4 Alasan untuk Terus Belajar Agama Meski Sudah Lulus Sekolah, Kuliah, ataupun Pesantren

belajar agama meski sudah lulus sekolah
4 alasan tetap belajar agama meski sudah lulus sekolah. (Foto: pexels.com/Konevi)

BANTENRAYA.CO.ID – Artikel ini membahas tentang 4 alasan tetap belajar agama meski sudah lulus sekolah, kuliah, ataupun lulus pesantren.

Tidak sedikit seorang yang berhenti belajar agama meski sudah lulus sekolah.

Padahal pengajian rutin di masjid dan kanal YouTube para dai ahlussunnah dapat menjadi fasilitas dan sarana untuk terus belajar agama meski sudah lulus sekolah.

Bacaan Lainnya

Maka dari itu, mungkin diperlukan alasan yang lebih kuat untuk memotivasi seseorang agar terus belajar agama meski sudah lulus sekolah.

BACA JUGA: 2 Vitamin Penambah Nafsu Makan Bayi 10 Bulan, Disertai Penjelasan Penyebab Bayi Susah Makan

Di Indonesia, mata pelajaran agama Islam ditemui selama 12 tahun masa sekolah.

Sementara di perguruan tinggi, tergantung kebijakan masing-masing kampusnya, mata kuliah ilmu agama (di program studi yang bukan ilmu agama) mungkin hanya dipelajari selama 4 semester atau kurang dari itu.

Namun, lulus dari sekolah, perguruan tinggi, atau pondok semestinya tidak menjadi alasan seorang muslim untuk berhenti menuntut ilmu agama.

BACA JUGA: Banyak yang Belum Tahu! Inilah 6 Manfaat Berkuda pada Kesehatan Tubuh Penunggangnya

Dan berikut bantenraya.co.id sudah merangkum dari berbagai sumber tentang 4 alasan tetap belajar agama meski sudah lulus sekolah:

1. Jalan Cepat ke Surga

Surga adalah pahala terbesar, tujuan terakhir dan tempat paling utama yang didambakan semua muslim.

Dan menuntut ilmu agama merupakan salah satu jalan cepat menuju surga.

BACA JUGA: 5 Tips Bersabar Menghadapi Ujian Hidup, Bekal untuk Lebih Kuat di Ujian Selanjutnya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

2. Memupuk Amal Jariyyah

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diwariskan ke orang lain dan diamalkan terus menerus.

Namun ilmu yang bermanfaat tentunya tidak dapat diraih jika berhenti menuntut ilmu.

BACA JUGA: 5 Jenis Makanan yang Mengandung Purin, Pengidap Asam Urat Harus Waspada Ini

Dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat, kemungkinan besar seorang muslim akan tetap mendapat pahala jariyyah yang tidak putus-putus bahkan setelah dia wafat.

Namun untuk mewariskan ilmu yang bermanfaat tidaklah mewajibkan seseorang menjadi guru agama atau ulama dulu.

Di salah satu rekaman video kanal YouTube ANB Channel, ustadz Ammi Nur Baits menganjurkan agar seorang muslim memiliki ladang dakwah minimal di lingkungan keluarganya sendiri.

BACA JUGA: Yuk Kenali 10 Makanan dan Minuman Penambah Darah, Manfaatnya Lebih dari Mencegah Anemia

Karena dengan begitu, pasangan dan anak-anaknya dapat menjadi tempat memupuk amal jariyyah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406).

BACA JUGA: 5 Penyebab Ikan Mas Koki Mudah Mati, Nomor 5 Penyebab yang Paling Sering

3. Mengoreksi Amalan Ibadah

Setiap muslim tentunya ingin setiap amalan ibadahnya diterima.

Namun, mungkin tidak semua amalan ibadah pernah diajarkan ketika di sekolah.

Dan suatu amalan ibadah, jika jarang dilakukan bisa membuat lupa cara praktek yang benarnya seperti apa.

BACA JUGA: 6 Tips Meningkatkan Ketertarikan Baca Buku, Urgensi Hobi Membaca Bagi Muslim Remaja

Ibaratnya di sepak bola, sebagus apa pun gol, jika ternyata offside maka tetap akan dianulir.

Begitu juga dalam ibadah, seindah apa pun ibadah, jika tidak sesuai tuntunan agama maka akan tertolak.

Dengan terus belajar agama, seorang muslim akan lebih menjaga diri agar ibadah yang dia lakukan sesuai dengan apa yang pernah diajarkan oleh Nabinya.

BACA JUGA: 7 Makanan Ikan Oscar Terbaik untuk Menjaga Warna dan Kesehatan Ikan

Terdapat hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di mimbar kemudian beliau berkata,

إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوْا بِي وَلِتَعَلَّمُوْا صَلاَتِي

“Aku melakukan seperti ini agar kalian mengikutiku dan agar kalian belajar bagaimanakah aku shalat.” (HR. Bukhari no. 917 dan Muslim no. 544).

4. Menghindari Pemahaman yang Menyimpang

Pemahaman yang menyimpang sudah muncul bahkan sejak zaman sahabat Nabi radhiyallahu’anhum masih hidup.

BACA JUGA: 4 Jenis Makanan Burung Walet yang Bisa Dibuat Sendiri dengan Mudah

Dan sampai sekarang masih banyak bertahan kelompok dengan pemahaman yang menyimpang namun mengatasnamakan Islam, dan pengikutnya juga tidak sedikit.

Misalkan saja pemahaman penganut Ahmadiyyah yang mengakui adanya Nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Padahal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi terakhir, dan tidak ada lagi orang yang akan diangkat menjadi nabi baru setelah beliau.

BACA JUGA: 5 Cara Plitur Kayu Supaya Mengkilap dan Indah Dipandang

Dalil yang menunjukkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi yaitu firman Allah,

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40).

BACA JUGA: 4 Tips Menjadi Pendengar yang Baik, Rahasia untuk Hubungan Kalian Makin Langgeng

Contoh pemahaman menyimpang lainnya adalah pemahaman Syiah yang mencacimaki para sahabat Nabi dan istri Nabi.

Padahal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya untuk mencela sahabat-sahabat beliau,

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ

“Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat (sahabat Nabi), bahkan tidak pula separuhnya.” (HR. Bukhari no. 3673 dan Muslim no. 2540).

BACA JUGA: 7 Manfaat Puasa, Menjaga Kesehatan dengan Diet Terbaik

Maka dengan terus mempelajari agama, seorang muslim dapat membentengi dirinya dan keluarganya dari berbagai pemahaman yang menyimpang. Allahu a’lam.

Dan itulah 4 alasan yang mulia mengapa seorang muslim tetap mempelajari agama meski pun sudah tidak sekolah lagi.***

Pos terkait