” keluhnya.
Aturan pembelian BBM subsidi pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina juga menambah pengeluaran para sopir, karena harus membeli hape pintar dan kuotanya.
“Sudah pasti berat. Jangankan beli kayak gituan buat makan aja kadang anak kita susah. Belum mikirin setoran. Belum mikirin bensinnya.
Baca Juga :Penghargaan ke-88 yang Diterima Helldy
Belum buat di rumah bawa pulang. Apalagi sampai mikirin buat beli kuota. Belum kuota-kuota buat anak belajar segala macam kan harus kita pikirin. Berat udah pasti banyaklah,” ungkap Ujang.
Ujang mengaku pendapatan per harinya tidak menentu, karena mendapatkan penumpang sekarang ini sulit, tidak seramai dulu, lantaran harus bersaing dengan taxi online.
“Setoran Rp 50 ribu. Tergantung. Malah jarang. Sekarang ini susah. Sudah banyak taxi online. Seumpamanya kita muter satu hari di atas Rp50 ribu-Rp100 ribu. Bersih.
Kotornya Rp200 ribu berikut bensin,” beber sopir angkot jurusan Kepandean-Terminal Pakupatan ini.
Baca Juga :Sekda Prihatin Terminal Cadasari Mubazir
Keluhan serupa diungkapkan sopir angkot lainnya, Sanihin. Kata dia, pembelian BBM subsidi pertalite bikin ribet dan pusing.
“Apalagi pakai barcode. Pakai barcode boleh tapi jangan pakai uang. Ini kan bikin ribet. Bikin barcodenya belum punya HP.
Mending ribet-ribet juga kalau cetrek langsung, jadi itu kadang-kadang dua hari tiga hari kan ngeganggu cari uang,” ungkap Sanihin.
Ia mengungkapkan, pembuatan akun aplikasi MyPertamina harus bayar. “Dengar-dengar ada yang Rp20 ribu, Rp25 ribu, ada yang Rp30 ribu. Saya sudah bikin waktu musim yang lalu itu,” ungkap dia.
Baca Juga :Sampah Bau Busuk di Jalan Raya Cilegon-Kramatwatu Kabupaten Serang
Jika kebijakan itu diberlakukan, Sanihin mengaku lebih baik menyerah, karena menyulitkan dirinya.
“Nggak tahulah. Berhenti aja. Susah ini. Gimana nanti aja kalau ribet-ribet mah. Ini mah udah ribet belinya lagi hapenya.
Boro-boro hape, makan aja belum. Ngopi aja ngutang sama warung,” curhatnya.
Ia mengaku penghasilan sopir sekarang tidak menentu, karena sudah banyak jasa angkutan umum online. “Jangan ditanya.
Paling cukup buat setoran sama bensin doang. Minimal Rp150 ribu. Setor Rp50. Bensin Rp75 ribu. Paling dapat berapa. Nangis istri,” rintih Sanihin.***